CHAPTER 33

126K 8K 310
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

"K-kak Alvaro ...," cicit Audrey dengan ketakutan. Ya, orang yang menolongnya dari pria bejat adalah Alvaro, suaminya sendiri.

Usai puas menghabisi pria itu, Alvaro langsung menghampiri Audrey, mencekal tangan gadis itu, kemudian menyeretnya dengan emosi yang tidak terkontrol. Bahkan tanpa rasa kasihan, Alvaro sampai mendorong tubuh Audrey agar masuk ke dalam mobil.

Amarah Alvaro belum cukup sampai di situ. Laki-laki berwajah dingin tersebut mengemudikan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, tanpa menghiraukan Audrey yang bergumam ketakutan. Ragu-ragu, gadis itu melirik Alvaro. Tampak sekali bahwa rahang Alvaro mengetat, menandakan bahwa kemarahannya memuncak.

Guna mengurangi ketakutannya, Audrey memutuskan memejamkan mata. Dalam hati Audrey berharap, mereka sampai di apartemen dengan selamat.

Tiba di apartemen, Alvaro langsung menyeret Audrey ke kamar, kemudian mendorong tubuh gadis itu ke ranjang. Audrey jatuh ke kasur dengan posisi terduduk.

Hatinya bagai diremas kuat melihat perilaku Alvaro yang sebegitu murkanya. Audrey akui bahwa dirinya memang salah, tapi tidak bisakah Alvaro membicarakannya secara baik-baik? Audrey takut melihatnya, seumur hidup dia belum pernah diperlakukan seperti ini.

"Ma-maaf ...." Suara Audrey gemetar, menahan tangis. Saat ini, dia benar-benar takut dan kalut. Sedangkan Alvaro yang masih berdiri, hanya bergeming dengan sorot mata tajam nan mengintimidasi ke arah Audrey.

Sepuluh menit berlalu, Alvaro tetap diam, dan Audrey tak mampu mencegah leleh bening kristal dari matanya. Namun, sebisa mungkin dia menahan isakannya agar tidak pecah. Tidak mau semakin membuat Alvaro marah.

"Bohong, huh?" Nada bicara Alvaro terdengar sinis, sehingga membuat Audrey takut untuk menjawabnya.

"Kenapa diam? Malu karena ketahuan?" Audrey yang menunduk, merasakan bahwa kristal bening semakin deras mengalir di pipi. Dadanya terhimpit sesak. Sungguh, dia tak bisa menahannya.

Jujur, Alvaro sangat kecewa karena Audrey telah membohonginya, tapi melihat tangisan gadis itu, Alvaro luluh. Dia mendekati gadis itu, lalu merengkuhnya dalam pelukan hangatnya. Di saat itulah tangis Audrey pecah. Dia menumpahkan segala sesak di dalam dada suaminya.

Dress sialan, batin Alvaro saat dia baru menyadari bahwa dress hitam yang dikenakan Audrey terlalu terbuka, sehingga memperlihatkan bahu mulusnya. Hal itu membuat Alvaro meneguk salivanya dengan susah payah.

"Ma-maaf, Kak ...," lirih Audrey di sela-sela isakannya.

"Jangan pernah berbohong lagi, atau kamu akan tahu akibatnya," tegas Alvaro, dan gadis itu mengangguk. Audrey semakin mempererat pelukan, bau mint pada tubuh Alvaro membuatnya sangat nyaman dan menenangkan.

Tidak mampu mengontrol nafsu, Alvaro melampiaskannya dengan mengisap leher hingga menjalar ke bahu Audrey yang terbuka. Kontan saja gadis itu berjengit kaget sekaligus merasa kegelian.

"Ge-geli, Kak ...," pekik Audrey, berusaha menggeliatkan tubuhnya agar terlepas dari serangan Alvaro.

"Itu hukuman." Alvaro tersenyum puas kala melihat hasil karyanya yang meninggalkan banyak tanda merah pada bahu dan leher Audrey. Setelah itu, Alvaro dengan santainya berjalan ke kamar mandi. Meninggalkan Audrey yang bergidik geli.

