22. kecewa

3.4K 393 1
                                    

Happy reading<3

Malam ini suasana di ruangtamu gue sangat mencekam. Sangat mencekam.
Gue cuma duduk sambil mengamati Idar yang memandangi Angga di depannya. Rasanya kayak balik ke masalalu dimana dia lagi lihatin Mas Arjuna.

"Ada apaan? Soal kerjaan?" Tanya gue memecahkan keheningan.

"Engga. Gua cuma mau minta maaf."

Haduh. Gue belum mangap untuk menyauti,tapi suara Idar lebih duluan keluar "buat apa?"

Angga melirik gue yang memberi kode lewat mata 'jangan bilang'. Entah dia paham atau gak,yang jelas ini semua salah gue.

"Kalau gitu,gua masuk duluan. Kalian selesaiin dulu." Idar berdiri terus masuk tanpa melihat gue sedikit pun.
Kok Angga bisa tahu rumah gue dah.

"Tau rumah gua darimana?"

Angga senyum. "Aldi."
Bajingan. Gue bakalan kasih pelajaran Aldi besok biar dia tau rasa.

"Gue jujur lagi capek Ngga,besok aja diomongin kalau soal kerjaan."

"Bukan kerjaan."

Gue menghela nafas. "Terus apaan lagi?"

"Gua yang kemarin. Seharusnya lo yang paling tau karena lo juga disitu."

Gue cuma diem. Gue gak bisa membalas omongan dia,kalau dibales nanti Idar bakalan tahu.
Atau mungkin emang ini yang terbaik.

"Gua suka sama lo."
Kalimat yang keluar dari mulut Angga membuat gue semakin diam mematung. Gue gak tahu posisi Idar sekarang dimana,dia denger atau gak. Tapi yang jelas ini udah gawat. Otak gue gak bisa berfikir jernih,apa begini akhir dari kisah kita?

"Angga,gue gak-"

"Lo gak perlu jawab. Gua cuma nyatain,karena apa yang gue lihat barusan udah cukup buat jadi jawaban."

Gue bernafas lega dan mengangguk. "Bagus kalau lo tau."

"Kalau lo berubah pikiran,gua selalu ada disini."

Gue gak menjawab pertanyaan Angga. Sekarang yang gue pikirin cuma Idar.
"Lo gak perlu nunggu,karena itu jelas gak bakalan terjadi. Lagian kita baru kenal,lo bisa secepet itu naruh rasa suka?"

Angga menghembuskan nafasnya perlahan. Dia majuin badan dan memegang pergelangan tangan kirinya sendiri."Emang lo mulai suka dia kapan?"

Gue yang denger Angga ngomong langsung diam. Saat hujan itulah gue juga suka Idar dan mungkin dia juga.
Sialan. Beberapa menit gue diam,Angga berdiri dan pamit buat pulang.
Dia juga pamit ke Idar yang lagi ada di dapur bikin minum buat dirinya sendiri.

Setelah Angga pergi,gue gak tahu harus gimana. Gue cuma duduk di sofa tempat gue tadi menunggu Idar datang.
Gak lama gue nunggu,Idar datang dan naruh segelas cangkir isi susu coklat di meja.
Ternyata dia bikin minum buat gue,bukan dia sendiri.

"Dar.."

"Minum biar enakan."

Gue gelengin kepala. Perasaan gue bener-bener kacau.

"Mulai besok aku jemput."

"Hem."

Gue nundukkin kepala gak berani lihat wajahnya dia.

"Kamu tau gak kalau mata adalah indera yang paling jujur,dia gak bisa bohong kayak mulut?"
Sindiran Idar itu masuk mulus melalui telinga gue. Gue sangat tau.

Gue mendengar Idar menghembuskan nafasnya kasar. "Aku gak tau apa yang kamu lakuin sama dia-"

Gue yang mendengar dia ngomong gitu langsung mengangkat kepala dan motong ucapannya, "Aku gak ngapa-ngapain,Idar!"

