Enam belas

1.4K 253 45
                                    

Ketika suara tidak bisa mewakili keluhan hati, ketika airmata sudah bosan keluar karena luka yang sama, Apa yang bisa Lisa lakukan selain bekerja dan terus bekerja untuk mengalihkan rasa sakitnya itu?


Sejak dulu Lisa terbiasa akan rasa sakit kala harus berjuang di Korea seorang diri. Mengejar mimpinya dengan keringat dan darah, namun harus berakhir dengan kekecewaan pun sudah menjadi makanan sehari-harinya. Lalu sekarang, bagaimana mungkin hanya karena urusan perasaan dirinya bisa menjadi terpuruk seperti ini?


Rasa sakit itu tetap masih ada, namun Lisa mengabaikannya, membiarkan hatinya kini menjadi mati rasa. Inilah Lisa; yang memilih diam karena rasa kecewa itu, Lisa yang masih terlihat hangat di luar, namun tidak untuk hatinya.


"Mau kemana kau?" Loren menatap sengit kala Lisa yang tiba-tiba bergegas keluar di tengah sesi recording demo lagu barunya.


"Ke Lobby sebentar." Jawab Lisa dengan wajah polos tanpa rasa bersalah.


"Cupcake... Kita belum selesai," Desis Loren menatap Lisa tajam, "Awas kalau kau tidak kembali dalam 10 menit!" Ancam Loren dengan raut wajah galaknya.


"Siap. Aku hanya sebentar, Oppa sayang..." Lisa tersenyum geli melihat usaha Loren yang gagal kala ingin terlihat galak di depan Lisa.


Lisa berjalan santai melewati koridor dan bergegas masuk ke dalam Lift yang kebetulan masih terbuka dan menandakan akan turun ke bawah. "Tunggu!" Teriak Lisa pada siapa saja yang berada di dalam Lift itu untuk mau menunggunya.


"Lihatlah siapa ini?" Daesung tiba-tiba menyapa Lisa dengan riang.


"Oppa?!" Lisa terkejut akan sosok yang sudah sangat lama tidak ia lihat. Lisa bergerak dengan cepat dan langsung memeluk pria itu dengan riang. "Aku merindukanmu! Kenapa kau sombong sekali sekarang?!" Lanjut Lisa sembari menatap Daesung yang tengah tertawa melihat tingkah spontan Lisa padanya.


"Menjadi seorang Drummer dan Youtuber sungguh menguras waktuku, Honey!" Ujar pria itu sembari memainkan pucuk kepala Lisa dengan gemas.


"Ehem! Dae-ssi... " Bisik sosok di sebelah Daesung dengan wajah tidak nyaman. Membuat Lisa dan Daesung yang masih berpelukan menjadi sadar akan keadaan di sekitar.


Di sana. Selain Soonho yang memperingatkan mereka, Lisa dapat melihat sosok yang paling tidak ingin ia lihat hingga saat ini, sedang berdiri kaku dengan wajah angkuhnya bersama Sajangnim; yang tengah menatap Lisa dengan tatapan layaknya seorang ibu yang sudah kehilangan akal pada kelakuan nakal anaknya.


"Annyeong, Sajangnim. Annyeong, Sunbaenim." Ucap Lisa santai pada kedua sosok itu, ia masih menahan tawa karena ulah Daesung yang sedang terkekeh geli menatap balik kearah Lisa.


"Tidak masalah jika kalian seperti ini di dalam lingkungan YG, tapi kalian harus berhati-hati saat di tempat umum. Pahami dengan baik batasan kalian." Ujar Sajangnim tenang namun tetap terdengar menyeramkan.


"Kau dengar itu, Oppa? Jangan sembarangan memelukku lagi, Aku ini artis penuh skandal!" Ucap Lisa pada Daesung, sengaja mengolok Sajangnim yang tengah berada di sampingnya.


"Kau kan yang memelukku?! Lagi pula, kalau kita sampai tertangkap Dispatch... Kita tinggal menikah saja, bukan?!" Seru Daesung semakin membuat seisi Lift tersebut membeku.


"Benar! Nikahi aku nanti ya, Oppa!" Lisa kembali terkekeh, ikut mengabaikan wajah merah Sajangnim yang tidak suka dengan tanggapan artisnya itu, dan Jiyong yang masih mempertahankan wajah angkuh tidak pedulinya, seakan sosok Lisa bukan lagi wanita yang dia kenal bahkan yang pernah dia puja-puja setengah mati.


