Tiga puluh dua

1.5K 203 50
                                    


"Annyeong, Oppa." Lisa tersenyum konyol. Ia berdiri tepat di depan ruang kerja Loren yang kini sedang menatap Lisa dengan wajah galaknya.






Loren kemudian bangkit dan berjalan menghampiri Lisa, Tangannya lalu bergerak menuju puncak kepala Lisa, dan tanpa di duga dirinya menghadiahi Lisa dengan sebuah jitakan pada kepala gadis itu. "Kau ini! Kenapa selalu seenaknya datang ke kantorku?!"






Hari ini adalah jadwalnya untuk latihan pilates, Lisa pun sudah menyelesaikan latihannya tersebut dan memutuskan untuk berkunjung ke kantor Loren yang memang berada di gedung yang sama dengan tempatnya berlatih.






Loren memang seorang musisi, namun di balik itu dia tetaplah seorang anak Chaebol yang punya tanggung jawab pada perusahaan keluarganya. Seperti saat ini, dalam satu minggu dia akan menyisihkan 3 hari dari waktu bermusiknya untuk tetap bekerja di perusahaan milik keluarganya itu, dan inilah salah satu perusahaan yang Lisa tahu.





"Kalau aku bilang mau kemari pasti tidak akan kau ijinkan!" Sungut Lisa.





"Bagaimana kau bisa masuk kemari? Apa tidak ada karyawanku di depan sana?"





"Ada. Semua staff dan Sekertarismu ada."





"Lalu? Bagaimana kau bisa lolos dari mereka dan bisa masuk ke ruangan pimpinan seperti ini?" Ucapnya congkak saat mengatakan pimpinan yang merujuk pada dirinya sendiri.






"Cihh! Sombong sekali! —Mereka mengenaliku! Bahkan mereka sempat berfoto denganku, tenang saja... Ketenaranku selalu memberiku kemudahan—"






"Permisi Tuan. Maaf saya menganggu, ada berkas penting yang membutuhkan tanda tangan anda." Ucapan Lisa terpotong akan kehadiran sekertaris Loren itu. Pria berbadan tinggi besar, jauh dari definisi sekertaris yang seharusnya terlihat cantik dan seksi.






"Kenapa kau membiarkan anak ayam ini bisa masuk seenaknya ke ruanganku? Apa saja kerjamu?!" Loren menegur dengan galak kearah sekertarisnya.






"Ma-maafkan saya Tuan. Karena saya tahu bahwa saat ini anda sedang tidak sibuk, jadi saya kira tidak masalah jika anda menerima kunjungan dari Nona Lisa. Maaf atas keteledoran saya."






"Tetap saja kau harus bertanya dulu padaku. —Sudahlah, jangan kau ulangi lagi. Letakan berkasnya di meja, aku akan tanda tangani nanti."





Selepas kepergian sang sekertaris, Lisa menatap Loren dengan tatapan jenaka. Dirinya sungguh tidak menyangka seorang Loren yang dikenalnya ternyata memiliki aura seorang pemimpin. "Whoaa... Kau sudah seperti Sajangnim, Oppa!"






"Diamlah! Duduk di sana, ambil cemilan dan minumanmu sendiri di kulkas itu. Jangan menggangguku bekerja!" Ucap Loren tegas dan segera berlalu kembali ke meja kerjanya.






"Oppa... Aku kemari karena ingin mengobrol! Bagaimana caranya mengobrol dalam diam?!"






"Sekarang mengobrol denganmu sudah tidak seru! Kau hanya akan membahas tentang Jiyong Hyung atau Jennie. Aku bosan mendengar Mino mengeluhkan tentang itu, dan apa sekarang aku juga harus mendengarnya?!"






"Kau jahat sekali!"






"Kau mau kuberi saran, Cupcake?" Loren meletakkan pulpennya dan kini menatap Lisa dengan serius. Melihat anggukan kepala Lisa, dirinya kembali bersuara. "Kau harus berhati-hati dengan Nyonya Kim, Ibunda Jennie. Meski masih sulit untukku percaya akan kebaikan Jennie yang sudah memaafkanmu, tapi kau harus lebih berhati-hati dengan Ibundanya. Dia... Dia bisa melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya." Loren menatap lurus kearah Lisa, tidak ada kerlingan jahil khas Loren seperti biasanya dia berbicara, membuat Lisa merasa apa yang pria itu katakan adalah sebuah peringatan besar untuknya.











EASY ON MEWhere stories live. Discover now