23. wejangan

3.2K 386 8
                                    

Happy reading~•~

Gue membuka mata udah gak ada Idar di kasur. Jadi dia pergi?
Gue bangun dan melihat sekeliling kamar,"Idar?"

"Dar?!"

Baru juga melek gue udah langsung nangis histeris,apa emang begini hukuman buat gue?

Tiba-tiba gue merasakan tangan Idar mendekap gue dalam pelukannya.
Gue yang masih terisak mendengar detak jantung Idar yang menenangkan.
Dia masih disini.

"Ssstt,aku disini. Aku habis mandi sayang." Idar mengelus kepala gue agar gue tenang.

"Aku kira kamu pergi.." lirih gue.

Idar merenggangkan pelukannya terus beralih menatap gue. "Engga,kamu libur aja dulu. Mau aku ijinin?"

Gue menggelengkan kepala. Mungkin sarannya bener,gue perlu istirahat. "Aku ijin sendiri.."
Idar mengangguk. Gue melihat mata dan wajahnya yang terlihat gak terluka sama sekali.
Perilaku Idar juga tetep kayak biasanya,seperti semalam gak terjadi apa-apa.

"Aku bikinin makan," Gue hendak beranjak dari kasur tapi tangannya menahan kaki gue.
Dia memegang kedua lengan gue mengarahkan untuk kembali tidur.

"Tidur aja. Aku gak bisa ijin lagi hari ini," Jelas Idar sambil narik selimut untuk badan gue supaya tetap berada di kasur.

"Maafin aku.."

Idar gelengin kepalanya terus mencium kening gue cukup lama. "Gapapa."

Lo terbuat dari apaan sih Dar? Jujur,semisal lo yang melakulan hal kayak gue kemarin,gue gak bakal bisa maafin. Walau itu emang kelalaian,tapi gue udah bohong.
Gue emang egois.

"Sarapan kamu aku taruh dimeja,tinggal kamu hangatin nanti. Kalau ada apa-apa telfon aku."
Gue ngangguk melihat dia yang lagi memberikan tatapan yang dalam banget.

Wajahnya kelihatan berat banget buat ninggalin gue. "Idar kerja aja. Aku gapapa."
Setelah mendengar ucapan gue,Idar senyum.
Dia hendak mencium bibir gue,tapi dia berhenti.
Idar berhenti cukup lama sambil natap gue.
Dia beralih mencium pipi gue sebagai gantinya lalu berangkat pergi.

Idar gak jadi mencium bibir gue?
Tiba-tiba gue langsung netesin air mata dan menyumpahi kejahatan yang udah gue lakuin.

Selama di rumah gue gak mood buat makan. Bahkan beranjak dari kasur aja gue gak ada kekuatan.
Sampai akhirnya gue denger ada suara orang ngetok pintu. Mungkin Idar?
Tapi kalau dia balik pulang,pasti Idar langsung masuk.

Gue terpaksa bangun dan membuka pintu.
Harapan gue musnah karena yang dateng justru Damar sambil cengengesan.

"Gua disuruh Idar jagain lo. Takutnya pingsan gak ada orang di rumah."

Gua cuma berdehem doang sambil menyuruh dia masuk. Damar gue persilahkan untuk duduk. "Lo minum ambil aja sendiri,gue males ngambilin."

"Yaelah. Tamu disuruh ngelayanin dirinya sendiri."

Gue selonjorin kaki di sofa sambil nyetel tv gak memperdulikan Damar yang lagi ngomel ke belakang ngambil minum.

"Kok lo gak makan?!" Teriaknya. Gue cuma diem sambil lihat acara tv di depan gue,sebenernya pikiran gue kosong. Gue gak bisa fokus sama apa yang gue tonton.

Setelah itu Damar kembali duduk di sofa. Dia udah membawa minum buat dirinya sendiri.

"Lah gue?" Tanya gue.

Damar ngangkat bahunya. "Emang muka gua kelihatan perduli?"

Kampret dah. Pengen gue kipli mukanya yang songong.

True Love [ BL | TAMAT ]Where stories live. Discover now