Bunyi Lift memecahkan ketegangan itu, Lisa tersenyum kearah Sajangnim namun tetap mengabaikan sosok Jiyong yang tengah sibuk menatap kuku-kuku jemarinya, terlihat sengaja mengabaikan Lisa. "Saya permisi, Sajangnim. Sunbaenim." Pamit Lisa sesaat sebelum dirinya keluar dari Lift untuk ke Lobby.


"Lisa-ya! Hubungi Oppa nanti!" Seru Daesung sebelum pintu Lift kembali tertutup, dan hanya bisa Lisa tanggapi dengan anggukan riang.



"Kau hebat, Lisa-ya! Jangan biarkan dia melihat kelemahanmu! Hanya diriku sendiri yang bisa menyelamatkanku. Hanya aku!" Gumam Lisa dengan bangga pada dirinya sendiri.


Berjalan menuju waiting space pada salah satu sayap gedung, Lisa dapat melihat kehadiran sosok yang bisa membuat semua kakak-kakaknya itu kembali naik pitam.


"Mau bagaimana lagi? Aku hanya melaksanakan tugas sesuai perjanjian itu." Lisa bernarasi sesaat sebelum menghampiri sosoknya.


"Maaf, menunggu lama." Sapa Lisa.


"Oh, tidak masalah. Aku juga baru sampai." Pria itu meletakkan sebuah majalah yang ada di pangkuannya. Tersenyum ramah menatap Lisa, terlihat bersahabat meski tetap tidak membuat Lisa nyaman karenanya.


"Jadi, apa skenario untuk hari ini?" Lisa berjalan bersisian dengan Jungkook, terlihat begitu santai layaknya seorang tour guide yang sedang mendampingi turisnya.


"Mereka hanya butuh beberapa foto diriku di YG, keluar dari Lobby itu bersama denganmu dan menghilang di Apartementku. —Menggelikan, bukan?" Selorohnya dengan terkekeh sembari menggeleng-gelengkan kepala tidak habis pikir, sama seperti Lisa. Mereka pun akhirnya tertawa membayangkan hal-hal konyol yang masih harus mereka lakukan untuk kedepannya.


"Apa tidak masalah kau menungguku di Studio? Aku masih ada pekerjaan yang belum selesai." Lisa kembali tersenyum kala menatap beberapa pasang mata yang terlihat terkejut saat melihat kehadiran Jungkook di YG.


"Lakukan pekerjaanmu dan jangan jadikan kehadiranku sebagai beban. Aku punya ini!" Jungkook menunjukkan Nintendo miliknya dengan bangga.


Lisa mengajak Jungkook masuk ke dalam Lift dan menekan tombol di mana lantai Studio Blackpink berada. "Bagus kalau begitu."
.

.

.

.

.

.

"Apa kau gila? Kau membawa kekasihmu kemari?!" Loren secara terang-terangan berkata tajam saat melihat kehadiran Jungkook yang begitu menganggu ketenangan dirinya.


"Dia tidak akan mengganggu kita, Oppa. Abaikan saja, dia hanya akan duduk diam di sana. Tidak akan bersuara." Seru Lisa pada Loren dan menatap Jungkook meminta persetujuannya tentang pernyataan Lisa tadi.


Jungkook hanya tersenyum dan mengangguk. Dia duduk di salah satu pojok sofa panjang, mengeluarkan Gadgetnya tanpa suara, bahkan dia tidak merasa perlu menyapa Loren yang tengah menatapnya dengan sengit.


"Jangan bergerak juga! Aku akan terganggu!" Tambah Loren, menatap Jungkook penuh dengan kesinisan dan arogansi; khas seorang anak CEO.


"Nde, Oppa!" Lisa menarik tangan Loren untuk kembali duduk bersamanya.

"Kenapa sih kau bisa berkencan dengan pria sejenis itu?!" Desis Loren lagi masih belum bisa mengabaikan kehadiran Jungkook.


"Oppa..."


Loren hendak bersuara lagi, mengajak Lisa berdebat bahkan ingin sekali terus berkomentar tentang selera Lisa yang buruk di matanya. Namun hal itu batal terjadi ketika pintu studio kembali terbuka dan menampilkan sosok yang Loren tunggu-tunggu. Sosok yang Loren sangat yakini akan bisa menghabisi pria itu tanpa ampun.


"Beau?!" Teddy masuk dengan segelas ice coffee latte favorit Lisa, berjalan masuk menatap Lisa dan Loren; namun seketika berhenti kala menyadari ada sosok lain di ruangan itu.

"Beau?! Kenapa kau membawa cicak ini kemari?!" Tanya Teddy dengan tatapan tajam mengarah pada Jungkook yang sudah membeku di tempatnya.







➡️➡️➡️TBC➡️➡️➡️

EASY ON MEDove le storie prendono vita. Scoprilo ora