Alvaro bersyukur karena Raka memberitahukan keberadaan Audrey di club itu. Jika tidak, dia tidak mampu membayangkan apa yang akan terjadi pada Audrey ke depannya.

***

FLASHBACK ON

Saat itu, Alvaro sedang sibuk dengan berkas-berkas yang menumpuk di meja kerja, hal itu menjadikan dia harus lembur dan pulang larut malam. Alvaro berusaha menyelesaikan pekerjaan lebih cepat karena dia ingin segera pulang menemui Audrey.

Suara dering ponsel seketika mengalihkan atensi Alvaro. Laki-laki itu meliriknya dan mendapati nama Raka yang me-video call dirinya. Awalnya Alvaro mengabaikan. Namun, Raka tak henti-henti menerornya. Maka, dengan enggan dia menerima panggilan video tersebut.

Panggilan tersambung, dan menampilkan wajah Raka serta Bima yang tampak berada di sebuah club. Hal itu terlihat dari kerlap-kerlip lampu serta berisiknya dentuman musik.

"Bro, gue lihat Audrey sama temen-temennya di sini," ucap Raka di seberang sana.

"Audrey kerja kelompok," balas Alvaro tidak percaya.

Raka mengubah pengaturan menjadi kamera belakang, terlihat di sana Audrey duduk di bar dengan teman-temannya.

Tanpa sadar, rahang Alvaro mengetat. Merasa emosi dan kecewa karena Audrey telah membohongi dirinya.

Dengan emosi yang membara, Alvaro mematikan sambungan panggilan video dengan Raka, kemudian segera menuju mobil dan mengemudikannya dengan kecepatan di atas rata-rata.

FLASHBACK OFF

***

Alvaro keluar dari kamar mandi dengan kaus hitam polos dengan celana jeans. Dia menghampiri Audrey yang sedang asyik bermain game. Saat dilihat dari dekat, ternyata gadis itu memainkan 'Worms Zone'. Sesekali Audrey terdengar menggerutu karena cacingnya mati. Hal itu membuat Alvaro semakin gemas pada istrinya tersebut.

"Eh?!" Audrey terlonjak kaget saat menemukan Alvaro berdiri di sebelahnya. Gadis itu mendongak, menatap Alvaro yang terlihat tampan dengan rambut yang masih basah.
Buliran air dari rambut Alvaro yang menetes di wajah Audrey, membuat gadis itu tersadar dari kekagumannya.

Tiba-tiba Alvaro menyodorkan handuk kering ke arah Audrey. Audrey kontan mengernyit heran, tidak mengerti. Namun, saat laki-laki itu menunjuk rambutnya yang basah, dia akhirnya paham.

"Nunduk, Kak." Alvaro menunduk, sesuai permintaan Audrey. Gadis itu dengan telaten mengeringkan rambut sang suami.

Di tengah kegiatannya, Audrey dikejutan oleh tindakan Alvaro yang tiba-tiba menarik pinggangnya agar mendekat. Mengurai jarak di antara mereka. Awalnya Audrey tersentak, tapi meski begitu dia tetap melanjutkan kegiatannya. Tanpa disadari oleh Audrey, sedari tadi Alvaro menatapnya dengan gemas.

"Em, u-udah, Kak." Audrey dilanda kegugupan saat menyadari bahwa Alvaro menatapnya dengan intens, menimbulkan pipi gadis itu seketika memanas.

Saat Alvaro menguraikan rengkuhan, Audrey memanfaatkannya untuk segera pergi. Gadis itu ingin segera mandi dan melepas penat, setelah melewati semua yang terjadi pada hari ini.

Audrey sempat dibuat bergidik ngeri saat dia bercermin dan mendapati banyak tanda merah keunguan yang tercetak jelas di leher serta bahunya. Ini semua ulah Alvaro, suaminya.

***

TBC


jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang