CHAPTER 47

42.1K 3.8K 141
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

Perlahan, Audrey mulai membuka kedua kelopak mata dan mengerjapkannya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. Audrey meringis kala merasakan sakit akibat tangannya yang diikat kuat di pinggiran kursi yang dia duduki saat ini, mulutnya pun dibekap kain.

Setelah kesadaran Audrey kembali sepenuhnya, dia menatap sekelilingnya. Sepertinya saat ini dia berada di gudang sekolah. Terlihat dari banyaknya meja dan kursi rusak yang dibiarkan berdebu, juga barang-barang tak terpakai yang ditaruh asal.

Audrey menoleh ke arah sumber suara ketika mendengar suara derit pintu yang terbuka. Didapatinya seorang gadis dengan senyum licik dan tatapan sinis, masuk dan menghampirinya. Dia tidak sendiri, ada dua gadis lainnya yang menertawakan kondisi Audrey saat ini.

"Ternyata lo udah sadar, Bitch!" sambut gadis itu dengan tawa remeh di akhir kalimatnya.

Mata Audrey terpejam sesaat, lalu menatap ke arah gadis yang selalu menganggu hidupnya itu dengan tatapan lelah.

Yap, orang yang menculik Audrey adalah Clara dan teman-temannya. Mereka tertawa mengejek. Audrey tidak habis pikir, apa hanya karena seorang laki-laki Clara berbuat hal yang tidak baik seperti ini?

Audrey memberontak dan mencoba melepaskan tali yang mengikat kuat pergelangan tangannya, tapi usahanya nihil. Ikatan tali tersebut sangat kuat, sehingga membuat Audrey susah melepaskannya. Mungkin pergelangan tangannya akan lecet akibat gesekan tali di kulit tangannya. Bersamaan dengan itu, Clara membuka kain yang menutupi mulut Audrey.

"Memberontak, huh?!" bentak Clara yang kemudian menjambak rambut Audrey dengan kuat tanpa berperasaan.

Tentu saja Audrey meringis kesakitan. "Ma-mau apa ... lo?" tanyanya dengan terbata-bata.

"JAUHI BAGAS!" Teriakan Clara bersamaan dengan tindakannya yang kian kuat dalam menjambak rambut Audrey.

"Gue ... nggak pe-pernah deketin dia," ucap Audrey menahan rintihannya.

"Omong kosong!" desis Clara.
Audrey hanya diam tanpa membalas ucapan Clara. Kepalanya benar-benar pusing akibat jambakan kuat Clara pada rambutnya.

Clara kemudian menyentakkan jambakannya pada rambut Audrey bersamaan dengan seringaiannya. "Gue ada hadiah buat lo!"

Tiba-tiba Clara mengambil pisau lipat dari saku roknya dan mulai bermain-main pada lengan Audrey. Dia menyayat lengan Audrey menggunakan pisau dan membentuk kata 'mati'.

"Argh!" Audrey mengerang kesakitan kala merasakan perih pada lengannya.

"Sakit?" Clara menyeringai puas melihat hasil karyanya.

"Gue rasa lo butuh ini." Salah satu teman Clara menyodorkan perasan lemon pada gadis itu.

Clara langsung mengambil perasan lemon yang disodorkan temannya, lalu menyeringai ke arah Audrey, tanpa belas kasihan dia menumpahkan perasan lemon tersebut pada sayatan di lengan Audrey.

"Pe-perih, hiks ...," rintih Audrey dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Dengan tatapan penuh permusuhan, Clara menampar keras pipi Audrey, lalu mencengkram kuat dagu gadis itu.

"Ini belum seberapa, Bitch!" Clara melepaskan cengkeramannya pada dagu Audrey dalam sekali empasan.
Audrey hanya dapat memejamkan mata, dia pasrah dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini. Air mata gadis itu terus mengalir, ditambah lagi perih di lengan membuatnya seakan mati rasa.

