10

2.6K 264 16
                                    

"VERA!!"

Gadis bertubuh sintal itu terkesiap mendapati Bintang datang berlari, menyenggaknya, lalu menghujamnya dengan tatapan sangat tajam.

Namun Bintang lebih peduli dengan keselamatan Bulan lebih dulu daripada mendaprat si nenek sihir. Untuk itu dia segera melepas cardigan lalu terjun ke kolam demi menyelamatkan Bulan yang sedang mencabik-cabik udara dengan lengan yang pucat.

Setelah berhasil merengkuh tubuh lemah gadis itu, Bintang membawanya ke tepian kolam. Masih dengan ditonton oleh trio berkilauan yang shocking soda, ia berusaha menenangkan Bulan yang ngap-ngapan.

Tadi, melihat Vera yang mencurigakan, tanpa pikir panjang Bintang menguntitnya. Dan benar saja, ternyata inilah rencana busuk si medusa itu. Bintang benar-benar tak habis pikir.

"Lo gak apa-apa?"

Hah..!! Hah..!

"Ja-jauhin gue!"

Meski bahunya kini berusaha didorong menjauh oleh tangan lentik Bulan. Tentu saja Bintang tak menuruti permintaan gadis yang kini berwajah pucat namun tetap cantik itu.

"Lo tenangin diri dulu, oke?!"

Bintang menyampirkan poni basah Bulan yang menjuntai ke balik telinga gadis itu. Kemudian bangkit dan menghampiri Vera dengan langkah tegas dan rahang yang mengeras. Tatatapannya penuh dengan intimidasi. Dia dapat memastikan bahwa kini dirinya sudah tampak seperti banteng yang siap mengamuk.

Tak ada yang mampu mengehentikan kemarahannya meskipun itu wajah ketakutan Vera. Tubuhnya yang dibalut kemeja hitam dan celana bahan itu boleh basah, tapi kepalanya benar-benar panas akan kelakuan trio ular itu.

"Lo bener-bener udah keterlaluan, psiko!! Lo sadar gak, kelakuan lo itu bisa membahayakan nyawa orang!"

"Ak- Aku gak maksud gitu Bintang."

"Lo kira gue percaya?! Pokoknya Jangan pernah sakitin Bulan lagi! Kalau gak, video lo di club malam bakal tersebar dan ngancurin pamor lo dan bokap lo yang anggota dewan itu abis-abisan!"

Bintang hendak berbalik meninggalkan wajah pusat pasi ketiga gadis itu, namun seperti mengingat sesuatu ia kembali menatap mereka.

"Oh iya satu lagi, kalian tau siapa gue 'kan? Gue gak akan pernah main-main sama ucapan gue."

Kalimat penutup Bintang yang dingin itu sukses membuat Vera dan dua dayangnya menggigil.

Bagaimana tidak?

Mereka langsung membayangkan nama besar Laska.

Jika Bintang mau, dia bisa menghancurkan mereka hanya dengan satu kalimat perintah saja.

.
.
.

"Gue bisa pulang sendiri!" desis Bulan sembari mendelik pada Bintang yang terus saja mengikutinya, bahkan hingga ke parkiran. Beruntung tempat itu sedang sepi, jika tidak, keadaan mereka yang seperti tikus kecemplung got pasti akan mengundang banyak perhatian. Tentu Bulan akan sangat risih.

"Gue tau, tapi gue gak akan biarin lo pulang sendiri." Bulan membeku saat merasakan tangan Bintang dengan lihai membungkuskan sebuah kardigan ke tubuhnya. Ketika telapak tangan dingin itu menggenggam pergelangannya, barulah Bulan terkesiap. Kepalanya berteriak menolak, namun entah mengapa hatinya yang tiba-tiba menghangat berkata lain.

Dalam kedilemaan Bulan, rasional lebih mendominan. Maka ia mengikuti apa yang otaknya perintahkan. Dengan sekali hentakan, maka tautan mereka terlepas.

"Lepasin! Semua ini gara-gara lo, setiap di dekat lo pasti gue ketiban sial. Please jauhin gue." Dalam hatinya, Bulan merasa tak yakin dengan ucapannya sendiri. Kata-kata itu pasti menohok untuk Bintang. Terbukti dari wajah polos gadis itu yang langsung terlihat berpikir. 

BilanWhere stories live. Discover now