12

2.6K 241 6
                                    

Mungkin pagi ini adalah pagi yang paling semangat yang pernah mampir di kehidupan Bintang. Ia bahkan tak berhenti tersenyum sejak bangun tidur hingga sekarang menuju rumah Bulan-kekasih hati. Bahkan sang Ibu sempat kaget dan mulai menganggapnya aneh ketika melihat dirinya bangun tepat waktu lalu tahu-tahu menebar senyum ke semua orang.

Dengan kalem sang anak mengatakan dirinya tidak apa-apa. Walau pun keadaan dirinya menunjukkan dia ada apa-apa. Terserah mau dianggap gila, toh dia memang sudah tergila-gila dengan gadis yang kini terlihat menantinya dengan senyum selamat datang.

Ya ampun, manis sekali~

Bintang keluar dari mobil. Kemudian tersenyum lalu menyapa dengan sedikit gugup dan canggung.

"Hai~"

"Hai~"

Dan seperti normalnya remaja yang sedang dimabuk asmara, keduanya seolah tak rela melepas tatapan penuh cinta.

Ehem!

Hingga akhirnya suara deheman dari pintu utama rumah keluarga Cholen mengejutkan aksi tata-tatapan itu.

"Eh tante?! Hai tante apa kabar? Makin cantik aja nih." Bintang menghampiri Ny. Cholen dengan senyum paling cerah miliknya lalu dengan sopan meminta salim pada wanita paruh baya tersebut. Dengan senang hati sang calon mertua memberikannya. Ngomong-ngomong tetang 'calon mertua', mendadak perut Bintang  bergejolak memikirkannya. Apa yang terjadi jika beliau tahu semuanya?

Sedangkan Bulan berdiri kaku, sedikit canggung dengan situasi ini, walau pun diam-diam hatinya senang melihat keakraban mereka.

"Baik, Bintang, akh kamu bisa aja. Oh iya mau jemput Bulan, ya?"

Mau nari balet, Tan~

"Heheh iya nih tan, mungkin akhir-akhir ini tante akan bosen liat muka aku seliweran di sini karena bakal sering jadi gojeknya Bulan. Nggak pa-pa 'kan tan?"

"Justru bagus! Tante setuju banget, asal kamu gak kerepotan dan rela di tumpangi anak manja itu."

"Ah gak pa-pa tan, Bintang gak kerepotan sama sekali."

Jawaban Bintang itu sukses membuat wajah Bulan semakin merona. Pertama, Bintang yang sangat santun, kedua, lirikan maut mama yang seolah berkata bagus nak! Pilihan kamu sangat bagus!

Buru-buru Bulan menghentikan gibah kedua orang itu tentang dirinya. Selain waktu yang terus bergulir dan mendekati jam masuk kelas, ia juga takut obrolan mereka semakin jauh dan tatapan mama semakin menyebalkan.

"Udah deh ngobrolnya, inget waktu. Entar telat, upacara ini~"

"Tuhkan Bi, belom apa-apa dia udah bawel, yang sabar ya nak. Tante berharap kamu tahan dengan segala penderitaan in--"

"Bye maaah, love you~" Bulan menggeret paksa Bintang yang terbengong-bengong menuju mobil. Kakinya melangkah terseok-seok namun tetap berusaha tersenyum pada calon mertua. Sungguh Bintang terlihat aneh sekarang. Mama bahkan menahan tawa melihat pemandangan pagi ini. Bulan yang sok malu-malu serta Bintang yang pura-pura lugu. Ya ampun, betapan indahnya masa muda.

***

"Bu--Bulan!"

"Iya?"

"Ak-aku ma-mau..."

Bulan mengernyit bingung. Sumpah! Ada apa dengan si Jojo hari ini? Bahkan Bintang di sebelahnya tak kalah heran. Siswa dengan tahi lalat di pipi kiri itu mendadak menghentikan langkah mereka. Dan kini pemuda itu terlihat seperti Aziz Gagap yang diminta berpidato di depan Obama. Kikuk, takut, serta cemas bercampur jadi satu. Sungguh pemandangan langka. Untung koridor parkiran lumayan sepi hingga mereka tak jadi bahan tontonan. Berharap saja lah Jojo tak kencing di celana.

"Mau apa, Jo?"

"...a--nu, aku anu--"

"Anu lo kenapa?"

"Astaga Bulan. Biarin dia dulu ngomong. Ayok Jo, tarik nafas, buang pelan-pelan. Nah tenangkan diri kamu, baru ngomong lagi."

"Ma-makasih, Kak."

"Iya santai aja, sekarang ngomong deh apa yang mau kamu bilang sama Bulan."

Jojo mengangguk. Memang tak salah Bintang menjadi panutan banyak adik kelas di sekolah ini. Pembawaannya benar-benar tenang dan santun. Sangat tidak BadGirl sama sekali.

"Bulan, se-sebenernya aku suka sama kamu."

"Well, seluruh cowok sekolah memang suka sama gue."

"I-iya,"

"Jadi, Jojo~ sebenernya elo cuma mau bilang ini? Gila banget, elo bahkan bisa buat kita telat masuk, Jo!"

"Maaf, aku duluan."

Jojo berlalu tergesa-gesa. Seperti maling yang hampir tertangkap. Bintang bahkan tak bisa merespon apa-apa selain wajah melongonya yang malah kelihatan imut di mata Bulan.

***

Adara dan Sarah sama-sama memberi tatapan yang menjurus pada Bintang seorang. Mereka sedang istirahat di bawah salah satu pohon rimbun dekat lapangan setelah menyelesaikan jam olahraga yang lumayan melelahkan. Hari ini matahari terasa lebih terik dari kemarin.

Tapi wajah-wajah sayu kecapaian itu luntur ketika teringat ada sesuatu dengan Bintang. Mengapa si gadis biola ini kembali lengket dengan Bulan. Drama apa yang mereka mainkan?

"Gak ada drama-drama, Ra. Apa salahnya kalau gue deket lagi sama dia? Petir menyambar?Bumi bakal hancur? langit akan runtuh? Enggak kan?! So, fine-fine ajalah, lo juga bakal seneng gak ada yang suka berantem kayak kucing ketemu anjing lagi."

Adara tak langsung percaya. Ingat, dia adalah ketua kedisiplinan, jiwa-jiwa intel-nya akan selalu berkobar mencari kebenaran. Sementara Sarah, dia terlihat lebih damai seperti air danau yang tenang.

"Ada sesuatu kan? Something happen to you and her. Gue tau."

"Tau apa?"

"Tell us."

Bintang menggaruk alisnya yang tak gatal lalu menyugar helaian rambutnya yang sejak tadi dihembus angin. Wajahnya frustasi ditodong Adara si titisan James Bond ini.

"Gue dan dia yang lo maksud hanya sedang dalam hubungan baik. Gue minta kalian mengerti dan kami tidak akan buat kehebohan di sekolah. Tenang aja."

Tbc

Maaf untuk typo~
Dipersilahkan vote, komen, dan juga follow akun wp aku jika berminat. Terimakasih😊

BilanWhere stories live. Discover now