33. bertemu

2.4K 278 5
                                    

Sekarang author yang akan ngambil alih yaaa :)

Hubungan Noval dan Salsa berjalan mulus selama satu bulan. Selama itu pula Idar tidak pernah bertukar obrolan dengan Noval.
Salsa dan Noval sering menikmati waktu bersama.
Seperti saat ini,keduanya sudah berjanjian untuk menikmati hari minggu bersama.

Noval tidak pernah melihat Idar. Entah pria itu masih bersekolah atau tidak,terakhir dia hanya melihat Idar saat menjemputnya sepulang dari Bali dan esoknya berada di ambang pintu kelasnya.

Noval menunggu gadisnya di sebrang jalan.
Lelaki itu tersenyum setelah mendapati Salsa yang melambaikan tangannya bahagia menunggu lampu jalan berwarna hijau agar dia bisa menyebrang.

Dia tidak sadar bahwa di banyaknya kerumunan itu juga ada Idar bersama tiga kawannya.

"Gini dong. Biar gak stres lo dirumah. Siapa tau dapet boti baru." Goda Damar. Idar tersenyum tipis dan mengangkat bahunya. Gak ada yang bisa menggantikan Noval dihatinya.

Idar melirik lampu jalan yang menunjukkan warna hijau sehingga mereka menyebrang.
Sampai ada suara yang sangat Idar kenal. Sangat.

"Hati-hati sayang!"

Idar mendongakkan kepalanya dan melihat Noval yang wajahnya panik. Idar merasa mereka saling bertukar pandangan. Mata elangnya sempat mengunci pandangan Noval beberapa detik.
Apa Idar bilang,Noval cuma salah paham.
Idar tersenyum dan berjalan semangat menghampiri Noval yang berada di seberangnya.

"Dar.." Ranum yang menyadari bahwa ucapan itu bukan untuk Idar segera menahan lengan temannya itu.

"Apaan sih lo,Num!"

"Idar. Itu bukan buat lo."

Idar melepaskan tangan Ranum yang menahan lengan bajunya kasar. Dia melihat Noval berjalan terburu-buru ke arahnya. Dia tersenyum dan siap menyambut lelaki itu kembali ke pelukannya.

Pandangnnya tidak lepas dari pergerakkan Noval. Pria yang sangat ia tunggu itu melewatinya dan memeluk pinggang seorang gadis di sampingnya yang hampir jatuh.

"Hati-hati dong." Omel Noval. Gadis itu menunjukkan barisan giginya dan berjalan beriringan bersama Noval untuk menyebrang.

Idar tersenyum tipis. Bodoh. Sejak kapan Noval akan memanggilnya sayang di tempat umum. Bahkan berdua saja,sangat jarang.
Ranum yang menyadari Idar sudah kehilangan ketenanganya,langsung menarik lengan Idar kembali di tempat awal mereka berdiri.

Mereka bertiga melihat Noval dan Salsa yang berjalan menjauh. Iya,ucapan di sekolah itu sangat benar. Mereka terlihat cocok.

"Lo gak pingin tanya?" Tanya Aldi.

Idar menggaruk pelipisnya dan kembali melihat lampu jalan yang menunjukkan warna merah untuk pejalan kaki. Dia menggeleng,"Lo sendiri yang bilang kita berakhir. Lagian setelah kehilangan gua,dia kelihatan baik-baik aja."

Ranum berdecak. "Lo waktu Damar nantangin buat pergi kenapa gak nyerah? Aldi ngomong gitu doang lo udah nurut buat gak tanya?"

Idar memasukkan kedua tangannya ke saku jaketnya. Di sakunya dia merasa hampa dan kosong. Biasanya dia akan merasakan kehangatan jemari Noval. Sial,rasanya Idar ingin sekali menangis. Dia rindu Novalnya.

"Gapapa."

Damar menatap tubuh sahabatnya ini dalam diam. Noval juga sudah gagal hanya dengan omongannya. Dia lebih memilih menyerah.

Mereka bertiga berjalan menyebrang dan berjalan-jalan menikmati suasana siang hari di kota.
Setelah banyak pertimbangan akhirnya mereka bertiga keliling mall untuk melepaskan rasa jenuh.

"Pingin eskrimm.." ucap Ranum manja.

Aldi mendengus kesal. "Lo gausah sok imut,gak pantes!"

Ranum menghentakkan kakinya dan mejontos kepala Aldi. "Gak sopan!"

