35. berbicara berdua

2.5K 296 28
                                    

Setelah banyak kejadian yang menyakiti Idar,Ranum ikut merasa kesal dengan sahabat sebangkunya.

"Jul. Kasih Idar kalimat agar dia nyerah soal lo." Bisik Ranum.

Noval melirik gadis di sebelahnya yang menatapnya sengit. Dia menghembuskan nafasnya perlahan. Jika menemui Idar,dirinya pasti tidak tahan ingin memeluk pria itu.

"Gak perlu. Dari awal gak ada yang pernah kita mulai,jadi gak perlu ada yang diakhiri."

Ucapan Noval membuat darah Ranum mendidih. Gadis ini ingin memberi tamparan keras di pipi sahabatnya.

"Sekali aja. Cewe lo kan ntar ekskul,nah Idar juga kan?" Bujuknya.

Noval mengangguk pasrah karena Ranum sangat cerewet dan berisik sejak tadi.
Dia juga ingin mengatakan kepada Idar bahwa dirinya menyerah tentang hubungannya.

Sampai akhirnya bel pulang berbunyi,Noval berdiri dan menghampiri Salsa untuk memberinya info. "Sal. Gue tunggu di sini ya."

Salsa yang baru saja keluar dari kelasnya mengangguk. "Mau ngobrol sama Idar?"

Noval mengangguk dan mengelus kepala gadis cantik itu lembut. "Cepet baikan ya. Sahabat gak boleh marah lama-lama!" Tangan mungilnya menarik hidung Noval sebelum pergi.

Dia melihat punggung Salsa yang menjauh menyapa teman-temannya.
Dia sangat baik. Noval tidak bisa membayangkan jika dia menyakiti Salsa. Tentu saja dia berbohong kepada Salsa bahwa mereka hanya sekedar bertengkar sebagai teman.

Beberapa menit kemudian,sekolah sudah terasa hening dan sepi. Noval mengatur nafasnya,bagaimana jika dia tidak bisa terkontrol dan justru memeluk Idar? Orang yang selalu ia rindukan. Dirinya juga merasa sangat sakit setelah berpisah dari Idar. Sangat.

Setiap hari Noval tiada berhenti menangis dan menyumpahi kebodohan yang ia lakukan.
Tapi dia tidak punya pilihan lain.
Ternyata selama ini perasaan ragu itu berasal dari dirinya sendiri. Dia tidak pernah ragu tentang cinta Idar,perasaannya,ketulusannya.
Dia hanya ragu dengan dirinya sendiri.
Dulu dia ditinggalkan karena seorang gadis,sekarang dia yang melakukannya.
Dia sangat jahat. Padahal tau rasanya.

"Nih. Ngomong!" Ranum yang baru saja datang menggeret pergelangan tangan Idar.
Pria tampan itu sedang tersenyum sambil membawa bola voli di tangan kanannya.

"Apa kabar?" Noval yang mendengar suara Idar ingin berteriak dan menangis sekencang-kencangnya. Suaranya masih tetap sama. Sebulan berlalu,dia sangat merindukan Idar.

"Yaelah kayak apaan aja nanya kabar!" Omel Ranum.

"Bukannya lo seharusnya seneng kalau gue normal?" Noval sangat penasaran dengan pemikiran Ranum. Dia paham Ranum adalah fujo,tapi jika temannya kembali normal apa dia tidak senang?

Ranum membuang nafasnya kasar. "Seneng banget. Tapi seengganya lo selesaiin apa yang udah kalian mulai lah! Lo gak tanggung jawab sama perasaan yang udah lo sakitin,Jul."

"Emang dari awal cerita ini di mulai ada prolognya?" Sinis Noval.

Ranum terdiam. Ya dia benar,mereka mengalir begitu saja seperti air.

"Diem kan? Terus kenapa gue harus sibuk mikirin epilognya?" Tambah Noval.

Di dalam otak Idar,dia memikirkan ; jika masalahnya berdua apa bertiga menjadi solusinya?

Ranum yang sudah menahan amarahnya sedari sebulan lalu langsung memberi tamparan keras ke pipi Noval.
Idar yang melihat itu langsung memeluk kepala Noval. "Pergi." Dia menatap tajam Ranum yang wajahnya sangat kaku. Dia sangat marah dengan kesombongan Noval. Sahabat yang ia kenal bukan seperti ini.

