Delapan

1.7K 251 43
                                    



Lisa meminta ijin untuk ke toilet pada Kems, selain karena Lisa jenuh menunggu di dalam ruangannya, Lisa pun merasa serba salah kala secara terang-terangan Kems selalu menatapnya dengan pandangan yang sulit untuk bisa Lisa artikan.

Membasuh wajahnya lagi dan lagi di depan wastafel, Lisa kemudian kembali menguatkan tekadnya untuk tidak goyah. "Jangan goyah, Lisa. Jangan!" Gumamnya meyakinkan dirinya sendiri.

Menatap sekali lagi pantulan dirinya di depan cermin, Lisa kemudian dengan keyakinannya mulai melangkah untuk meninggalkan toilet.

"—Oppa?! Apa yang kau lakukan disini?! Apa kau gila?!" Panik Lisa saat membuka pintu toilet, dirinya harus terdorong masuk kembali karena ulah Jiyong.

"Diam atau orang-orang akan tahu apa yang kita lakukan disini." Gumamnya tepat di hadapan wajah Lisa.

"Oppa... kumohon jangan seperti ini," Rintih Lisa penuh dengan kepanikan.

"Aku merindukanmu, Cutie." Bisik Jiyong mengabaikan permohonan Lisa. Jiyong bahkan dengan nekatnya membawa paksa Lisa masuk ke dalam salah satu bilik toilet yang ada di belakang mereka.

"Kau gila! Ini tidak lucu! Bagaimana kalau Jennie Eonni melihat kita?! Kumohon Oppa..." Desis Lisa pada kalimat terakhirnya. Pasalnya saat ini Jiyong tengah memeluk tubuhnya sembari menciumi leher jenjang Lisa tanpa ampun.

"Akan sangat menyenangkan jika dia bisa melihat kita seperti ini. Aku muak selalu kau abaikan, Cutie." Bisik parau Jiyong tepat di depan daun telinga Lisa sebelum akhirnya pria itu menggigitnya dengan gemas. "Apa kau mendengarku? Kau mau aku melakukan hal nekat seperti ini lagi?"

Lisa kehilangan orientasinya. Isi kepalanya total menolak, namun hati dan tubuhnya riuh menyambut. "Jangan, Oppa." Hanya itu yang mampu terucap dari mulut Lisa. Entah apa makna kata 'Jangan' yang ia maksud; Jangan lakukan atau Jangan berhenti(?).

"Tatap aku." Pinta Jiyong penuh dengan dominasi. "Kau menyukainya, bukan?" Lanjut Jiyong tepat di hadapan wajah Lisa.

Lisa diam.

Jiyong mulai mendekatkan wajahnya semakin maju, mengikis jarak mereka hingga hidung mereka pun sesaat mampu bersinggungan. "Ijinkan aku menyelesaikan ini." Pintanya dengan suara parau.

Lisa masih diam.

"Cutie... Please, I need it. I'm fucking need your lips!"

Jika ada kebodohan yang mengatasnamakan cinta, maka Lisa akan menggunakan pembenaran itu atas keputusannya kali ini. Bukan mau dirinya hingga terjebak dalam pusara ini, tapi kuasa Tuhan lah yang terus menuntunnya masuk semakin jauh, semakin dalam pada kebodohan ini.

Lisa tahu ini salah. Lisa tahu ini hanya akan merugikannya. Tapi entah bagaimana, kali ini Lisa ingin mencoba. Sekali saja Lisa ingin mencoba menjadi sosok yang berani melewati batas. Lisa ingin merasakan apa yang selalu menghantui pikirannya belakangan hari ini karena kedekatan mereka. Lisa benar-benar penasaran dengan semua bayangan yang selalu berputar di kepalanya.

Dan Lisa mengangguk. Ia membiarkan dirinya masuk ke dalam sebuah kesalahan. Lisa membiarkan dirinya menjadi bodoh. Lisa, untuk pertama kalinya ingin dan mau menjadi egois.

Mendapat respon yang di harapkan dari Lisa, Jiyong tidak menunggu waktu lama. Menyatukan bibirnya di atas bibir ranum beraroma strawberry itu. Jiyong tersenyum saat merasakan bagaimana kontrasnya aroma Cigarette yang ia miliki kini sudah bersatu dengan aroma manis dari strawberry milik Lisa.

EASY ON MEWhere stories live. Discover now