CHAPTER 22

134K 9.3K 295
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

Terhitung sudah 2 jam mereka berkeliling mal. Audrey, ketiga sahabatnya dan Bagas telah menenteng kantong belanjaan berisikan barang-barang perlengkapan camping.

"Eh, ke Starbucks, yuk," ajak Bella.

"Boleh deh, ayo," sahut Audrey.

Mereka berjalan menuju kedai kopi yang dipadati sejumlah orang itu, lantas memilih tempat duduk kosong. Tak lama kemudian, seorang barista datang dan mencatat pesanan mereka.

Selagi menunggu pesanan datang, mereka mengobrol membahas tentang camping yang akan dilaksanakan besok. Hingga beberapa menit berselang, barista kembali membawa minuman yang mereka pesan.

Saat menikmati minumannya, Audrey menatap sekeliling. Tidak sengaja tatapan Audrey bertemu dengan mata tajam nan menusuk milik seseorang yang duduk di kursi beberapa meter darinya. Seketika Audrey membulatkan mata ketika menyadari bahwa pemilik tatapan itu tak lain dan tak bukan adalah Alvaro, suaminya.

Laki-laki itu datang bersama teman-temannya dan duduk tak jauh tempat duduk Audrey. Gadis itu memalingkan wajahnya saat tatapan Alvaro seolah mengintimidasi dirinya.

"Lo kenapa, Drey?" tanya Bagas saat melihat raut kegelisahan tercetak jelas di wajah Audrey.

Audrey yang sedikit gelagapan, lalu menggeleng cepat seraya menyunggingkan senyum tipis. "Eh, nggak pa-pa, kok."

"Gue udah nggak sabar buat camping besok," celetuk Felicia melanjutkan obrolan.

Vera menganggukkan kepalanya. "Iya nih, kayaknya seru banget. Terakhir gue camping itu waktu SMP. Itupun nggak sampai keluar kota."

Sedari tadi Audrey hanya menyimak tanpa menimpali, sesekali melirik ke arah Alvaro yang terus menatap ke arahnya. Hal itu membuat Audrey waswas sekaligus tidak nyaman lantaran merasa diawasi oleh sang suami.

"Drey?" panggil Bagas, membuat Audrey menoleh ke arah laki-laki itu.

"Apa?" tanya Audrey.

"Di sudut bibir lo ada krimnya." Tanpa seizin Audrey, Bagas mengusap sudut bibir gadis itu dengan jari telunjuk, kemudian memasukkan sisa krim tersebut ke dalam mulutnya dengan santai, tanpa jijik sedikit pun. Tindakan Bagas itu, membuat Audrey dan teman-temannya membulatkan mata.

Sementara itu, Alvaro yang melihat semuanya tampak tersulut emosi. Laki-laki itu melangkah cepat ke arah sang istri dan langsung menarik gadis itu dengan paksa. Audrey yang tadinya tidak mengetahui kehadiran Alvaro di dekatnya pun tersentak. Jantungnya berdebar-debar saat mendapati wajah marah suaminya.

Teman-teman Audrey dan Alvaro tampak terkejut saat menyaksikan kejadian tersebut. Bagi mereka, Alvaro sangat menyeramkan ketika sedang marah begini. Sedangkan Bagas tampak kebingungan. Sudah dua kali dia melihat Alvaro marah, dan hal itu selalu berkaitan dengan Audrey yang dekat dengannya.

Dalam hati, Bagas bertanya-tanya. Sebenernya mereka ada hubungan apa?

Alvaro yang sudah diselimuti emosi pun menarik paksa tangan Audrey agar mengikutinya hingga membuat sang empunya meringis. Melihat itu, dengan gerakan refleks Bagas menahan sebelah tangan Audrey.

"Pak Alvaro mau bawa Audrey ke mana?" tanya Bagas merasa kasihan pada Audrey. Dia menduga pergelangan tangan Audrey pasti memerah karena Alvaro terlalu kuat memegangnya.

"Bukan urusan kamu!" ucap Alvaro datar dan dingin, lalu melangkah keluar. Tangannya masih mencengkram kuat pergelangan tangan Audrey. Bagas melongo, sedangkan teman-teman Alvaro dan Audrey hanya diam, tidak berniat mencegah atau menyusul pasangan itu. Mereka tidak ingin mencampuri urusan keduanya.

***

Sesampainya di parkiran mal, Alvaro membuka pintu mobil dan memasukkan Audrey ke dalam mobil dengan kasar. Gadis itu sampai berjengit saat Alvaro menutup pintu mobil dengan kencang, menimbulkan suara yang begitu keras.

