5. KTM oh KTM

234 69 92
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Ngit, ke fakultas sebelah yuk? Ada pembukaan cafetaria baru banyak promo, syaratnya cuma bawa KTM aja." ujar Bara, teman sekelas Langit.

Langit yang fokus membereskan kertas catatan selepas mata kuliah hari ini tak memperhatikan ucapan Bara. Hingga Bara yang gemas karena diabaikan Langit memillih duduk di bangku depan pemuda itu.

"Ngit, do you hear me?"

Langit menatap Bara sekilas, "Sorry gue ngga minat."

"Ayolah Ngit, kapan lagi nyerbu makanan promo di kampus? Its mean cuma pakek KTM makan sepuasnya bayar ngga ada separuhnya." ujar Bara semangat. Memang seorang Baramuda Candradinata paling semangat jika menyangkut perkara makanan, ditambah lagi ada iming-iming kata "promo".

Langit meletakkan tasnya di atas meja dan netra pemuda itu menatap Bara. "Do you want to know my reason why i don't want to go there?" Bara menanggapi ucapan Langit dengan anggukan.

"Pertama, gue males desek-desekan cuma perkara makanan. Kedua, gue ngga laper. Ketiga, gue ngga ada KTM."

Bara mengernyit dengan alasan yang dikatakan Langit. Untuk alasan pertama dan kedua bisa Bara maklumi, namun alasan ketiga membuat Bara mengerutkan keningnya. Langit tidak memiliki KTM itu sangat mustahil. Bara sering melihat Langit bolak-balik ke TU untuk mengurus berkas beasiswa, dimana dalam mengurus segala kegiatan di TU harus menggunakan KTM. Makanya Bara heran, bagaimana bisa Langit bilang tidak memiliki KTM?

"Ngit ngga usah bohong, mana mungkin lo ngga punya KTM?"

"Ngga percaya?" Langit menjeda perkataannya dan beralih merogoh dompetnya di dalam tas. Begitu ketemu, dia buka dompet kulit berwarna coklat itu dihadapan Bara. Dan benar saja setelah Bara menelisik, kartu berwarna perpaduan biru dan kuning itu tidak ada di jajaran kartu yang ada di dompet Langit.

"KTM lo ilang? Kok bisa?!"

"Ya bisa, gue manusia biasa yang pelupa. Wajar kan kalo ilang?" ujar Langit santai sambil memasukkan kembali dompetnya ke dalam tas.

Gemas dengan ucapan Langit, Bara refleks menggebrak meja di depan Langit. Hingga suaranya mengambil atensi orang-orang yang masih berada di kelas Filsafat Komunikasi.

"Ngit lo sesantai ini KTM lo ilang? KTM itu penting Langit?!?!?!"

"Iya gue tau penting, terus kalo ilang gue harus gimana? Mencak-mencak kayak Arjuna sampe bikin pamflet terus disebar di semua medsos?" tanya Langit sambil membadingkan dirinya dengan Arjuna yang sempat kehilangan KTM beberapa bulan lalu.

Bara menyugar poninya kebelakang setelah mendengar ucapan Langit. Bara tak habis pikir bagaimana bisa Langit sesantai ini perkara hal penting penunjang kegiatan perkuliahan bisa hilang.

"Ya seenggaknya lo cari lah Ngit, terakhir kali lo pegang pas apa? Atau mungkin lo pergi kemana gitu terus KTM lo ketinggalan. Bisa jadi juga KTM lo jatuh dimana gitu. Usaha kek lo cari itu KTM. Atau umumin di DEKIRA kalo KTM lo ilang." cerocos Bara.

Rasa yang MengudaraWhere stories live. Discover now