Damar dan Idar tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Walau Aldi begitu,dia langsung mengeluarkan dompetnya dan menyodorkan kepada Ranum.
Tunggu,bukan hanya Aldi saja. Tapi kedua temannya yang lain juga melakukan hal yang sama.

"Weits,jadi gue beli pakai yang mana nih?"

Aldi yang melihat kedua temannya ikut menyodorkan dompetnya langsung melotot agar mereka mengalah.

Idar dan Damar saling bertukar pandang dan tetap tidak ingin kalah.
Ranum yang menyadari kecemburuan Aldi segera mengambil dompet lelaki itu dan belari kecil antri ke stand ice cream.

Saat sedang mengantri,Ranum menoleh dan memberikan ciuman jauh untuk Aldi yang tengah tersenyum. Dia gadisnya.

Idar dan Damar bersamaan menaruh kembali dompetnya ke dalam saku. Beberapa wanita yang lewat merasa iri dan ingin menjadi Ranum agar dapat di manjakan oleh lelaki tampan seperti mereka bertiga.

Idar mempertahankan tangannya di saku jaket miliknya. Dia merasa tidak punya alasan untuk mengeluarkan tangannya,karena sudah tidak ada lagi yang bisa digenggam.
Matanya terus di edarkan sambil menunggu Ranum.

Sialnya,sepasang matanya kembali menatap kedua orang yang ia temui tadi. Idar tersenyum,Noval terlihat sangat bahagia.

Sedangkan yang dilihat sangat tahu bahwa Idar ada di ujungnya. Dia sedang duduk berdua bersama Salsa menghabiskan ice cream vanilanya.

"Pal. Cobain punyaku." Salsa menawarkan ice creamnya sambil tersenyum manis.

Noval melirik Idar yang masih berdiri memandangi dirinya. Dia tersenyum simpul dan memajukan kepalanya. Bukan untuk memakan ice cream Salsa,melainkan mencium pipinya. "Manis."

"Apaan sih! Kasih aba-aba dulu dong!" Noval tersenyum melihat Salsa yang wajahnya sudah memerah akibat ulahnya.

"Mana sempat."

Salsa merangkul lengan Noval dan sibuk memakan kembali ice creamnya.
Idar yang melihat pemandangan itu hanya tersenyum dan memutar badannya kembali.
Noval tidak pandai berbohong. Idar bisa melihat tatapannya yang sangat sengaja tadi.

Memang benar hatinya sangat sakit. Tapi lebih baik dia menanggapinya seperti ini.
Dia menganggap bahwa Noval sedang berlabuh jauh darinya. Dan akan tetap kembali padanya,nanti. Selama apapun,Idar percaya bahwa dia adalah dermaga tempatnya berasal.

"Nih." Ranum menarik tangan Idar agar keluar dari sakunya dan memberikan ice cream cone kepada Idar.

"Kan buat lo doang." Cibir Aldi. Ranum mengangkat bahunya. Dia justru tidak membelikan pria tampan di sampingnya ini.

"Nih ambil kalau lo cemburu." Damar menyodorkan miliknya. Aldi menggeleng dan lebih memilih makan berdua bersama gadisnya.

Idar mengikuti Aldi dan Ranum yang sudah berjalan lebih dulu meninggalkan mereka berdua.

"Lo gasakit Dar?" Goda Damar.

Idar melirik Damar yang sedang menjilati ice creamnya. "Sakit."

"Terus?"

"Gak ada terusannya."

Damar menganggukkan kepalanya. Dia sangat iba melihat nasib sahabatnya ini.
Sebulan juga mereka bertiga tidak terlalu menggubris Noval di dalam kelas. Noval kembali menjadi orang yang dulu,bedanya dengan Salsa disisinya. Bukan Ranum.

Idar sangat ingin menanyakan alasannya. Sangat. Idar juga merutuki dirinya sendiri di dalam rumah,menjadi seseorang yang sangat kacau. Idar juga masih sering berjalan melewati  jalan kenangannya bersama Noval setiap hari dulu. Walau Noval sudah membawa motor untuk menjemput dan mengantarkan gadisnya pulang. Idar tidak pernah berpapasan dengan Noval di jalan yang sama.

Dia juga masih sering berhenti di tempat pertama kali mereka bertemu.
Hatinya sangat sesak jika mengingat kebersamaannya.
Dan posisinya sekarang digantikan oleh Salsa.

Idar hanya menunggu berapa lama Noval kuat memainkan dramanya ini. Sampai dia mendengar sendiri Noval mengatakan padanya. Bahwa mereka berpisah.

</3

True Love [ BL | TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang