Dua puluh enam

1.5K 219 71
                                    

Guys!!! Sebelum mulai part ini, perlu di tekankan dan di ingat-ingat ya kalau ini tuh hanya cerita fiktif, rekayasa, kehaluan and whatever you named it!

Jadi jangan baper-baper amat ya... wkwkwk


Flashback



"Lihat? Bahkan kau pun masih membelanya! Apakah mulutnya begitu hebat dalam memuaskanmu? Atau tubuh kurusnya mampu membuatmu Orgasme, Oppa?!"




Plak!!!




"Hentikan! Aku tahu kau kecewa! Marah! Tapi apakah pantas kau memperlakukan Lisa sampai seperti ini?!" Jisoo menampar Jennie dengan tangannya, dirinya ikut menangis melihat kedua adiknya harus mengalami hal buruk seperti ini.




"Kau tidak tahu, Eonni! Kau tidak akan pernah tahu bagaimana hancurnya aku karena perbuatannya! Aku selalu menganggapnya sebagai adikku, saudariku! Akan lebih mudah jika Jiyong Oppa mengkhianatiku dengan wanita lain. Dia! Dia tahu benar bagaimana perasaanku pada Jiyong Oppa... Dia tahu, Eonni!!!" Teriak Jennie di akhir kalimatnya, bahkan karena kelengahan mereka dalam menjaga Jennie, akhirnya dia bisa meraih baju Lisa dan menariknya keras hingga membuat Lisa sampai terhuyung kearahnya.




"Katakan padaku, Apa salahku padamu, Hah? Apa yang sudah kulakukan padamu hingga kau bisa sejahat ini padaku?!" Teriak Jennie sembari menjambak kuat rambut Lisa, membuat wajah mereka menjadi teramat dekat.




"Mianhe, Eonni..." Bisik Lisa pasrah tanpa melakukan perlawanan sama sekali atas penyerangan Jennie terhadapnya.




"Jennie!" , "Eonni!" dan semua orang yang ada di sana terus mencoba melepaskan genggaman erat jemari Jennie pada rambut Lisa, "Lepaskan Lisa, Eonni... Kumohon," Pinta Rosé dengan isakan tangisnya.




"Apa yang kau berikan padanya? Sudah sejauh mana hubungan kalian? Apakah kau sudah memberikan tubuhmu? Ataukah kau memang sengaja menjebaknya dengan tubuh murahanmu ini?!" Ujarnya sinis, menatap Lisa seolah Ia adalah sebuah kotoran yang membuatnya jijik.




Namun, perbuatan Jennie tidak berlangsung lama. Teddy dengan kekuatannya meraih tangan Jennie, cukup kuat bahkan cenderung sedikit kasar, memaksanya untuk melepaskan genggamannya di rambut Lisa, membuat Jennie sampai meringis kesakitan.




"Aku tidak peduli dengan hubungan asmara kalian yang menyedihkan ini. Tapi aku tidak akan tinggal diam jika di depan mataku, kalian saling menyakiti seperti ini. Kau wanita terhormat, bukan? Kau terpelajar, bukan? Jadi kumohon bersikaplah selayaknya demikian. Aku tidak mendukung perbuatan Lisa, namun aku pun tidak membenarkan sikapmu ini. Jiyong punya andil yang sama. Dia seorang pria. Dewasa. Waras. Jadi jangan menyalahkan hanya di satu sisi saja. Kau tanyakan pada Jiyong. Kau salahkan dia juga!" Teddy meraih tubuh lemah Lisa dan membawa ke dalam pelukannya, "Kau baik-baik saja?" Bisiknya memastikan keadaan Lisa yang hanya di tanggapi dengan sebuah anggukan lemah dari Lisa.




"Aku pergi." Lanjut Teddy, dengan membawa Lisa juga bersamanya.




Flashback End





"Kau harus makan, Eonni... Atau setidaknya minumlah ini." Rosé kembali membujuk Jennie yang masih terdiam di sudut sofa besar miliknya.




"Bagaimana Jennie bisa minum apalagi makan di saat teman kalian sudah mengkhianatinya? Teman kalian itu memang seorang penipu ulung! Pintar sekali berakting polos dan menggemaskan, tapi di belakangnya bertingkah lebih rendah dari seorang pelacur!" Ujar Chahee penuh sinis menatap Jisoo dan Rosé dengan ekspresi jengah. "Sebaiknya kalian pulang saja. Kalian tidak membantu Jennie sama sekali!"




"Eonni! Kumohon jangan memperkeruh keadaan. Tolong pikirkan perasaan Jennie Eonni saat ini!" Rosé menjawab dengan lantang. Dirinya tidak habis pikir dengan apa yang ada di kepala sahabat Jennie tersebut.




