40 | you and no one else

75 10 12
                                    

Pagi ini mereka berangkat masing-masing seperti biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi ini mereka berangkat masing-masing seperti biasanya. Sagara naik kendaraan sendiri, Aluna naik bus. Padahal saat di apartemen, mereka tidur bareng, sarapan bareng. Tapi berangkatnya malah tidak bareng. Aluna takut kalau ada yang melihat mereka berdua keluar dari apartemen yang sama dan waktu yang sama juga, Aluna bakalan dihujat habis-habisan oleh siswi Merah Putih. Sebagai informasi, mereka semua mendambakan Sagara. Lagian, apa sih yang kurang dari Sagara? Tidak ada! Makanya tidak ada juga yang tak mau sama Sagara. Kecuali Aqila dan Yania yang mungkin sudah tak mau lagi berurusan dengan laki-laki itu.

Oh iya, membahas tentang Aqila, perempuan itu sudah berbincang dengan Sagara lebih dulu—seperti yang Sagara bilang kemarin, bahwa Sagara yang akan menjelaskannya pada Aqila. Tapi kini perempuan itu sedang berlari kecil menuju kelasnya, saking buru-burunya karna ia harus menemui Aluna secepatnya.

"Aluna!" pekik Aqila dari pintu kelas pada Aluna yang kini sedang duduk diam di kursinya sembari fokus pada buku Matematikanya.

Pekikan itu membuat Aluna dan teman-temannya langsung mengalihkan pandangannya menatap Aqila dengan raut wajah aneh. Raut wajah Aqila membuat jantung Aluna berdebar sangat kencang. Apalagi saat Aqila kini berjalan ke arahnya, Aluna seperti tidak siap untuk menjawab semua pertanyaan yang akan keluar dari mulut sahabatnya ini.

"Aluna, Sagara serius?" bisik Aqila begitu duduk di samping Aluna, "yang Sagara bilang itu seriusan Na?"

Dengan yakinnya, Aluna mengangguk. Ternyata Sagara sudah menjelaskannya pada Aqila. Jadi Aluna tak perlu khawatir dan repot-repot menjelaskannya lagi pada Aqila. "Iya bener."

"Lo serius? Kalian serius?"

Aluna mengernyit bingung, kok ekspresi Aqila seperti ini. "Emangnya Sagara bilang apa?"

"Dia bilang kalau kalian emang tinggal sama-sama," jawab Aqila, "tidur pun sama-sama."

Astaga, Sagara.

Selesai ujian, beban Aluna masih ada. Yaitu menjelaskan semuanya kepada Aqila secara detail dan dengan kalimat yang tidak ambigu agar Aqila tak berpikir kemana-mana. Aluna bercerita dari awal, Sagara menawarinya untuk tinggal di sana dan bagaimana ceritanya sampai mereka kini tinggal berdua, bahkan tidur berdua. Aluna juga tidak melewatkan bagian dimana Sagara melakukan hal-hal manis kepadanya, Aluna menceritakan itu pada Aqila agar Aqila tidak berpikir bahwa Sagara itu orang jahat berhati dingin saja. Tapi ada sisi yang Sagara tunjukan untuk beberapa orang saja. Contohnya, dirinya mungkin?

Awalnya, ekspresi wajah Aqila terlihat tidak terima dengan semua yang Aluna katakan bahwa Sagara itu baik dan segala macam. Tapi semakin mendengar cerita Aluna dan melihat ekspresi bahagia Aluna saat menceritakannya, raut wajah Aqila juga perlahan berubah. Dari sini saja Aqila sudah tau, kalau Aluna bahagia sama Sagara dan Aluna sudah menyimpan perasaan untuk laki-laki itu. Kalau Yania mendengar cerita ini pun, pasti Yania akan setuju dengan Aqila. Aluna bilang, ia hanya akan cerita ke Aqila saja karna Aqila sudah terlanjur tau dari penjelasan yang sama sekali tidak menolong dari Sagara. Yania tidak perlu tau. Karna semakin dikit yang tau, semakin bagus.

love me wellWhere stories live. Discover now