44 | mixed feelings

37 6 7
                                    

"Aluna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Aluna."

Tidur Aluna terganggu semenjak Sagara mengecup pipinya sembari mengusap rambutnya lembut. Aluna membuka matanya, mengerjapkan matanya pelan menatap Sagara yang sudah berpakaian rapih. Mereka sudah di Jakarta lagi setelah menghabiskan banyak waktu di Bogor kemarin.

"Udah mau berangkat?"

"Iya," jawab Sagara sembari mengambil ponselnya di meja, "kabarin gue terus Aluna, telfon kalo ada apa-apa."

Aluna bangkit dari posisinya, duduk di ranjang sembari memperhatikan Sagara yang sibuk mengetikan sesuatu di ponselnya. "Iya, hati-hati Sagara."

Setelah membaca pesan dari Dicky bahwa mereka sudah menunggu di bawah, Sagara langsung memasukan ponselnya ke dalam kantong lalu beralih pada Aluna yang masih duduk di ranjang dengan wajah mengantuknya. "Hati-hati ya di sini. Jangan macem-macem, jangan mentang-mentang gue jauh lo bisa pakai apapun yang lo mau."

"Iya Sagara."

"Kalo mau kemana-mana kabarin gue."

Aluna hormat kepada Sagara. "Siap, Boss!"

"Gue berangkat ya, Aluna," pamit Sagara, mengecup bibir Aluna lalu beralih mengecup dahi perempuan itu sebelum berlari kecil keluar.

Kedua pipi Aluna memerah, jemarinya bergerak menyentuh bekas ciuman Sagara di dahinya. Sepertinya ia sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya pada Sagara.

Ponselnya berdering, hal itu membuat Aluna yang baru ingin tidur lagi mengurungkan niatnya saat melihat nomor baru yang menghubunginya. Tak perlu waktu lama, Aluna langsung mengangkat telfonnya.

"Halo, Aluna?"

"Bunda?" Aluna tersenyum senang, "Bunda pake hp siapa hubungin Luna?"

"Luna bisa ke sini nggak sekarang? Ada yang pengen Bunda tunjukin."

Saat Danita menelfonnya untuk datang ke rumah mewah—tempat Bundanya kerja dan tinggal itu, ia langsung diajak pergi sama Bundanya dari sana. Entah kemana, tapi Aluna mengikut saja. Sepanjang perjalanan ia sibuk bercerita keseruan apa yang terjadi di Bogor kemarin. Hingga kendaraan umum yang mereka naiki berhenti dan mereka berdua turun dari sana. Aluna berdiri di depan rumah yang lumayan besar itu lalu beralih menatap Danita yang sedang membayar ongkos mereka.

"Ini rumah siapa Bun?"

Danita tak menjawab, ia langsung masuk ke dalam rumah itu setelah membuka pintu. "Sini masuk, Luna!"

Aluna menyapu pandangannya ke seluruh rumah. Seperti rumah baru, bau catnya masih tercium dan juga perabotan di sana juga terlihat dalam kondisi yang baru semua. "Rumah siapa sih Bun?"

"Bagus nggak?" Danita bertanya balik, "kamu suka?"

"Iya bagus," jawab Aluna jujur karna interiornya juga sudah modern dan minimalist.

love me wellWhere stories live. Discover now