Dua puluh delapan

1.6K 210 60
                                    


Setelah dari kemarin kita main emosi terus, chapter ini kita cooling down dulu ya... 😎😎





Menghisap dengan kuat rokok yang ada di bibirnya, Jiyong kembali menghebuskan kepulan asapnya dengan santai sembari mendengarkan penjelasan dari Hyunsuk Sajangnim di sebrang telepon.




"Aku tidak bisa mentolerirnya lagi, Hyung! Tidak. Aku tidak bisa janji akan comeback jika Bokyung masih terus berulah dan merugikan Lisa. Tidak, aku tidak peduli. Aku tahu, tapi dulu aku mau menerima tawaran kontrak sialan itu karena permintaanmu, bukan? Jadi sekarang kau juga lah yang harus selesaikan masalah itu. Ya, dia masih bersamaku. Tidak, aku tidak peduli jika media melihat kami. Aku tutup. Terima kasih, Hyung!"




Membuang puntung rokoknya yang sudah habis, Jiyong kembali mengambil batang rokok  yang baru, membakar dan menghisapnya lagi sembari menikmati pemandangan sungai Han sore ini dengan cuaca yang cukup menggigit, —saat ini di Korea memang sudah memasuki musim dingin.




"Mau sampai kapan aku harus menunggu?" Lisa dengan tidak sabar menyusul Jiyong yang tengah duduk di Balkon Apartemennya.




"Jangan mendekat! Asap rokok tidak baik untukmu dan calon anakku!"




Memutar bola matanya malas, Lisa tetap tidak mengindahkan peringatan Jiyong, dirinya tetap mendekat dan malah duduk tepat di sebelah pria itu, mengambil kotak putih rokok miliknya dan memainkannya. "Berapa batang rokok yang kau habiskan dalam sehari?" Tanya Lisa.




Mengangkat alisnya heran, Jiyong mematikan batang rokoknya meski masih tersisa banyak, "Kenapa? Kau mencemaskanku?"



"Aku hanya bertanya, Jangan besar kepala!"



Jiyong melarikan jemarinya untuk menggenggam jemari milik Lisa yang sebelumnya tengah memainkan kotak rokok miliknya itu, bergerak memainkan jemari halus Lisa kemudian menyatukan kaitan jemari mereka hingga terjalin erat, Jiyong lalu membawa tautan jemari mereka untuk diciumi-nya. "Jangan galak-galak. Kau semakin menggemaskan kalau sedang marah." Bisiknya terkekeh.




"Oppa... katakan padaku, apa benar kau sudah menyakiti Jennie Eonni? —Jisoo Eonni dan Rosé memberitahuku...—"




"Sudah kukatakan, Aku hanya membalas apa yang sudah dia lakukan padamu. Tidak lebih!" Jawab Jiyong acuh, tanpa penyesalan sama sekali.




"Jangan lakukan itu lagi. Apapun yang dia lakukan padaku, jangan pernah Oppa membalasnya lagi. Aku tidak suka pria yang bersikap kasar pada wanita, apapun alasannya."




"Oke. Lain kali kalau dia masih menganggumu, aku akan menyuruh Kems yang menghajarnya. Sesama wanita tidak masalah, bukan?"




"Oppa aku serius!"




"Baiklah!" Teriak jengah Jiyong sembari mengangkat tangannya menyerah. "Bilang saja kalau kau itu cemburu karena aku kasar padanya? Kau hanya ingin dirimu saja yang menerima perhatianku, hem?" Jiyong terkekeh sinis.





Lisa menatap kesal kearah pria yang benar-benar telah membuat hidupnya kini bagaikan di rollercoaster. "Bagaimana bisa aku berakhir dengan pria sepertimu." Lisa menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan pilihannya itu.




Jiyong pun tertawa keras, merasa terhibur melihat dan mendengar Lisa yang semakin terbuka padanya, bahkan tanpa sungkan mengungkapkan apa yang ada di pikirannya. "Aku berharap kebaikan yang kumiliki masih lebih banyak dibandingkan dengan keburukanku," ucapnya ringan lalu membawa Lisa ke dalam pelukannya.




EASY ON MEМесто, где живут истории. Откройте их для себя