3 | the beginning

87 10 6
                                    

"Mau gue aja yang balikin bajunya?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Mau gue aja yang balikin bajunya?"

Dari kemarin sejak Darel meminjamkannya seragam, yang Aluna pikirkan hanya satu. Bagaimana cara ia mengembalikan seragam ini pada sang pemiliknya. Aluna sudah mencuci bersih, memastikan baju Darel wangi. Tapi masih ada yang mengganjal di hati Aluna. Ia malu bertemu Darel. Bukan hanya Darel sih, orang lain juga. Tapi kalau bukan ia sendiri yang mengembalikan, itu sama sekali tidak sopan karna Aluna yang meminjamnya. Masa Aqila yang mengembalikan? Nanti Darel tersinggung.

Jadi Aluna memutuskan untuk mengembalikan seragam itu sendiri, bukan melalui perantara Aqila. Aqila juga tak perlu mengantarnya karna kelas Darel hanya beda dua kelas dari kelasnya.

"Aluna."

Aluna tersenyum manis, menyodorkan tas kertas yang berisi seragam Darel di dalamnya. "Makasih ya udah mau minjemin seragam lo kemarin."

"Sama-sama Aluna," Darel menaruh tas kertas itu di meja samping pintu kelasnya, "lagi kosong? Lo nggak belajar?"

"Iya. Katanya Biologi masuk abis jam istirahat."

"Kalo gitu ayo gue ajak keliling Merah Putih," Darel tersenyum, "biar lo nggak kesasar lagi."

Di sisi lain, Dicky, Eric dan Sagara sedang berkumpul di kantin sembari berbincang tentang organisasi atau ekskul apa yang akan mereka masuki. Mereka punya banyak pilihan, semuanya juga bisa dimasuki asal mereka tidak keteteran. Tapi orang gila mana yang mau memasuki semua organisasi dan ekskul yang ada di Merah Putih? Berprestasi tidak tipes iya.

Basket, Tenis, Baseball, musik dan Taekwondo, itu daftar ekskul yang ingin Sagara masuki. Sementara Eric mau masuk OSIS dan Futsal. Dicky sendiri tak mau menentukan pilihannya. Dicky mau masuk ke ekskul atau organisasi mana saja yang Sagara juga ingin masuki. Di hari kedua Masa Orientasi Siswa kemarin, semua ekskul dan organisasi sudah bersosialisasi, menjelaskan tentang ekskul dan organisasi mereka.

Brosur yang dibagikan pada hari itu Eric kumpulkan jadi satu dan kini sudah tercecer di meja mereka. Eric adalah orang yang sangat bisa diandalkan. Saat Sagara dan Dicky membuang brosur yang mereka dapat, Eric malah mengumpulkannya jadi satu.

"Daftar hari ini aja, biar jum'at nanti bisa langsung ikut briefing," jelas Eric yang dibalas anggukan oleh mereka berdua.

Dari arah koridor, Louis dan Sultan datang secara bersamaan dengan gitar di tangannya. Mereka berdua memang tak pernah lepas. Seperti lem dan kertas. Makanya kalau ada Louis, pasti ada Sultan juga. Kalau tidak ada Louis, pasti tidak ada Sultan. Dari SMP sudah begitu. Walaupun mereka beda SMP tapi diluar SMP mereka sudah kenal karna waktu itu bertemu di salah satu coffee shop dan sampai sedekat sekarang.

"Ngapain tuh?" tanya Louis pada mereka bertiga, "ekskul ya?"

Eric mengangguk. "Lo mau masuk ekskul apa?"

"Belom tau. Lo pasti OSIS, gue tau banget," Louis beralih menatap Dicky dan Sagara, "kalo kalian mau masuk apa?"

"Basket aja sama musik Gar," ujar Dicky, "anak cheers kan cakep-cakep. Anak tari juga! Beuh kalo ketemu mereka tiap latihan, seger banget nih mata."

love me wellWhere stories live. Discover now