CHAPTER 23

136K 9.2K 319
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

Audrey sedari tadi mengguncang bahu Alvaro, mencoba membangunkan suaminya yang sangat susah dibangunkan. Padahal, waktu telah menunjukkan pukul tujuh pagi. Audrey harus segera bersiap-siap.

"Kak, ayo bangun ...," rengek Audrey karena Alvaro tak kunjung bangun dari tidurnya.

Sebenarnya beberapa menit yang lalu Alvaro sudah bangun. Hanya saja dia berniat mengerjai istrinya. Hitung-hitung sebagai hukuman karena kemarin Audrey telah membuatnya marah.

Setelah merasa puas mengerjai sang istri, Alvaro bangkit, lalu mengecup bibir Audrey membuat si empunya terkejut bukan main.

"Bawel," ledek Alvaro. Matanya fokus memandangi wajah Audrey yang tampak memerah menahan malu.

"Ka-kalo gitu, Audrey mandi dulu."

"Mau mandi sendiri atau dimandiin?" goda Alvaro.

Tanpa sepatah katapun, Audrey berlari memasuki kamar mandi. Hal itu membuat Alvaro terkekeh geli melihat tingkah menggemaskan Audrey.

Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, kini Audrey dan Alvaro berjalan beriringan ke luar gedung apartemen. Hari ini merupakan hari keberangkatan Audrey yang akan mengikuti acara camping yang di adakan oleh pihak sekolah. datangnya hari ini.

Keduanya berhenti tepat di depan taksi yang dipesan Alvaro. Laki-laki itu tidak bisa mengantar Audrey lantaran memiliki urusan mendadak.

"Jaga diri baik-baik, jangan dekat dengan lelaki mana pun karena saya mengawasi kamu," pesan Alvaro pada Audrey.

Audrey mengangguk paham, mencium tangan Alvaro, lalu memasuki taksi. Sedangkan Alvaro menatap dalam diam pada taksi yang mulai menjauh dari pandangannya.

***

Audrey sedikit berlari saat melihat teman-temannya telah berkumpul di lapangan sekolah, bersiap untuk melaksanakan apel pagi sebelum berangkat.

Ketika dalam perjalanan menuju sekolah tadi, Audrey sempat terjebak macet dalam waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan oleh sebuah truk yang menabrak pembatas jalan.

Audrey menghampiri sahabat-sahabatnya yang telah membentuk barisan. Gadis itu segera berdiri di baris kosong samping Bella.

"Untung lo nggak telat, Drey," ucap Bella, saat menyadari kedatangan Audrey.

Audrey mengangguk. "Huft, iya, macet banget tadi," keluhnya.

Beberapa saat kemudian, Bu Yati mengambil alih barisan dan mengumumkan bahwa bus diatur per kelas. Para murid langsung dibubarkan dan berhamburan memasuki bus. Audrey duduk di samping Felicia. Sementara di belakang mereka, Bella dan Vera duduk bersebelahan.

***

Hampir tiga jam menempuh perjalanan, akhirnya rombongan SMA Nusantara tiba di salah satu bumi perkemahan yang ada di Bandung.

Seluruh siswa langsung berhamburan keluar, lalu kembali berbaris sesuai instruksi Bu Yati. Untuk sampai di bumi perkemahan tersebut, para siswa harus menyusuri jalan setapak. Suasana pedesaan yang asri dan sejuk membuat mereka tidak mengeluh harus berjalan kaki.

Mereka pun berbaris rapi untuk memasuki kawasan bumi perkemahan. Setibanya di sana, mereka diberi waktu untuk beristirahat selama lima belas menit. Setelah waktu istirahat habis, mereka diminta untuk membangun tenda yang telah disiapkan oleh pihak sekolah.

Di tengah kegaduhan mereka dalam mendirikan tenda, keriuhan lain terjadi saat empat orang laki-laki dewasa memasuki kawasan perkemahan.

"Drey, lihat deh, ternyata temennya Pak Alvaro ikut semua!" pekik Felicia seraya menyenggol lengan Audrey yang fokus mencoba memasang tenda.

Mendengar pekikan Felicia, sontak saja Audrey langsung mengikuti arah pandangan Felicia. Gadis itu dibuat kaget saat melihat Alvaro datang bersama Bima, Raka, dan Surya. Keempat laki-laki itu menjadi pusat perhatian para siswi di sana. Audrey yang sebelumnya tidak tahu bahwa Alvaro akan menyusul, cukup terkejut dengan datangnya laki-laki itu.

"Ayo lanjut pasang tendanya," ucap Bella membuyarkan lamunannya. Audrey lantas mengambil potongan bambu runcing dan mencoba untuk menancapkannya pada tanah. Tapi usahanya tidak membuahkan hasil. Tanah yang kering dan keras sulit untuk ditembus runcingnya potongan bambu tersebut.

"Susah banget, sih!" gerutu Audrey yang masih terus mencoba, tapi tak kunjung berhasil.

"Mau gue bantu?" tawar seseorang membuat Audrey mendongak, menatap ke arah Bagas yang ada dihadapannya saat ini.

"Biar saya saja." Suara lain yang begitu Audrey kenali menyahut, siapa lagi kalau bukan suami posesif Audrey. Alvaro langsung mengambil alih potongan bambu dari tangan Audrey, kemudian menancapkannya dalam satu entakan dengan mudahnya.

Sebelumnya, Alvaro sempat melirik sinis ke arah Bagas. Menyadari lirikan Alvaro itu, Bagas mengernyit bingung.

Pak Alvaro kenapa sih sensi mulu sama gue?

***

TBC

jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang