Part 20

7 2 0
                                    

Setelah mengajak Naya untuk ke kamar nya, kini Alena sedang membacakan sebuah cerita untuk Naya. Ya, tadi saat menuju kamar nya Naya minta untuk di dongengkan. Kini Naya sudah terlelap, Alena keluar kamar menuju ruang tamu untuk menunggu kehadiran Rizky. Sesampainya di ruang tamu Alena duduk di sofa sambil mengetuk-ngetukkan jarinya pada dahi, seperti seseorang yang sedang berpikir. Sepuluh menit kemudian terdengar suara mobil terpakir di depan rumah, dengan cepat Alena beranjak keluar rumah. Mobil Honda Civic hitam terparkir tepat di depan pintu rumahnya. Pengendara mobil keluar dari kursi pengemudi, dan tanpa berpikir dua kali Alena langsung memeluk Rizky dengan erat.
Rizky tersenyum, membalas pelukan Alena kemudian mengacak rambut Alena.

"Ini gue gak boleh masuk ceritanya?" tanya Rizky terkekeh. Alena melepaskan pelukannya dan mengangguk. Rizky yang melihat itu jadi gemas sendiri.

"Lo kenapa?" tanya Rizky terkekeh.

"Barang-barang lo sama Naya mana?" bukannya menjawab Alena malah balik bertanya.

"Ada di bagasi." jawab Rizky.

Tanpa mengatakan apa-apa Alena masuk ke rumah meninggalkan Rizky yang kebingungan. Setelah sadar, Rizky mengikuti Alena yang sudah masuk ke rumah lebih dulu.

"Len, Lena. Hei kenapa?" tanya Rizky yang sudah berjalan di belakang Alena. Alena tidak menggubris, dia terus berjalan menuju kamar Bude, ART dirumahnya. Sedangkan Rizky yang mengikuti Alena dari tadi hanya diam dan memperhatikan apa yang Alena lakukan.

Alena mengetuk pintu kamar Bude.  Sekali, dua kali, bahkan tiga kali ketukan pintu itu tidak juga mendapat jawaban.
Sedangkan Davin yang belum tidur di kamar nya keluar dan melihat ke bawah apa yang sedang kakak nya lakukan. Setelah tau apa yang dilakukan kakaknya, Davin hanya menggelengkan kepalanya. Davin turun untuk menghampiri kakaknya.

"Lo ngapain sih malem-malem gini gedor-gedor pintu kamar Bude?" tanya Davin saat berada di belakang Alena.

"Mau minta tolong bawain koper." jawab Alena dengan santai nya.

"Yaampun kak, kak. Gue kira kenapa, sini gue aja yang bawain kopernya." sahut Davin jengah dengan sikap Kakaknya.

"Biar gu---" belum sempat menyelesaikan kalimatnya, suara Alena lebih dulu terdengar.

"Kasih kunci mobil lo ke Davin, lo disini sama gue. Kita perlu bicara." ucap Alena dengan tegas.

Pasrah. Mengikuti kemauan Alena, Rizky memberikan kunci mobil nya kemudian mengikuti langkah Alena yang menuju dapur. Dengan kebingungan yang ada di kepalanya Rizky tetap mengikuti Alena. Alena sibuk dengan kegiatannya membuat dua cangkir minuman hangat, sedangkan Rizky hanya memperhatikan apa yang Alena lakukan. Setelah selesai dengan kegiatannya, Alena menyodorkan secangkir minuman hangat itu pada Rizky.

"Hot coklat buat lo. Biasanya gue kalo lagi gak mood minum ini, gak tau sih ngaruh atau engga buat lo. Tapi coba aja, lumayan buat jernihin pikiran." ucap Alena menjelaskan hal yang membuat Rizky bingung.

"Thank you, Lena." ucap Rizky  tersenyum. Lagi, Alena mampu membuat dirinya merasa berharga disaat mungkin dirinya merasa bahwa dia tidak lagi punya makna.

Keduanya berjalan menuju ruang tamu dengan masing-masing membawa secangkir hot coklat yang tadi Alena buat. Sesampainya di ruang tamu mereka duduk berdampingan di sofa, meletakkan cangkir hot coklat di meja.

"Lena."

"Ya?"

"Lo kenapa tadi langsung meluk gue waktu gue baru turun dari mobil?" tanya Rizky.

"Takut." jawab Alena menggigit bibir bawahnya.

"Takut?" ulang Rizky bertanya.

"Iya, gue takut lo kenapa-napa. Lo kan emosian. Gue takut lo kebut-kebutan di jalan terus---" ucapan Alena terhenti saat jari telunjuk Rizky berada di depan bibirnya.

📍Rizky & Alena [On Going]📍Onde histórias criam vida. Descubra agora