CHAPTER 42

125K 7.8K 1K
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

Usai membeli gaun sesuai yang mereka inginkan; Audrey, Bella, Vera, serta Felicia memutuskan untuk mampir ke Starbucks.

Begitu masuk, keempatnya memilih tempat duduk yang terletak di pojok. Felicia yang biasanya cerewet dan menghidupkan suasana, kini tampak cemberut.

"Padahal dress merah tadi cocok buat gue," gerutu Felicia, mengingat penolakan teman-temannya terhadap dress yang dia pilih.

"Lo mau jadi tante-tante kurang belaian?! Ya kali cewek bar-bar kayak lo pake dress kekurangan bahan," sarkas Vera, frontal.

"Dress yang merah tadi kurang, Fel," peringat Audrey seraya menatap Felicia dengan tenang.

Felicia menghela napas pasrah. "Ya udah, iya."

Setelahnya, mereka mengobrol seperti biasa, Felicia telah kembali ceria.

"Hai, Dede Emesh! Ngapain kalian di sini?"

Ketiga gadis itu sontak menengok dan melihat Bima, Raka, serta Surya yang tiba-tiba datang menghampiri mereka.

"Lagi ngamen," jawab Bella, sewot.

"Nih, Abang kasih goceng." Tiba-tiba Bima menyodorkan uang lima ribuan pada Bella.

Tidak baik menolak rezeki, Bella dengan senang hati mengambil uang lima ribuan yang diberikan oleh Bima

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak baik menolak rezeki, Bella dengan senang hati mengambil uang lima ribuan yang diberikan oleh Bima.

Unik banget ini cewek, dikasih duit goceng mau, batin Bima.

Audrey menatap teman-teman Alvaro, lalu berpikir, kenapa cuma ada temen-temen Kak Alvaro, terus sekarang Kak Alvaro-nya ada di mana?

"Alvaro lagi sibuk, tadi dia bilang ke gue nggak bisa ikut kumpul karena ada urusan," jelas Raka, seolah mengerti isi pikiran Audrey.

Mendengar penjelasan Raka, Audrey hanya menganggukkan kepalanya. Dia harus tetap berpikir positif, mungkin benar apa yang dikatakan Raka. Akhir-akhir ini Alvaro sangat sibuk, waktu untuk di rumah saj sangat sulit. Apalagi kumpul bersama teman-temannya.

"Kalian udah pesen?" tanya Bima, dan diangguki keempat gadis itu.

Bima mulai memanggil pelayan, lalu memesan minum untuk dirinya dan teman-temannya. Seperti biasa, Surya hanya diam saja dan mendengarkan obrolan mereka tanpa menaruh minat.

Telolettt telolett!!! Aiyaiyay bang Joni suka jablay~

Tawa mereka langsung pecah mendengar ringtone ponsel Bima. Bahkan pengunjung lain pun yang mendengarnya ikut tertawa. Dengan rasa malunya, Bima mengangkat panggilan telepon dari Karin ibunya.

"Nak, nanti beliin Mamah gula sama minyak, ya!"

"Kan ada Bi Tini, ngapain nyuruh aku," protes Bima, setengah berbisik lantaran malu.

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang