17. Risolusi Rasa

191 54 93
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Hiruk pikuk kegiatan di sela jam istirahat kuliah begitu terasa siang ini. Seperti halnya di Fakultas Kesehatan, pasalnya di area taman sebelah baratnya saja terlihat beberapa orang tengah ramai berkumpul. Ada yang serius mengerjakan tugas di bangku semen, ada yang rapat santai di gazebo tengah, bahkan ada juga yang asyik bercengkrama dibawah rindangnya pohon ketapang tua yang berdiri di sana

Keadaan seperti inilah yang tak mau dilewatkan oleh Attarazka dan kawan-kawannya dari kawasan HIMA Gizi. Berbekal wadah plastik bening berisikan risol, Azka and friends siap menawarkan dagangannya demi event jurusan.

Azka memang terkenal dengan julukan pendekar danusan, tak heran jika di jam istirahat siang seperti ini pemuda asli Bumi Jogja itu sudah stand by di area Fakes atau berkeliling hingga ke fakultas seberang. Semua ini Azka lakukan untuk jurusannya. Sungguh definisi budak himpunan.

Menjadi anak danusan memang tak semudah yang dikatakan orang. Seperti siang ini Azka termenung menatap box kue yang terjejer rapi di meja depannya. Risolnya masih tersisa separuh sebelum Azka mencapai target minimal terjual 2 box. Dan dia tak mungkin kembali begitu saja sebelum risol-risol dihadapannya habis terjual.

Pusing rasanya Azka memikirkan bagaimana strategi marketing yang harus dia gunakan untuk danusannya. Meskipun eventnya masih bulan depan, tapi target dana masih jauh dari goals. Mungkin aturannya dia harus belajar teknik marketing dengan Andra, jika tidak musnah sudah tabungan Azka untuk menalangi dana danusan nanti. Sudah rugi modal, rugi pula untuk eventnya. Cobaan anak danusan.


"Azka!!"

Azka yang termenung seketika mendongak ketika rungunya mendengar namanya diserukan. Kurva si pemuda pun tercipta ketika netranya menangkap sosok si penyeru namanya. Tak hanya itu, Azka pun langsung berdiri sebagai tanda sopan menyambut orang yang berjalan mendekat ke arahnya.

"Mas Langit, Kak Ferdi?! Tumben ke sini?"

Sambut Azka ketika Langit dan Ferdi menghampirinya. Kedua pemuda satu tongkrongan itu balas tersenyum dan menyalami Azka. Dengan senang hati Azka membalas, terlebih dengan Langit. Azka memang terlebih dahulu mengenal Langit karena mereka pernah satu atap di ANTARIKSA.

"Iya, mau nganter Ferdi ngider di Fakes cari cewek.” Ferdi yang mendengar jawaban Langit langsung menyikut lengan pemuda itu. “Btw risol lo masih?"

Mendengar ucapan Langit, seketika senyum Azka mengembang dan menyodorkan box risol dagangannya tepat di depan Langit. "Masih kak, tinggal dikit tapi. Borong yuk! Ini risol premium lho dijamin enak, lezat, bergizi."

"Iya-iya gue emang mau beli risol buat kakak gue. Btw brosur lo keren, siapa yang bikin?"

Azka mengerutkan dahinya, "Brosur?"

Ferdi yang sedari tadi diam langsung menunjukkan postingan brosur yang masih mentereng di story base Instagram Fakes dihadapan Azka.

"Woalah Abim gemblung! Disuruh ngeditin yang bagus kenapa jadinya gue kayak ketimbun risol gini?!" komentar Azka tak terima atas brosur yang diunggah fakultasnya. Pemuda itu terus berdecak di depan kedua katingnya, sementara Langit yang gemas praktis mengacak surai hitam nan halus milik Azka.

Rasa yang MengudaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang