17. Angga

3.6K 395 3
                                    

Happy reading!🦊

Malam ini gue masih gak bisa tidur.
Gue tidur seperti biasa beralaskan dada bidang Idar. Mata gue terus lihat ke luar jendela sambil mikirin hal tadi.
Sejauh ini hubungan gue sama Idar lancar,tapi kalau semisal ada masalah,apa Idar bakalan jadi sosok seram kayak Aldi?

Enak-enak mikir,tiba-tiba gue merasakan tangan Idar mengelus kepala gue.
"Idar gak tidur?"

"Gimana aku bisa tidur kalau kamu aja belum tidur?"

Gue tertawa kecil. "Idar?"

"Hem?"

Gue pengen tahu soal lu,Idar.

"Mau aku ceritain sesuatu?" Idar memulai obrolan malam ini duluan seakan tahu isi pikiran gue kayak biasanya. Idar sangat peka.

"Cerita apa?"

Idar masih ngelusin kepala gue sambil diem cukup lama.
"Suatu hari ada Idar kecil yang sangat bahagia dengan keluarganya. Idar kecil yang sangat ceria dan gak tahu apa-apa soal kesedihan.
Di rumah itu,semua terasa menyenangkan."

Gue bisa merasakan Idar mengatur nafasnya sendiri. Gue pengen menatap matanya sekarang,tapi gue gak mampu.

"Sampai suatu hari mereka sedang berlibur dan saat itu juga Idar kecil tahu akan kesedihan. Tangan lelaki yang selalu ia genggam perlahan menjauh dan pergi."

"Pergi?" Ulang gue perlahan. Gue merasakan Idar menganggukkan kepalanya.

"Wanita yang selalu ia kagumi meninggalkan Idar kecil dengan lelaki itu karena pria bajingan yang ia cintai,katanya."

"Liburan yang sudah dinantikan Idar kecil sangat hancur. Setelah lelaki itu mengetahui bahwa wanita yang sangat ia cintai pergi,dirinya melepaskan genggaman di tangan Idar dan ikut pergi."

Gue langsung bergeser untuk tidur di bantal dan menatap matanya. Idar menoleh dan memberikan senyuman manisnya ke gue. "Selamanya."

"Lalu wanita itu muncul dengan wajah yang sangat bersalah di pemakaman. Mereka pulang bersama kembali ke rumah dan melupakan tentang liburan menyeramkan itu. Kemudian Idar remaja menemukan seseorang,yang seharusnya menjadi orang berharga dalam hidupnya. Tapi orang itu juga pergi."

Idar menjadikan kedua tangannya sendiri sebagai bantal sambil menatap langit-langit dinding kamar.
Gue bisa melihat bahwa luka yang selama ini dipendamnya sangat menyakitkan. Gak heran kalau waktu itu dia sampai bilang jangan pergi ke gue.

"Akhirnya Idar remaja frustasi dan mengusir ibunya sendiri. Dia hanya selalu ngirimin surat meminta Idar untuk kesana."

"Sampai sekarang?" Tanya gue.

Idar mengangguk dan menghela nafasnya,"Kalau dia cinta sama orang itu kenapa gak nikah sama dia? Kalau dia terpaksa nikah sama bokap gue kenapa hadir gue? Tuntutan keluarga katanya,sialan."

Gue melihat Idar ngomel lalu menjewer telinganya. "Temuin aja Ibumu sekali."

Idar yang mendengar gue ngomong langsung noleh ke gue. "Idar kecil mungkin gak tahu apa itu cinta,tapi Idar dewasa tau kan?"
Idar kembali memalingkan wajahnya.

Setelah mendengar cerita Idar gue jadi tenang.
Gue udah tahu soal Idar. "Dar,aku pengen bilang ke Ibuk sama Ayah."

Idar yang mendengar ucapan gue langsung menarik gue ke dalam pelukannya lagi. "Serius? Ayo kita ngomong!"

"Malem-malem gini?"

Idar tertawa. "Saat kita pulang nanti."

Gue bernafas lega dan mengangguk setuju.
Mau gimana pun hasilnya nanti,gue bakalan tetap sama Idar.
Gue memejamkan mata mencoba untuk terlelap karena masih ada hari esok yang perlu di jalanin.

Hari ini gue mencoba jalan-jalan aja ke zonanya Ranum di waktu istirahat.
Gue mau lihat dia baik-baik aja atau gak.
Kalau Aldi tadi sih dia masih biasa aja.
Akhirnya,ketemu juga.
Dia lagi jajan di warung karena masih dikit pengunjungnya.