"Terus soal kemarin?" Gue melihat udah ada air yang menggenang di matanya.
Mulut gue seakan terkunci gak bisa menjawab pertanyaan sekecil itu. Gue pengen bilang,tapi logika gue melarang hanya karena takut dia pergi.

Gue denger Idar ketawa kecil. "Tenang aja,kamu tinggal bahagia. Kalau soal luka,itu udah jadi bagian aku."

"Dar,aku mau ngomong."

"Bukannya dari tadi itu yang mau kudengerin?"

Tiba-tiba gue merasa gak bisa nahan air mata lagi. Emang seharusnya gue ngomong.
"Aku,kemarin.."
Gue akhirnya menceritakan segala kejadian kemarin dan gerak-gerik Angga sebelumnya kepada Idar.
Dengan bercucuran air mata,gue belum siap kalau Idar memutuskan untuk berpisah.

Gue melirik Idar yang masih tidak bergerak dari kursinya.
Gue beraniin diri buat melihat dia yang lagi menopang dahinya. Gue gak bisa lihat matanya tapi yang pasti gue bisa lihat ada air yang jatuh dari dagu netes ke celananya.

Beberapa menit kemudian Idar membuka tangannya dan menunjukkan matanya yang merah penuh air mata.
"I-idar?" Gue langsung narik Idar kedalam pelukan.

"Kenapa? Aku masih kurang?" Suara Idar sangat berat. Gue gelengin kepala sambil terus meluk dia dengan air mata yang gak berhenti mengalir.

"Lepas."

"Idar aku gak mau,maafin aku. Aku tau aku salah." Gue gak perduli dia nganggap gue gila atau gimana. Gue beneran gak mau kehilangan Idar. Gue belum siap.

"Entah siapa yang salah atau keinginan kamu yang sayang ke aku udah musnah." Idar melepaskan pelukan gue dengan paksa.
Idar memberikan secangkir susu coklat itu ke gue.

"Minum,habis itu tidur ya?" Gue melihat Idar yang tersenyum lesu. Senyumannya sangat terpaksa. Matanya sayu.

"Idar kamu gak pergi kan?"

Idar gelengin kepalanya. "enggak,sampai kamu yang nyuruh aku pergi. Kamu inget?"

Gue gak tahu harus bereaksi gimana. Gue udah sangat mengecewakan Idar.
Bahkan diri gue sendiri gak pantas buat dimaafkan.
Tangan gue udah gak ada kekuatan bahkan untuk megang cangkir,tubuh gue bener-bener lemes.

Tiba-tiba Idar membopong gue dan membawa ke kamar. Dia menaruh tubuh gue dikasur perlahan,kenapa gue bisa mendapat cinta sebanyak ini dari Idar?
Setelah itu dia ikut tidur di samping gue. Tangannya menarik selimut sehingga menutupi sampai leher gue.

"Udah,tidur." Idar menepuk-nepuk kepala gue.
Gue yang masih sesenggukkan sisa tangisnya gak bisa merem. Gimana bisa merem setelah gue melakukan hal menyakitkan ke Idar?

"Kalau dia gak kesini,apa kamu bakalan cerita?" Idar tiba-tiba buka suara.

Gue gelengin kepala. "Aku emang mau cerita kok."
Idar mengangguk sambil menarik gue kedalam pelukannya.
Tangannya masih terus mengelus kepala gue lembut.
Apa emang ini yang Idar mau?
Kenangan kita seharian seakan-akan cuma mimpi setelah kejadian barusan.

"Yaudah ayo tidur." Idar mencium kening gue kemudian semakin merapatkan badannya.

"Idar,makasih. Aku sayang banget sama kamu." Gue tau ini udah kelewatan buat bilang sayang ke dia. Tapi gue cuma bisa bilang itu supaya dia tau isi hati gue sebenernya.

"Hem."

Cuma itu jawabannya. Sekarang gimana?
Gue gak tahu kedepannya dia akan menjadi Idar yang gue kenal atau bukan.
Sebelum tidur gue cuma berdoa semoga dia tetap Idar.

True Love [ BL | TAMAT ]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα