Sudah hampir dua jam lamanya Sagara menghabiskan malamnya di sana. Setelah menerima kabar itu, Sagara langsung pergi ke Merah Putih, tapi pagar utama sudah digembok dan lapangan sudah bersih. Sagara juga sempat pulang ke apartemen, tapi Aluna belum juga pulang. Karna tak tau harus kemana lagi, akhirnya Sagara memutuskan untuk menghampiri Logan yang berada di Black Sakura bersama teman-temannya Logan yang lain.
Dua botol Sagara habisi sendiri, sementara botol yang lainnya Logan dan teman-temannya yang habisi. Dengan kepala yang sudah sedikit pening, Sagara bangkit dari duduknya.
"Gue mau pulang."
"Gue anter."
"Nggak usah," tolak Sagara langsung, "gue nggak mabok."
Mobil Sagara melaju dengan kecepatan normal menyusuri jalanan sepi dinihari. Pukul 1 malam pas, Sagara sampai di apartemen Aluna. Ia memencet tombol pin pintu dengan cepat dan masuk ke dalam sana. Di dekat pintu sudah ada sepatu Aluna di sana, menandakan kalau Aluna sudah pulang. Sagara berjalan menuju kamar, melihat Aluna yang sedang mengganti bajunya. Berarti perempuan itu juga baru sampai di sana.
"Abis darimana?"
Suara Sagara membuat Aluna terkejut setengah mati. Ia tidak menanggapi Sagara, Aluna malah berjalan menuju kamar mandi, melewati tubuh Sagara begitu saja. Tapi Sagara malah menahan lengan Aluna kuat, menggenggamnya erat.
"Jawab gue, Aluna."
Aluna meringgis sembari berusaha melepaskan genggaman tangan Sagara dari lengannya. "Dari rumahnya Kak Azka, lepasin, sakit."
"Ngapain lo ke sana? Bukannya gue udah bilang kalo gue nggak suka lo deket-deket sama dia?"
"Semua panitia disuruh ikut ke rumahnya—"
"Tapi Eric nggak ikut," potong Sagara langsung, "kenapa lo ikut? Padahal lo udah tau kalo gue nggak suka sama dia."
"Sagara sakit," ringgis Aluna, tapi genggaman tangan Sagara semakin erat, "lepasin Sagara, maaf."
"Pulang sama siapa lo?" tanya Sagara lagi, "jujur!"
Dengan pelan Aluna menjawab. "Theo."
Genggaman di lengan Aluna terlepas, tapi Sagara malah menarik lengan Aluna secara paksa keluar dari apartemen. Aluna terkejut dibuatnya, Sagara benar-benar menariknya secara paksa dan kasar.
"Lo mau deket-deket sama cowok kan? Sini gue bawa lo ke sana."
Pukul 1 lewat 40 dinihari, Dicky yang baru terjun ke dalam mimpinya kini sudah dibangunkan oleh ponselnya yang berdering. Tanpa melihat siapa yang menelfon, Dicky langsung mengangkat panggilan itu dan menempelkan ponselnya di telinganya.
"Halo Dick, ini Sagara lagi ada di BS."
Dari suaranya saja, Dicky sudah tau bahwa itu adalah Leo. "Biarin aja sih Bang, lagian dia juga udah gede."
KAMU SEDANG MEMBACA
love me well
Teen Fiction"Love me well or leave me alone, you decide." Seharusnya, dari awal kita berani mengambil keputusan setelah sadar bahwa langkah yang kita ambil adalah langkah yang salah. Tapi waktu sudah tidak bisa diputar ulang. Dan dengan bodohnya, kita berdua m...