Suara dobrakan dari arah pintu membuat seisi ruangan sontak menoleh, termasuk Audrey yang tadi sempat memejamkan matanya dengan putus asa.

"Sialan!"

Dengan penuh amarah, Alvaro menarik tangan Clara lalu menghempaskan tubuhnya begitu saja, sehingga membuat tubuh Clara jatuh tersungkur di lantai. Laki-laki itu kemudian membuka ikatan talinya pada lengan dan kaki Audrey. Alvaro mengumpat dalam hati saat melihat luka di lengan istrinya. Ia bersumpah akan membalas perbuatan Clara.

Audrey bernapas lega saat Alvaro menolongnya. Dia menghadiahi suaminya itu dengan senyuman tipis penuh haru saat laki-laki itu melepaskan ikatan tali pada kaki dan tangannya.

"Maaf ...," lirih Alvaro yang kemudian memeluk erat tubuh Audrey, hatinya benar-benar teriris melihat kondisi istrinya saat ini.

Sementara itu, Clara dan teman-temannya diamankan oleh Raka, Bima, serta Surya. Mereka merasa lega karena telah menemukan Audrey.

***

FLASHBACK ON

Sudah hampir dua jam Alvaro dan teman-temannya mencari Audrey, tetapi gadis itu tak kunjung ditemukan. Seluruh penjuru sekolah mereka datangi dan hasilnya masih nihil.

"Gimana ini, Kak? Audrey belum ketemu juga," ungkap Vera, merasa cemas.

"Bagian mana yang belum kita cek?" Alvaro tampak mengedarkan pandangan.

"Kan udah semua kita datangi, tapi hasilnya nihil," balas Felicia.

"Gudang sekolah!" seru Bella dengan harapan yang tersirat melalui bola matanya.

"Gue rasa Audrey nggak ada di gudang," ucap Felicia, tidak yakin.

Raka mulai angkat bicara. "Kita coba cek dulu."

Mereka lantas berjalan menuju gudang yang tempatnya berada di belakang sekolah. Tidak pernah ada seorang pun yang masuk ke gudang itu karena isu sosok hantu yang menempati tempat tersebut. Entah benar atau tidaknya, mereka tidak peduli.

Saat mereka mulai dekat dengan gudang, terdengar suara jeritan kesakitan. Alvaro mengenal suara itu, suara Audrey. Dengan dilanda kepanikan, laki-laki itu berlari ke arah pintu dan langsung mendobraknya.

FLASHBACK OFF

***

Audrey melepaskan pelukan Alvaro saat merasa kesulitan bernapas. Ditatapnya wajah Alvaro dengan lembut. Mata laki-laki itu menyiratkan kekhawatiran, Audrey sampai tersentuh dibuatnya.

"Kita ke rumah sakit aja yuk, Drey, luka lo parah banget itu." Ucapan Vera membuat Alvaro seketika tersadar.

Alvaro mengepalkan tangannya melihat luka di lengan Audrey. Rahangnya mengeras melihat sayatan bertuliskan kata 'mati' di lengan gadis itu. Lihat saja nanti, dia akan memberi Clara hukuman yang amat kejam.

Di samping itu, Clara memberontak agar tangannya terlepas dari cengkraman Raka. Yang ada di pikirannya saat ini adalah melarikan diri. Dia tidak ingin dijebloskan ke penjara.

Tiba-tiba Clara menyikut kuat perut Raka, sehingga membuat laki-laki itu mengerang kesakitan dan melepaskan cekalannya pada tangan gadis itu.
Tak cukup sampai di situ, aksi Clara berlanjut dengan melakukan tindakan yang sangat nekat dan membahayakan untuk Alvaro. Audrey yang melihat hal itu sontak menjerit.

"Awas, Kak!"

Suara tembakan yang terdengar nyaring, beradu dengan udara hampa dan membuat seisi ruangan tampak tersekat. Detik selanjutnya, tubuh seseorang limbung dan ambruk di lantai.

***

TBC


jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang