27. salsa

3K 327 4
                                    

Sudah dua bulan setelah pkl,kita disibukkan dengan mengurusi laporan akhir.
Riwa-riwi revisi,minta tanda tangan kesana kemari. Belum juga mengisi nilai yang kosong dari tugas yang diberikan waktu pkl.
Akhirnya penderitaan itu selesai dan kita sudah naik menjadi tingkat tertinggi haha.

Selama liburan gue ngapain aja sama Idar?
Seperti kegiatan biasanya aja kok. Jangan kepo,gak baik.

Hari ini di mulai dengan seisi kelas yang heboh setelah pelajaran Kepariwisataan.
Kita lagi diundi untuk melakukan perjalanan ke Bali bulan depan. Seperti yang gue bilang kemarin.
Jurusan kepariwisataan ada 3 kelas,nanti saat perjalanan dijadikan satu. Jadi nomor bus dan presentasi guiding kita ambil lotre. Semacam undian.

"Lo bus berapa? Nomer berapa?" Tanya Ranum gak sabaran.

Gue berdecak dan membuka dua gulungan kertas yang gue ambil.
"Bus dua. Nomer tujuhbelas." Ucap gue sambil nunjukkin ke Ranum yang ada di depan gue ini.

"Haduh gak satu bus!" Kesalnya.

"Nanti juga kan barengan disana,cuma bus doang,cerewet bener." Saut Aldi dari bangku belakang.

"Lo berapa,Di?" Tanya gue penasaran.

Aldi nunjukkin kertasnya. "Bus satu nomer lima."

Gue melirik kertas Ranum yang tergeletak di meja. Dia di bus1 dengan nomer urut 6. Jadi nanti mereka duduk sampingan. Ohiya,kita duduknya sesuai nomor urut yang udah diambil ini ya.
Gue beralih menatap Damar yang memandangi kertasnya di meja.

"Napa Mar?"

Damar berdecak lalu mengacak-ngacak rambutnya kasar. "Gua pengen pertama kenapa jadi terakhir sih anjir! Gimana gue bisa tidur kalau begini!" Keluhnya.

Gue langsung tertawa karena Damar mendapatkan nomor terakhir.
Gue sendirian di bus 2 tanpa kehadiran tiga orang perusuh ini.
Gatau UPW berapa yang akan duduk disamping gue nantinya,dari kelas sepuluh gue gak terlalu gubris.
Dua tahun ini cewek dan gue aja gak tau namanya. Ralat,lebih tepatnya gue gak mau tau.

Tiba-tiba murid dari kelas UPW lain masuk dan heboh saling bertanya nomor bangku.
Ini udah rutinan begini,biar mereka tau siapa yang duduk di sebelahnya. Selain itu juga mereka bakalan saling memberi tahu materi apa yang bakalan dijelasin nanti saat di bus.
Selama dua tahun,temen sebangku gue gak pernah datang dan menanyakan nomornya.
Atau mungkin mereka datang,tapi setelah tau gue temen sebangkunya lebih memilih untuk gak menyapa aja.

Tapi,kayaknya tahun ini beda.
Gue melihat cewek berambut hitam panjang dengan tinggi sekitar 165cm sudah berdiri di depan bangku gue sambil senyum. "Katanya lo nomer  tujuhbelas ya? Gue delapanbelas." Sapanya.

Gue melirik Ranum yang berjalan pergi ngobrol sama murid kelas lain. Kenapa dia kabur dah? Temen sebangkunya kan udah Aldi.
Sialan. Cewek yang menyapa gue itu langsung duduk di bangku Ranum.

"Nama gue Salsa dari UPW 3," Dia menyodorkan tangannya untuk berkenalan. Gue mengangguk dan menerima jabatannya seraya menyebutkan nama.

"Yaudah kalau gitu,sampai ketemu ya Pal." Dia bangkit dari duduknya kemudian berjalan pergi. Kayaknya orang yang berbeda,karena dia mau negur gue.

"Cakep bener ya Salsa.." Puji Damar.

Gue cuma menggelengkam kepala. Jelas dia cakep. Kelas UPW 3 karena 90% adalah cewek,mereka lebih cocok disebut kelas kecantikan daripada pariwisata.
Karena terkenal cakep,gak heran dari kelas sana banyak yang menjadi primadona.
Apalagi saat udah kelas duabelas begini.