"Kalian pergilah. Aku sudah cukup dengan Chahee di sini. Dia tidak akan mengkhianatiku, tidak seperti adik kalian yang—"




"—Yang apa?! Coba katakan tepat di depanku." Jiyong masuk ke dalam mansion mewah milik Jennie tanpa permisi, Jangan salahkan Jiyong yang tidak punya sopan santun, tetapi saat ini kepalanya seakan mau meledak saat sepulang dari acara promo-nya tadi, dia mendapat kabar tentang keributan itu.




"Oppa?!" Seru Rosé, Jisoo dan Chahee serempak, tidak mengira kehadiran pria itu.




"Untuk apa kau datang kemari? Apa kau juga akan menyalahkanku dan melupakan fakta bahwa dia sudah mengkhianatiku?!"




Jiyong terdiam. Menatap tenang ke arah Jennie yang sudah kembali berapi-api. Dia berjalan mendekat dengan gerakan yang teramat pelan, seperti seekor binatang buas yang sedang bersiap untuk menerkam mangsanya. Kemudian tak lama dari itu Jiyong pun terkekeh dan menatap lurus ke arah Jennie yang terdiam menatap waspada ke arahnya.




"Kenapa aku harus menyalahkanmu, hem?" Bisik Jiyong dengan nada yang terdengar begitu lembut, lengkap dengan senyumannya yang hangat.




Tak ayal membuat pertahanan Jennie seketika itu juga goyah. "Be-benarkah?! Apa kau datang kemari untuk menjelaskan semuanya? Aku tidak akan termakan dengan bujukkanmu! Aku tidak akan semudah itu memaafkanmu, Oppa!" Ucap Jennie pelan namun kini terdengar ada sedikit nada manja di dalamnya, seperti seseorang yang tengah merajuk.




Mengikis jarak mereka hingga akhirnya Jiyong dapat meraih tubuh Jennie, dia pun menarik Jennie untuk bangkit dari duduknya dengan masih diiringi senyuman yang terpatri di wajahnya. "Apa yang harus aku jelaskan padamu? Dan untuk apa pula aku harus membujukmu?" Bisik Jiyong tepat di telinga Jennie, bergerak menyentuh sisi tubuh Jennie yang masih berdiri dalam diam, dengan gerakan yang begitu intim sekaligus sangat mengintimidasi.




"Apa ini yang kau lakukan pada Lisaku?" Desisnya seketika berubah tajam, lalu tanpa bisa di cegah Jiyong langsung meraih kencang rambut Jennie ke dalam genggamannya, menariknya kuat hingga membuat Jennie berteriak kesakitan.




"Aaarghh!!!"




"Oppa!!!" Teriak semua wanita yang ada di sana, mereka semua hanya mampu berteriak namun tidak berani untuk mendekat. Sosok Jiyong yang ada di hadapan mereka saat ini sungguh begitu menyeramkan.




"Bagaimana bisa kau berani menyakitinya? Hanya aku yang boleh menyakiti Lisa. Kau dengar itu, anak haram?" Teriak Jiyong kejam dengan wajah datarnya.




"Jiyong Oppa, kumohon jangan sakiti Jennie seperti itu, dia mencintaimu!" Chahee memberanikan diri untuk membela Jennie, meski hanya dari jarak yang cukup jauh.




"Siapa kau berani-beraninya memanggilku dengan sebutan Oppa?! Jangan pernah sekalipun kau berani menyebut namaku dengan mulut kotormu itu!" Jiyong kembali menarik rambut Jennie dengan kuat dan memaksa Jennie untuk menatap kearahnya.





"Oppa... Sakit," Rintih Jennie menangis sembari menahan tangan Jiyong yang semakin menarik kuat rambutnya, membuat kulit kepalanya mulai terasa perih.




"Sakit kau bilang? Kau kira kekasihku tidak sakit? Dia pasti jauh lebih merasakan sakit karena ulahmu!" Desis Jiyong lagi, lalu kembali bersuara dengan tajam. "Sadarlah. Kita ini tidak pernah berpacaran, Jennie-ya! Bagaimana bisa mulut busukmu berteriak tentang pengkhianatan di depan semua orang?!" Teriak Jiyong kencang tepat di hadapan wajah Jennie yang sudah basah karena keringat dan air mata.



—Kau tahu? Kalau pun ada cinta di antara kita, maka itu hanya ada dari pihakmu, dan aku sama sekali tidak peduli dengan perasaanmu itu!" Jiyong lalu melepaskan rambut Jennie dengan kasar, membuat Jennie sampai tersungkur jatuh tepat di depan kaki Jiyong. "Jangan pernah kau ganggu wanitaku lagi, Jalang!"











➡️➡️➡️TBC➡️➡️➡️

EASY ON MEWhere stories live. Discover now