Delapan belas (+)

2K 233 65
                                    

"Halo Ppeu,"


"Bagaimana bisa—" Tanya Lisa masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.


"—sudah selesai menjadi orang bodohnya?!" Potong pria itu dengan begitu sinis. "Aku tidak mengira, pengorbananku untuk melepaskanmu dulu akan berakhir dengan melihatmu yang menjadi lemah seperti ini." Lanjutnya dengan suara tajam penuh cemooh.


"Oppa..."


"Ppeu! —Ayo pulang!" Perintahnya tenang namun masih dengan wajah penuh amarah, dia pun menarik tangan Lisa untuk ikut pergi bersamanya.


"Managerku akan datang sebentar lagi!" Berontak Lisa enggan pergi bersamanya.


"Jangan suka mendebat dan melawanku di tempat umum." Dengan suara tegas dan sedikit keras, dia menahan tangan Lisa yang tadi mencoba melepaskan diri dari genggamannya. "Bagus." Lanjutnya dengan menganggukkan kepala saat Lisa akhirnya diam dan menurut akan kehendaknya.

.

.

.

.

.

.

"Masuklah ke kamar, mandilah dengan air hangat, kemudian ganti pakaianmu dengan baju tidur yang nyaman. Baju-bajumu masih ada di lemariku. —Dan jika sudah selesai, turunlah ke dapur! Aku akan menyiapkan makan malam untukmu." Sambil berucap, pria itu menyentuh bahu Lisa dan menghelanya untuk masuk ke dalam kamarnya yang di maksud.



Lisa memasuki kamar itu lagi. Kamar yang selalu terasa hening dan menenangkan. Pencahayaan hanya berasal dari dua lampu dinding kecil yang terpasang di sudut ruangan, sengaja dia atur agar siapapun yang tidur di kamar ini akan nyaman saat memejamkan mata tanpa gangguan.


Lisa mulai melepaskan pakaiannya di dalam kamar mandi sebelum kemudian melangkah ke bawah pancuran. Merasakan hujaman air hangat yang kencang dan menenangkan menyapa permukaan kulitnya, kini Lisa mulai membasahi wajah dan rambutnya dengan senang.


Uap panas mengambang di udara, menciptakan kabut tebal yang membuat Lisa tidak dapat melihat pantulan dirinya pada kaca besar yang ada di wastafel kamar mandi tersebut. Mengusap perlahan kacanya, Lisa akhirnya bisa melihat dirinya dalam versi yang jauh lebih baik. Terlihat segar dan tenang.



Jaewon....

Nama itu terukir begitu saja di bibir Lisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.



Nama itu terukir begitu saja di bibir Lisa. Jaewon adalah salah satu supporter terbaik Lisa, cinta pertama Lisa dan juga guru terbaiknya. Pria itu selalu ada di saat dulu Lisa harus terus terjatuh dan kembali terluka akan beratnya bertahan di YG.



Pria itu juga yang sudah berhasil membuat detak jantung Lisa berdebar dengan begitu kencang, merasakan kupu-kupu yang selalu berterbangan dan memenuhi isi perutnya karena euphoria dari rasa jatuh cinta. —Dan pria itu juga yang mengajarkan Lisa untuk belajar akan arti dari sebuah pengorbanan, dimana dulu ia harus rela melepaskannya dan membiarkan pria itu menjauh demi kebaikan dan keberhasilan karirnya.



EASY ON MEWhere stories live. Discover now