45. rumah kita | END

5.7K 371 6
                                    

"Makasih ya Noval."

Dari tadi gue dateng Ibunya makasih mulu kenapa sih?

"Iya Ma. Makasih kenapa?" Tanya gue bingung.

"Udah kasih dorongan Idar buat kesini. Kalau gak ada kamu dia mungkin gabakal kesini.."

Gue senyum terus ngangguk. Sore ini gue lagi duduk bersantai di halaman belakang rumah Mertua hehe.
Mama Idar ngelus kepala gue lembut banget.
Gue jadi kangen nyokap lagi kan😔

"Gapapa,sekarang kan kamu punya dua ayah dan dua Mama." Ucap Mama Idar.

Gue lihat dia lagi senyum. Emang bener Emak itu titisan bidadari dah aseli.
Gue ngangguk sambil nundukin kepala senyum malu-malu gitu hehe.

"Makasih kembali ya,Ma. Udah nganggap Noval kayak anak sendiri. Maaf kalau aku nantinya gabisa-" Ucapan gue belum selesai. Gak ada hal selain makasih dan maaf yang bisa gue ucapkan ke dua orangtua baik ini.
Dia pasti udah dikasih tau Idar. Bahkan sebelum gue cerita.

"Gak usah dipikirin. Yang penting Idar dan kamu bahagia. Kalau urusan kalian ingin punya anak,Mama bisa bikinin kamu nanti sama Pandu." Timpalnya bergurau. Anak dengan Ibu sama-sama dukun. Suka tahu isi pikiran gue.

Gue tertawa kecil mendengar ucapannya. "Mamah masih kuat?"

"Jangan remehkan Mamamu ini."

Hehe. Gemes banget elah Mamanya Idar ini. Sama kayak anaknya.

"Intinya,kalau kamu nanti merasa sepi atau ingin punya anak,kalian kan bisa mengadopsi? Gausah terlalu dipikirkan.."

Gue ngangguk terus lihat dia berdiri dan jalan pergi.
Posisi tempat duduk yang kosong tadi digantikan Idar.

"Udah?"

Gue mengangguk. "Mau lihat rumah baru ga?" Tanyanya.

Gue menyipitkan mata. Jadi yang diomongin Bapaknya tadi bener?

"Yang tadi beneran?"

"Sebenernya mau kejutan. Tapi karena mulut Pandu ember jadi mau gimana lagi." Omelnya.

Gue tertawa sambil nusuk-nusuk pipinya pakai telunjuk.

"Ututu marah,yaudah aku pura-pura kaget aja nanti."

Idar menggandeng tangan gue buat berdiri dan jalan menghampiri kedua orangtuanya yang lagi santai di sofa.

"Ma. Aku mau pulang," pamit Idar.

"Eh,buru-buru banget sih. Mamah masih pingin sama Noval.."

Gue tersenyum miring. Rasain Idar. Itu yang gue rasain waktu Ibuk bela-belain lu mulu dulu.

"Mamah bisa kesana nanti." Jawab Idar kesal. Gue sangat puas melihat ekspresinya.
Dendam gue akhirnya terbayarkan.

"Biarin aja pengantinnya pergi,Ma." Ledek Pandu.

"Pa.." Panggil gue malu-malu. Apaan sih anjir salting nih gue.

"Yaudah. Kalian hati-hati ya. Noval,Mama nitip Idar ya. Kalau nakal hajar aja."

"Jangan lupa setelah bulan madu pekerjaan menunggumu,bocah."

Gue mengangguk sambil memberikan jempol.
Sudah sangat siap untuk menghajar Idar jika dia nakal hehe.
Eh,apa tadi katanya? Pekerjaan?

Mamanya mengangguk dan gue sama Idar salim terus keluar deh.
Gue lihat dia udah naik ke motornya sambil ngisyaratin gue buat naik juga.
Eh ini kan motor yang jadi siksa bisu kisah kita? Kok udah di sini.
Orang kaya emang beda. Motor berasa teleportasi.

Gue naik duduk nyaman di belakang Idar yang lagi melajukan motornya.

"Idar.."

Idar gak nyaut.

"Bang Idar..."

"Hem?"

Gue tersenyum tipis. "Kamu sebenernya siapa?"

Idar melirik gue melalui kaca spionnya. Dia tertawa lebar karena denger pertanyaan gue.
Jelas aja,gue emang gatau Idar siapa. Yang gue tau dia tajir melintir,udah itu doang.

"Aku bakalan nerusin pekerjaan Pandu. Sebenernya gak mau,tapi mau siapa lagi." Jelasnya.

Gue mengangguk dan memasang wajah tegang. Bapak tirinya yang punya hotel tempat kita nginep itu? Gue tau dari Ibunya. Idar gak mau ngasih tau.
Waw. Pacar gue,eh ralat suami. Suami gue seorang Bos besar kayak di wattpad-wattpad?

Perjalanannya ga memakan waktu lama,kita udah sampai di rumah dengan gaya Idar yang minimalis. Hampir mirip rumahnya sih,punya halaman yang luas. Garasi juga.
Gue turun setelah Idar juga turun. Kita berdua masuk ke dalam rumah ini barengan.

"Suka?"

Tanya Idar setelah menyadari gue yang doweh lihat rumahnya. Luas,cuma ada satu lantai.
Simpel,gak neko-neko lagi.
Ada dua kamar doang,udahlah ini sempurna.

Gue langsung meluk dia dan bisik,"Suka. Makasih ya."

Gue merasakan tangan Idar mengelus pinggang gue. Dia memalingkan wajahnya jadi mencium bau leher gue kuat-kuat.
Hembusan nafas Idar menabrak kulit leher gue.
Gue langsung dorong dia menjauh sebelum terjadi hal macem-macem kan? Hehe.

"Cobain kasurnya,yuk!" Ajaknya.

Gue langsung noyor kepalanya perlahan. "Barang kita masih ada di hotel. Terus temen-temen gimana?" Omel gue.

Idar meringis sambil mengelus bekas jitakan.
Dia memegang pinggang gue dan diarahin buat berjalan ke kamar.
Mata gue langsung terbelalak setelah lihat barang yang kita bawa ke hotel udah ada di dalam kamar. Bener-bener kehidupan wattpadable.

"Anak-anak juga ada kesibukan,palingan mereka nanti kesini."

Gue mengangguk setuju. Akhirnya,kehidupan bersama Idar yang sesungguhnya akan gue mulai.
Gue membuka tas dan menggantungkan foto kelulusan sekolah di ruang tamu.
Selain itu gue juga gantungin foto Ibu sama Bapak.
Senyum di bibir ini terukir setelah merasakan Idar melingkarkan tangannya di pinggang gue.
Dia naruh dagunya dan memandangi foto ini bareng gue.

"Aku sayang banget sama kamu."

"Aku juga."

Idar melepaskan pelukannya dan memutar badan gue supaya berhadapan. Dia mencium kening cukup lama terus memeluk gue erat.
Badai lainnya pasti akan terus menghantam kita nantinya.
Tapi gue gak boleh lari lagi. Gue akan terus bersama Idar. Mau sebesar apa badainya.
Doain kita langgeng sampai maut memisahkan ya.

T A M A T

True Love [ BL | TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang