Tiga puluh Lima

2.8K 187 87
                                    

Lisa sedang sibuk dengan Mommy-nya di telepon ketika pintu Apartementnya berbunyi. Melirik dari intercom untuk melihat siapa tamu tidak diundangnya, dan seketika itu juga Lisa langsun memutuskan untuk mengakhiri panggilan telepon dengan orangtuanya itu dan memilih untuk menyambut sang tamu.





"Masih punya nyali juga kau membuka pintu ini untukku." Senyumnya menatap Lisa bangga.





"Aku tidak punya alasan harus kehilangan nyali untuk menghadapimu, Tante." Jawab Lisa tenang menatap sosok wanita cantik di hadapannya.





"Bolehkah aku masuk?" Pintanya, melepaskan kaca mata hitamnya dan menunggu jawaban Lisa dengan gaya khasnya.





"Silahkan masuk." Lisa menggeser tubuhnya, mempersilahkannya masuk.





"Aku tidak mengira kita akan berakhir pada situasi seperti ini. Kau tahu aku sudah menganggapmu seperti anakku sendiri. —Tapi hanya karena Pria itu, hubungan kita menjadi hancur berantakan seperti ini." Nyonya Kim, Ibunda Jennie lalu berjalan ke arah sofa milik Lisa, duduk di sana dengan gayanya yang anggun meski belum di persilahkan.





"Bukan Jiyong Oppa yang membuat hubungan kita seperti ini, Tante. Cara Tante ataupun mungkin diriku lah yang salah dalam menyikapi masalah kita ini."





Dia pun mengangguk setuju, menghela napasnya keras sebelum kembali bersuara lagi. "Jennie kemarin datang ke kantorku. Kau tahu, Anakku yang selama ini selalu terlihat kuat, kemarin dia datang memohon dan menangis padaku. —Dan itu menghancurkan hatiku berkali-kali lipat, lebih dari rasa kecewaku karena hubunganmu dengan Jiyong kala itu." Wanita itu menjeda ucapannya, menyeka sebentar sudut matanya yang berair dengan sapu tangan mahal miliknya.





"Jennie memintaku untuk berhenti. Dia memintaku untuk tidak menganggu hubunganmu dengan Jiyong lagi. —Sepertinya rencanaku kemarin yang meninggalkan dia di rumah orang tua Jiyong tidak berjalan lancar. Dia terus menyalahkanku atas semua rasa malu dan sakit yang dia rasakan saat ini. Dia bahkan bilang sangat malu untuk bisa bertemu denganmu." Nyonya Kim menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir. "Anak itu ternyata tidak sepertiku. Dia mudah sekali menyerah!" Hela napasnya keras di akhir kalimatnya itu.





"Jadi kedatangan Jennie ke rumah orangtua Jiyong Oppa adalah murni rencanamu, Tante?"





"Benar. Kupikir dengan mengambil hati orang tua dari pria yang dia sukai bisa membuatnya mendapatkan dukungan dan kemudahan dalam meraih apa yang dia inginkan. Sayangnya Nyonya Kwon berbeda. Dia selalu memprioritaskan keinginan anaknya diatas segalanya. —Kali ini aku salah strategi dan malah membuat anakku sendiri di permalukan seperti kemarin." Ibunda Jennie lalu bangkit dan mendekat ke arah Lisa dengan wajah tegasnya.





"Aku ingin meminta maaf atas semua perbuatanku dan atas nama Jennie juga, Lisa-ya. Karena kekeras-kepalaan dan keegoisanku, aku membuat keadaan ini semakin pelik dan berimbas semakin menyakiti anakku sendiri. —Kau mau memaafkanku dan Jennie?" Suaranya terdengar bergetar kala meraih tangan Lisa dan membawa genggaman tangannya ke dada wanita itu, memohon pada Lisa dengan tulus.





Lisa tidak bisa berkata-kata lagi, dirinya hanya mampu mengangguk menerima permohonan dari seorang ibu yang begitu mencintai anaknya. "Sampaikan salamku pada Jennie Eonni. Aku sudah memaafkannya." Jawab Lisa tulus dari hatinya.





"Terima kasih, Lisa-ya. Mungkin saat ini Jennie masih belum berani untuk bertemu langsung denganmu. Dia masih dalam penanganan seorang ahli untuk bisa membantunya mengembalikan kepercayaan dirinya lagi. —Tapi kumohon, tetaplah menjadi sahabatnya, Saudarinya dan adik kesayangannya, hem?" Pinta Nyonya Kim dengan suaranya yang bergetar karena tangis.





EASY ON MEWhere stories live. Discover now