Gue langsung duduk di sebelah dia.
"Yaelah baru juga masuk udah jajan." Sapa gue.

Gue lihat Ranum noleh ke gue sambil cengengesan kayak biasa. Nih anak tahan banting bener.

"Laper gue. Yakan Mbak Mi?" Tanya dia ke Mbak Emi yang jaga warung. Mbak Emi cuma ketawa aja bales pertanyaan Ranum.

"Selamat pagi semua,duh moga aja sepi,pengen santai gua." Gue melihat lelaki yang baru aja duduk pakai baju polo merah dan topi hitam di kepalanya.

"Udah siang!" Ketus Ranum. Mas ini cuma ketawa sambil ngambil jajanan buat dia makan.

"Weh,siapa nih?"

Ranum melirik gue. Oh,gue harus kenalan. Gue kan emang bukan lingkungan sini. "Noval Mas,gue kebagian di sebelah."

Mas itu mengangguk sambil makan jajannya. "Habis ini pindah sini lu ya?"

Gue ngangguk. "Semoga aja sama gue,biar ada temen."

"Halah modus lo temen ntar demen! Jangan mau,dia homo." Ucap Ranum. Gue yang mendengar itu cuma senyum doang,ini yang di maksud Ranum gue atau Mas ini.

"Lo kayaknya tau rahasia semua orang ye Num?" Tanya gue. Ranum ngangguk sambil ngasih jempolnya.

"Suka-suka gua lah kalau homo. Emang ada masalah?" Sautnya.

"Lo udah ngasih tahu nama belom? Bacot mulu."

Gue cuma diem menyaksikan pertikaian Ranum. Gue kesini kan mau nanya soal dia,kalau ada orang gue jadi gak enak mau tanya soal kemarin.

"Ohiya sampe lupa,nama gua Angga. Panggil aja apaan ya enaknya,Angga dulu deh ntar sayang."

Gue nyengir. "Gue cowo loh,Mas."

"Justru karena itu."

Udah kagak beres ini. Lagi-lagi gue ketemu orang yang satu spesies sama gue.
"Gue gapapa." Tiba-tiba Ranum bisikin itu di telinga gue. Semua orang kenapa gampang banget nebak pemikiran gue sih? Muka gue kelihatan banget?

"Yaudah gue pamit dulu deh. Gue juga belum makan." Ucap gue berdiri mau pamit pergi.

"Eh makan disini aja,nih pakai kartu gue. Beli makan." Angga memberikan kartu ke gue. Oh,kalau di zona sini karyawan jajannya harus pakai kartu gitu,kecuali anak pkl gapapa pakai duit.

"Gak mas,udah bekal gue."

"Buset,mau dong dibekalin."

Gue melihat Ranum lagi menendang kaki Mas Angga terus menyuruh gue untuk segera pergi.
Sebelum terjadi apa-apa,gue mending nurut dan langsung kabur.
Karena Ranum kan pelindung hubungan gue haha.

Gue jalan meninggalkan area ini sambil lirik-lirik. Ntar Idar tiba-tiba dateng lagi,walau dia gak pkl disini. Idar kan suka melakukan hal yang tidak bisa diduga.

"Nopal!" Tiba-tiba ada cewek yang nyenggol lengan gue. Gue noleh,ternyata Mega.

"Lo istirahat?" Tanya gue.

Mega ngangguk. "Karena agak sepi,gue jadi disuruh istirahat bareng lo tadi. Cuma lo kayaknya lagi buru-buru langsung cabut aja."

"Oh iya,mau ketemu temen."

"Nih." Mega nyodorin minuman dingin ke gue. Buat gue nih?

"Buat gue?" Mega ngangguk sambil senyum. Dengan senang hati gue langsung ambil minumannya dan gak lupa buat bilang makasih.

"Lo darimana?" Tanya gue basa-basi.

"Gue habis beli makan. Lo mau?"

Gue geleng sambil senyum. "Udah bekal."

"Keren. Gue aja gak sempet kalau mau bikin bekal mah."

Gue ketawa dengerin dia. Akhirnya kita udah sampai dan duduk di basecamp buat makan bareng. Ternyata Mega seru juga.
Selesai makan kita langsung kembali bekerja supaya yang lain gantian istirahat.
Gitu mulu siklus hidup gue,gak ada yang spesial kecuali tentang Idar hehe.

True Love [ BL | TAMAT ]Where stories live. Discover now