2

3.4K 281 1
                                    

Kebanyakan orang pasti setuju ketika kantin ditetapkan sebagai tempat favorit setiap murid. Bagaimana pun itu memang benar, tanpa terkecuali kantin di BHS sekalipun. Jam istirahat pertama memang waktu paling pas untuk menyerbu kantin yang lebih pantas disebut cafetaria itu. Berbondong murid untuk menuntaskan rasa laparnya, seperti yang dilakukan Bulan sekarang ini.

Gadis berwajah tirus dengan tubuh semampai itu terlihat menikmati makanannya, tanpa merasa risih ditatap penuh kagum oleh sebagian banyak murid. Seorang gadis campuran berwajah manis, prestasi masih bisa dibilang aman, dan terlebih lagi ia anak dari pimpinan yayasan BHS, rasanya sangat wajar jika ia menjadi primadona sekolah bahkan sejak baru masuk beberapa bulan lalu.

Namun semua pesona miliknya itu tak berlaku pada Bintang. Gadis yang seumur hidupnya itu tak pernah mencicipi rasanya memakai sepatu hak tinggi sangat acuh pada Bulan. Meski ia tahu juniornya itu sangat tidak suka dengan dirinya. Ia banyak memiliki teman dan digemari karena prestasi dan sifat humble miliknya, jadi saat tahu gadis itu membencinya ia tidak begitu peduli.

Saat Bulan baru saja selesai dengan santapannya, Bintang memasuki area cafetaria bersama dua temannya. Melangkah santai sambil mengobrol bahkan tertawa. Bulan yang mendapat pemandangan seperti itu tersenyum sinis.

Diperhatikannya ketiga orang itu yang akan segera menuju konter pemesanan. Ia cepat-cepat beranjak dari kursinya serta membawa gelas minumannya yang masih terisi. Zia yang sedari tadi melihat gelagat temannya itu hanya menggeleng tak habis pikir.

"Lan!"

"Udah lo santai aja!" ujar Bulan pada Zia yang hendak menghentikannya. Ia tidak akan bisa dihentikan sampai apa yang ia mau terealisasikan. Kini ia sudah berjalan mendekat ke arah Bintang yang masih belum sadar akan keberadaannya.

Dari tertawa menjadi tatapan datar, Bintang merubah ekspresinya sepersekian detik saat sadar Bulan bergerak ke arahnya. Sementara Bulan dengan tatapan tak kalah datar terus melangkah dan terus melangkang hingga,

Buugghh!!

"Ups, sorry!"

Bulan tersenyum mengejek. Menampilkan wajah tak berdosa yang teramat menyebalkan. Gelas yang ia pegang telah kosong, isinya berpindah pada blazer BHS yang Bintang kenakan. Namun kelakuan jauh dari kata santun itu tidak mampu merubah tatapan Bintang sedikit pun, tetap datar dan acuh. Ia tak terkejut, karena sudah menyangka gadis itu pasti akan berbuat ulah. Dalam hati Bulan semakin jengah, tak mendapat respon yang berarti dari kakak kelasnya itu.

Saat akan berlalu dari sana, mendadak Bulan dicegat oleh Adara, gadis bermata hazel yang merupakan teman Bintang.

"Stop, bersihin!" ketusnya pada Bulan yang menatapnya tak kalah sengit.

"Apa peduli gue?! Minggir!"

"Lo?! Dasar sinting!" umpat Adara geram. Ia berusaha untuk tidak terpancing amarah. Tapi tetap saja, gemericik api itu mulai kelihatan.

"Bodo! Pinggir."

"Gak sebelum lo bersihin blazer Bintang!"

"Nyolot lo ya?!"

"Kenapa, lo takut?"

Bulan dan Adara, masing-masing sudah pasang badan. Aura yang menyelimuti keduanya sungguh mencekam. Murid lain pun semakin heboh menonton adegan bak film-film itu. Ada yang ikut memanasi, ada yang memilih diam, dan ada pula yang acuh karena hal itu biasa terjadi. Namun tidak ada yang berusaha melapor pada guru. Dasar. Ini memang kejadian luar biasa, di mana junior yang mengusik senior. Cuma di BHS sepertinya.

Bintang yang melihat itu segera melerai, sebelum kilat di mata keduanya berubah menjadi api dan menghanguskan segala isi cafetaria.

"Ra, udah Ra!"

BilanWhere stories live. Discover now