"Pake sabuk pengaman kamu!" perintah Alvaro datar. Audrey langsung memakai sabuk pengaman dengan tangan yang sedikit gemetar karena gugup.

Alvaro melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata, seperti orang kesetanan. Audrey yang merasa takut hanya bisa memejamkan matanya dan sesekali merapalkan doa demi keselamatan mereka.

"Kak ... pelan-pelan bawa mobilnya," cicit Audrey dengan terbata-bata. Dia begitu takut jika terjadi sesuatu hal buruk menimpa mereka. Namun, Alvaro yang dikuasai emosi, mengabaikan perkataan Audrey.

***

"Sudah saya katakan berulang kali, jangan pernah berdekatan dengan lelaki lain!"

Saat ini tubuh Audrey yang tersudut di tembok, dikepung oleh kedua lengan kekar milik Alvaro. Nyali Audrey menciut saat tatapan tajam dan mematikan Alvaro seakan ingin membunuhnya. Dia hanya diam membisu dan sebisa mungkin menghindari tatapan mengerikan itu.

"Kenapa diam? Mendadak bisu, heh?" sentak Alvaro sinis.

Audrey yang menunduk, menahan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Dengan sisa-sisa keberaniannya, gadis itu memeluk tubuh besar Alvaro. Dia sangat benci ketika Alvaro sedang marah seperti ini. Baginya, terlihat sangat menyeramkan.

Merasakan bahu Audrey berguncang, Alvaro lantas balas memeluk tubuh mungil sang istri dan menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher gadis itu. Menghirup aroma tubuh Audrey yang memabukkan membuat amarah Alvaro sedikit mereda.

Mendadak, Audrey merasakan sesak di dadanya. Dia terisak kecil, meluapkan sedikit ketakutannya dalam tangisan. Hal itu membuat Alvaro tersadar dan merasa bersalah pada sang istri.

Baru beberapa menit dibuat tenang, Audrey kembali dikejutkan oleh tindakan Alvaro yang tiba-tiba menariknya menuju sofa. Setelah itu, Alvaro menyentakkan tubuh Audrey agar duduk di atas pangkuannya. Jantung Audrey berdebar ketika satu tangan Alvaro melingkar di perutnya.

"K-kak ... Audrey du-duk di sebelah aja." Audrey menggeliat tak nyaman, berusaha untuk lepas dari kungkungan Alvaro. Bukannya terlepas, Alvaro justru semakin mengeratkan rengkuhannya.

"Diam dan nikmati, saya hanya ingin seperti ini sebentar." Alvaro menumpukan kepalanya pada bahu Audrey, kemudian menenggelamkannya dalam ceruk leher gadis itu.

Tubuh Audrey menegang ketika merasakan hembusan nafas Alvaro menyapu permukaan lehernya. Terasa menggelitik perutnya, namun membuatnya sedikit nyaman. Setidaknya, amarah Alvaro sudah reda.

***

"Akhirnya selesai juga," gumam Audrey seraya mengembuskan napas lega. Dia telah selesai menyiapkan perlengkapan camping untuk besok.

Kini, Audrey melirik ke arah kasur. Ternyata Alvaro sudah tertidur lelap. Melihat hal itu, Audrey mengulum senyum, lalu segera beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Beberapa menit kemudian, Audrey yang sudah mengenakan piyama tidurnya, membaringkan tubuhnya dengan posisi membelakangi Alvaro. Baru hendak memejamkan mata, dia dibuat tersentak saat bahunya ditarik paksa agar menghadap ke arah Alvaro.

Tanpa sepatah katapun, Alvaro membenamkan wajahnya pada dada Audrey. Hal itu membuat tubuh gadis itu kian menegang hebat. Belum cukup sampai di situ, Alvaro meraih tangan Audrey, lantas meletakkannya di atas kepala laki-laki tersebut.

"Usap-usap kepala saya," pinta Alvaro dengan suara serak. Dengan gerakan kaku, Audrey mulai mengelus puncak kepala Alvaro, membuat laki-laki itu diam-diam menarik sudut bibirnya seraya memejamkan matanya.

Sementara itu, Audrey masih terheran-heran dengan sikap Alvaro yang mendadak manja padanya. Entahlah. Audrey merasa sikap suaminya itu memang berubah-ubah seperti bunglon dan sulit ditebak. Menyadari bahwa sang suami telah tertidur, gadis itu menyudahi usapannya, kemudian memejamkan mata masuk ke dalam alam mimpi.

***

TBC

jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang