"Kemarin kehujanan?"
Pertanyaan itu membuat Aluna terdiam. Kalau orang lain yang menanyakannya pasti Aluna tidak akan heran seperti ini. Tapi ini Sagara yang bertanya padanya! Sagara sedang sakit atau gimana ya? Dari kemarin tingkahnya agak aneh. Padahal kalau Aluna bertemu Sagara pagi-pagi, Aluna hanya menyerahkan baju Taekwondo Sagara tanpa berbicara apapun. Bahkan terima kasih pun tak ada dari Sagara.
Huft, kalau punya uang banyak, Aluna tak akan mau dijadikan pembantu seperti ini.
"Kenapa?" Aluna bertanya balik, "pasti lo kehujanan kan?"
Bukannya menjawab, malah bertanya balik. Tapi Aluna sangat ingin tau apakah Sagara kemarin kehujanan atau tidak. Supaya kekesalannya kemarin tidak sia-sia begitu saja. Mana kemarin Darel tak menjawab telfonnya lagi, bahkan setelah itu pun tak ada pesan atau bahkan menelfon balik. Padahal biasanya Darel yang paling cepat membalas pesannya. Kalau ditelfon pun langsung diangkat. Kemarin Aluna membutuhkan Darel, tapi laki-laki itu malah tidak ada.
Jadi Aluna menunggu setengah jam agar bisa naik bus. Untung saja saat keluar dari bus hujan sempat berhenti, jadi Aluna tidak kebasahan sampai di rumah.
"Gue nanya lo."
"Nggak sih, gue naik bus," jawab Aluna, "pasti lo kehujanan kan? Ya kan?"
"Nggak," bohong Sagara lalu pergi meninggalkan Aluna.
Syukur deh kalau gitu.
Gerakan yang kemarin Aluna lakukan pada Sagara hari ini kembali Aluna lakukan. Yaitu meninju-ninju angin di depannya, berharap yang ia tinju adalah wajah Sagara yang selalu menyebalkan itu.
Dari belakang, Darel tertawa kecil melihat Aluna yang sedang melakukan hal itu. Sebenarnya dari masuk ke dalam sekolah sih, Darel mengikuti Aluna dari belakang, melihat apa yang perempuan itu lakukan. Mulai dari melihat baju Taekwondo Sagara apakah sudah bersih atau belum, sampai bermain ponsel dan hampir menabrak tembok. Semua yang Aluna lakukan selalu saja berhasil membuat Darel tertawa.
"Ngapain sih?"
Aluna berbalik terkejut menatap Darel yang masih tersenyum lebar. "Astaga, gue kira siapa. Untung cuma lo."
"Emang kenapa kalo bukan gue?"
"Nanti gue dibilangin freak sama orang lain."
Darel tertawa kecil. "Lucu banget sih lo."
Walaupun wajahnya sama sekali tak menunjukan ekspresi apa-apa, tapi Aluna lumayan salting. Tapi demi jaga image, Aluna malah meninggalkan Darel begitu saja. Ia marah pasal kejadian kemarin Darel sama sekali tidak mengangkat telfonnya atau bahkan mengirimkannya pesan usai ditelfon olehnya. Ya, walaupun Darel tak tau apa penyebab Aluna marah, tapi Aluna tetap marah.
Sesampainya di kelas, sudah ada Aqila, Yania dan satu orang lagi yang duduk di antara kursinya, menyisakan satu kursi hanya untuk dirinya. Aluna tak tau ada masalah apa atau sedang dihadapi dengan situasi apa sekarang, tapi yang jelas dari ekspresi Aqila, Yania dan perempuan itu, sepertinya ada masalah yang terjadi.
YOU ARE READING
love me well
Teen Fiction"Love me well or leave me alone, you decide." Seharusnya, dari awal kita berani mengambil keputusan setelah sadar bahwa langkah yang kita ambil adalah langkah yang salah. Tapi waktu sudah tidak bisa diputar ulang. Dan dengan bodohnya, kita berdua m...