CHAPTER 37

124K 7.9K 283
                                    

WAJIB SPAM KOMEN DI SETIAP PARAGRAFNYA.

Butuh waktu tiga jam untuk Audrey dan teman-temannya menyelesaikan tugas. Saat hari sudah beranjak sore, mereka baru berpamitan pulang.

Sepeninggal teman-temannya, Audrey pergi ke dapur dan berencana memasak makanan untuk Alvaro dan teman-temannya.

Alvaro yang tidak sengaja melewati dapur, melihat Audrey yang tengah memotong wortel. Entah kenapa, Alvaro selalu merasa bahwa istrinya itu selalu terlihat menggoda saat sedang memasak. Diam-diam, Alvaro mendekati Audrey.

Tepat di depan telinga Audrey, Alvaro berbisik rendah, "Masak apa?" Alvaro mengulum senyum saat melihat reaksi tubuh istrinya yang tampak berjengit kecil, kaget.

Alvaro mengendus permukaan telinga hingga menjalar ke leher Audrey. Menghirup dalam-dalam aroma yang memabukkan itu. Tanpa aba-aba, dia merengkuh tubuh mungil tersebut dengan posesif. Dapat dirasakannya tubuh Audrey menegang karena sentuhannya.

"K-kak ... ja-jangan kayak gini," ucap Audrey dengan gugup.

Alvaro tidak menghiraukan ucapan Audrey, dia malah mengeratkan pelukannya. Beberapa kali Audrey terus berusaha menyingkirkan tangan Alvaro dari perutnya, akan tetapi tidak berhasil. Merasa kesal, Audrey mencubit pinggang Alvaro, membuat si empunya meringis. Tanpa sepatah kata, Alvaro kembali masuk ke ruang kerja. Meninggalkan Audrey yang diam-diam bernapas lega.

Berselang beberapa menit, nasi goreng seafood dengan campuran sayuran, telah terhidang rapi di meja. Audrey pun bergegas menuju ruang kerja Alvaro.

Gadis itu dibuat terkejut saat melihat ruang kerja tersebut berantakan. Kertas berhamburan di meja dan berbagai bungkus snack dibiarkan berceceran di lantai.

Audrey yang berusaha untuk tetap tenang pun, lantas berucap, "Kak, makan malamnya udah jadi, Audrey tunggu di meja makan."

Setelah mendapat anggukan dari Alvaro, Audrey lantas berlalu menuju ruang makan.

"Asik! Makan gratis!" seru Bima bersorak gembira.

"Pas banget. Perut gue juga udah bunyi terus, minta diisi," ucap Raka sambil mengelus perutnya.

Alvaro menatap datar dua sahabatnya itu. "Nggak ada yang boleh makan sebelum ruang kerja gue rapi kayak sebelumnya," tegasnya, melenyapkan kebahagiaan Raka dan Bima.

Sembari menggerutu kesal, Raka dan Bima mulai membereskan kekacauan ulah mereka sendiri. Surya tidak ikut membantu, karena sedari tadi dia asyik membaca buku mengenai bisnis.

"Sampahnya buang ke mana?" tanya Bima seperti orang bodoh.

"Tempat sampah, lah, Dodol!" Raka menjitak keras kepala Bima. Laki-laki itu melirik kesal ke arah Raka, kemudian kembali melakukan aktivitasnya dengan terpaksa.

Setelah semua selesai, barulah mereka turun ke meja makan. Di sana sudah ada Audrey yang tengah fokus pada ponsel. Menyadari kehadiran mereka, Audrey segera menyimpan ponselnya di saku.

Audrey mulai mengambil piring dan mengisinya nasi goreng untuk Alvaro. Saat Audrey hendak mengambil nasi untuk Raka, Alvaro mencegahnya.

"Dia bisa ambil sendiri," ucap Alvaro datar.

"Iri bilang, Bos!" ledek Raka, membuat Bima terkekeh.

Raka, Bima, dan Surya mengambil makanan mereka masing-masing. Mereka memaklumi sikap Alvaro yang sangat posesif terhadap apa yang sudah menjadi miliknya. Kelima orang itu makan dengan hening, sesekali diiringi lawakan garing dari Raka dan Bima.

"Cuci piring sana, lo berdua, kan, babu." Alvaro menatap Bima dan Raka saat makanan mereka telah habis.

Bima melirik Surya. "Surya juga, dong. Dia, kan, juga ikut makan!"

"Surya temen gue," jawab Alvaro tanpa ekspresi.

"Pilih kasih lo, Bro!" seru Raka, yang ditanggapi Alvaro dengan kedikan acuh tak acuh.

Diam-diam Audrey terkekeh melihat tingkah konyol teman-teman Alvaro. "Biar Audrey yang cuci piringnya."

Gadis itu mengambil alih semua piring kotor di meja makan dan membawanya ke wastafel.

Bima menatap ke arah Audrey dengan tatapan kagum. "Istri idaman, coba aja kalo Audrey jadi istri gue," celetuknya.

"Nggak boleh!" sahut Alvaro, ketus.

"Nggik bilih!" cibir Bima.

"Pulang lo semua!" Alvaro menatap pada ketiga temannya itu.

"Bilang aja mau kelonan sama Audrey," celetuk Raka.

Alvaro menyeringai sinis pada Raka. "Iri bilang, Bos!"

Tawa Bima pecah mendengar ucapan Alvaro. "Kena, kan, lo, Rak!"

Raka mengerucutkan bibirnya. Sementara Surya yang sedari tadi tidak bersuara, hanya menatap teman-temannya dengan datar. Tersenyum pun tidak. Dia memang jarang bersuara, dan hal itu telah dimaklumi oleh teman-temannya.

Atas paksaan dari Alvaro, akhirnya mereka pulang. Sepeninggal mereka, Alvaro menatap ke arah Audrey yang masih mencuci piring. Dia lantas menghampiri Audrey, berniat membantu.

"Biar aku aja, Kak," cegah Audrey ketika Alvaro hendak mengambil piring kotor. Dia pun hanya mengangguk pasrah dan berpikir untuk bermain PS saja.

***

Setelah semua pekerjaannya usai, Audrey memutuskan untuk pergi ke kamar. Didapatinya Alvaro yang tengah bermain PS. Audrey pun mengambil novel dan memutuskan untuk membacanya di tempat tidur. Hampir dua jam Audrey membaca novel. Hal itu membuatnya mengantuk dan tanpa sadar tertidur.

Alvaro yang baru saja selesai bermain PS, menggelengkan kepalanya saat mendapati istrinya itu tertidur dengan novel yang masih dia genggam. Perlahan, Alvaro mengambil novel yang ada di tangan Audrey dan menaruhnya di meja, lalu menarik selimut sebatas leher.

Diperhatikannya lekuk wajah Audrey dengan intens. Tanpa sadar, Alvaro sedikit menyunggingkan senyumnya.
Alvaro pun membaringkan tubuhnya di samping Audrey dan memeluknya erat dari belakang. Hal itu membuat Audrey menggeliat tak nyaman. Namun, tidak lama, Audrey kembali tertidur karena Alvaro mengusap rambutnya lembut.

"Sleep tight, Sayang ...," bisik Alvaro, setelah mengecup puncak kepala Audrey.

***

TBC

jangan lupa untuk vote dan komen. follow juga Instagram @aniintnputri_ dan @wattpadaniintnptr_

MY POSSESSIVE HUSBAND [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang