22 | everything has changed

38 7 8
                                    

Setelah berfikir ribuan kali apakah ia harus melanjutkan sekolahnya di Merah Putih atau pindah saja, Aluna memutuskan untuk kembali sekolah di Merah Putih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah berfikir ribuan kali apakah ia harus melanjutkan sekolahnya di Merah Putih atau pindah saja, Aluna memutuskan untuk kembali sekolah di Merah Putih. Ia tidak mau menambah beban Bundanya. Pasti banyak yang dipikirkan oleh Bundanya, makanya Aluna tak mau menambah hanya karna ia malu. Selain itu, seharusnya ia tidak perlu khawatir, ini bukan pertama kalinya ia merasa malu di Merah Putih. Masalah Darel kemarin juga berhasil membuatnya malu setengah mampus. Tapi saat itu Aluna sama sekali tak ada niatan untuk pindah sekolah. Kenapa ya?

Obrolannya dengan Sagara tadi malam berhasil membuat pikirannya kembali terbuka. Benar juga ya, ia kan kerja di Sagara, gajinya juga lumayan. Aluna hanya perlu mencuci baju Taekwondo Sagara dan juga mengerjakan apa yang Sagara suruh. Seperti tugas sekolah dan tugas sekolah temannya. Pekerjannya tidak berat sih, gajinya juga besar. Iya juga ya, kenapa ia sama sekali tidak kepikiran.

Lagipula sebentar lagi ia akan gajian dan gajinya akan lunas. Kalau Sagara masih ingin memperjakannya berarti, gajinya akan tetap sama nominalnya.

Kini Aluna berada di gerbang Merah Putih. Walaupun terlihat tenang, tapi jantung Aluna berdetak dengan kencang. Setelah menarik nafas panjang lalu menghelanya perlahan, Aluna memberanikan diri untuk melangkahkan kakinya masuk ke dalam sana. Di luar perkiraan Aluna, dari banyaknya murid Merah Putih yang ia lihat, tak ada satu pun dari mereka yang menatapnya dengan tatapan kasihan. Ada beberapa yang melihatnya tapi hanya sekedar melirik saja, bukan menatapnya secara terang-terangan lalu membicarakannya.

Karna itu, Aluna jadi sedikit tenang.

Sesampainya di kelas, ia langsung disambut oleh teriakan Aqila yang menggelegar. "Aluna! Gue kangen banget sama lo! Lo kemana aja?"

Aluna tersenyum kecil, saat Aqila memeluknya sebentar lalu melepasnya. "Banyak tugas ya? Ada ulangan harian yang gue lewatin nggak?"

"Nggak ada, lo kan baru tiga hari, bukan tiga tahun," ucap Aqila membuat Aluna tertawa kecil, "btw Na, lo nggak apa-apa?"

"Gue nggak pa-pa kok," ucap Aluna, "makasih ya udah khawatirin gue."

"Kalo ada apa-apa bilang ke gue ya, Na. Gue bisa bantu lo apapun itu."

Aluna tersenyum senang mendengarnya. Ternyata pikirannya salah. Orang-orang berada seperti Aqila lebih tau cara menghargai orang yang sedang tertimpa musibah.

"Asalkan nggak berurusan sama Sagara, gue bisa bantu kok."

Proses belajar dan mengajar berlangsung dengan lancar, tak ada yang berbeda setelah dan sebelum kejadian itu. Bahkan sebelum kejadian itu pun, Aluna tetap bawa bekal dari rumah, begitu juga sekarang. Tadi Yania datang ke kelasnya, menanyakan apa ia baik-baik saja dan menawarkan bantuan seperti yang Aqila bilang tadi. Setelah itu mereka berdua pergi ke kantin bersama. Kini Aluna sedang mencatat materi kemarin agar ia tidak ketinggalan sembari menunggu kedatangan Aqila dan Yania dari kantin.

Mereka berdua datang dengan tentengan di masing-masing tangan. Yania membawa dua jus melon di tangannya sementara Aqila membawa jus jeruk dan juga kantong plastik yang berisi makanan. Di dalamnya ada chicken katsu untuk Yania dan sushi untuk Aqila.

love me wellWhere stories live. Discover now