Setelah hari itu,gue belum pernah bertegur sapa lagi sama Salsa. Kalau kita ketemu di kantin cuma saling tukar senyum doang.
Sore ini gue gak langsung pulang,tapi lagi nemenin Idar latihan voli.
Karena pelatihnya gak masuk,Idar disuruh bimbing kelas sepuluh yang baru gabung.

Gue duduk di depan kelas sambil lihatin dia di lapangan yang lagi memberi penjelasan kepada adik kelas.
Apa dia gapapa? Gue gak bisa bedain Idar yang kecewa dan enggak.
Gue yang memutuskan untuk berjuang hubungan kita,tapi justru gue sendiri yang belum ada keberanian buat bilang ke orangtua. Padahal waktu itu gue memutuskan untuk bilang semua.

Kenapa gue payah bener dah.

"Val? Belom pulang?" Gue menoleh ke sumber suara dan melihat Salsa yang berdiri di samping gue sambil melambaika tangannya dan senyum.

Gue menggeleng. "Lagi nungguin temen."

Dia mengangguk terus duduk di sebelah gue. Pandangannya lurus ke depan,arah lapangan dimana Idar berada. "Nopal deket banget ya sama Idar?"

Gue yang mendengar itu langsung menggeleng cepat. "Kelihatan?"

Salsa tersenyum. "Kalian kan sahabatan."
Gue mengangguk untuk membenarkan kata sahabatan.

"Gak balik?" Gue menoleh ke sumber suara yang berat ini. Idar? Walau keringetan aja gantengnya bikin gue gak bisa nafas.
Gue melihat ke lapangan ternyata mereka lagi istirahat. Tangan gue memberikan botol minum ke Idar.

Salsa menggeleng menjawab pertanyaan Idar. "Gue lagi ekskul,Dar."

"Oh,barengan ya modeling sama voli ekskulnya?" Tanya Idar.

Kok gue jadi merasa di tengah-tengah begini dah. Mereka juga saling kenal? Wajar sih,siapa yang gatau Salsa atau Idar.
Mungkin Salsa tadi juga basa-basi ke gue karena kepo soal Idar. Mungkin suka?

Gue cuma lihatin Idar yang udah ngasih botol minumnya lagi ke gue.
"Makasih ya,gua balik dulu." Idar berlari kembali ke lapangan.

Gue melirik Salsa yang matanya terus mengikuti langkah kaki Idar yang kembali ke lapangan.

Gak bisa gue biarin nih. Gue colok juga mata lu.

"Lo suka Idar?" Tanya gue penasaran.

Salsa langsung noleh dan meledakkan tawanya kencang. Tangannya menyentuh pundak gue lembut sambil sedikit mencengkram seragam gue.
Cukup lama dia tertawa,akhirnya Salsa angkat bicara,"gak sama sekali."

Gue mengangguk. Mana ada orang yang suka langsung ngaku. Kalau ada,mungkin modelan Ranum. Bukan cewek lemah lembut kayak Salsa.

Salsa memandangi tangannya yang masih bersemayam di pundak gue. "Sori," ucapnya sambil menjauhkan tangannya.
Gue menggeleng.

"Yaudah gue duluan ya pal,ntar dimarahin gue lama-lama."

"Belum kelar?"

Salsa menggeleng. "Gue ijin ke kamar mandi." Jawabnya sambil cekikikan.
Cewek cantik ini akhirnya berdiri dan berjalan meninggalkan gue yang masih duduk di tempat.

Gue memperhatikan kaki panjangnya yang lagi pakai sepatu tinggi tuh apa namanya dah.
Nih anak ntar jatuh lagi. Tapi dia kan udah profesional. Model gitu loh.

Belum juga gue kedip dan bener aja. Buset,apes bener lo Sal. Makanya jangan mandangin pacar orang kayak tadi. Kualat kan.

Gue berdiri dan hendak nolongin dia tapi tiba-tiba Idar udah berlari dari lapangan menuju ke Salsa.
Segitunya khawatir ? Gue melihat dia yang langsung nanyain keadaan Salsa dan bopong dia untuk balik ke tempat modelingnya.

Dan gue? Jangan ditanyain. Posisi gue masih setengah berdiri dan belum maju selangkah pun. Idar udah pergi ninggalin gue.
Gue anggap aja Salsa emang gak suka,tapi Idar?
Akhirnya gue kembali duduk dan diam melihat adek kelas yang lagi katihan voli sendirian.

Harus gue basmi nih cewe.

True Love [ BL | TAMAT ]Where stories live. Discover now