Ranum berjalan pergi meninggalkan Idar yang khawatir dengan keadaan Noval.
Pria itu merenggangkan pelukannya dan melihat Noval yang sudah menangis. Idar tersenyum lega,dia menuntun Noval untuk duduk agar tenang.

"Ntar gua pukul balik."

Idar menarik kepala Noval agar sembunyi di dadanya. Noval yang berada di dada Idar semakin tenggelam dengan tangisnya. Bau Idar,dadanya,pelukan hangatnya. Yang terpenting,suara detak jantung Idar yang snagat ia suka.Dia merindukan semuanya.
Di tengah tangisnya,Noval tersenyum. Mana mungkin Idar mukul cewek.

"I-idar.."

"Sstt.." Idar mengelus kepala Noval lembut. Dia merindukan aromanya,rambut lembutnya. Bahkan sensasi mengelus rambut Noval.

Biarkanlah mereka berada dalam posisi ini sedikit lebih lama untuk melepas rindu.

"Jadi,lo udah gasuka gua?" Tanya Idar lembut.

Noval mengangguk perlahan. "Kalau gitu gua bikin suka lagi. Gimana?"

Noval tidak bisa menghentikan tangisnya. Kenapa ada orang seperti Idar?

"Dari awal gak ada kata jadian diantara kita Idar." Noval menjauhkan dirinya dari jangkuan Idar. Dia masih menangis.
Jika berada dalam posisi itu lama,dia tidak akan bisa menahan dirinya.

Idar tersenyum dan mengangguk. "Bahkan tanpa status aja kita udah sangat jelas. Tapi makin lama terasa asing dan lo malah hilang."

Idar menghela nafasnya. "Jadi permasalahan lo dimana?"

Noval mengusap sendiri air mata di pipinya dan menatap Idar. "Kamu kemana aja?"

Pertanyaan yang sama seperti dilontarkan Damar. Idar mengambil bola voli yang tadi ia jatuhkan karena panik Noval ditampar oleh Ranum. Dia menjelajahi langit mulut dengan lidahnya sendiri. Tangannya sibuk memainkam bola voli dan pandangannya lurus ke depan. Idar menahan amarahnya. Amarah kepada dirinya sendiri.

"Gua minta maaf." Hanya itu kalimat yang ia ucapkan. Idar sudah teledor dan salah pemahaman bahwa semua akan baik-baik aja setelah dirinya pulang.

Noval mengangguk. "Maaf gue kayak anak kecil."

Idar menggeleng. Lelaki itu meluruskan kakinya dan melirik Noval sambil senyum. "Gak masalah. Bukannya sifat jujur,tulus dan apa adanya cuma dimilikin sama anak kecil? Kurang lebih lo kayak gitu. Justru,gua suka itu."
Tangan Idar berhenti memainkan bola volinya. Dia lega bisa berbicara dengan Noval.

Walau kenyatannya sangat menyakitkan,asal dia sudah berbicara dengan Noval semua akan baik-baik saja.

Tangannya hendak menyentuh kepala Noval yang sedang menundukkan kepalanya. Tapi dia berhenti, seharusnya mereka sudah usai.

"Idar?" Panggil Noval yang sudah menatapnya hangat.
Idar ingin memeluknya sekali lagi. Tapi dia mehannya.

Idar justru ingin menangis. Apa yang dikatakan Noval sebenarnya sangat menusuk hatinya.
Dia berdiri dan mengelus kepala Noval untuk terakhir kali tanpa ragu. "Makasih ya,aku cinta kamu."
Tangan Idar yang berada di kepalanya turun untuk menyentuh bagian tengkuk leher Noval.

Kaki panjangnya berjalan pergi kembali ke lapangan meninggalkan Noval yang masih duduk terdiam. Air matanya kembali menetes setelah kepergian Idar.

Sedangkan Idar berjalan pergi sambil memegangi dadanya yang sangat sesak.
Apa dia bisa bermain voli jika hatinya sakit seperti ini?

Inilah akhirnya.
Mereka sudah berakhir sebelum ada kata end.
Karena keegoisannya.

Idar sudah dewasa menghadapi masalahnya. Dia bukan lagi pria yang penuh depresi seperti dulu.
Dia hanya percaya diri sebagai kutub utara akan menarik kutub selatannya mendekat. Sejauh apapun dia pergi.
Hanya itu.

Tamatnya bagus gini gak sih ? :)
Kan dari awal emang gak ada prolognya :)

True Love [ BL | TAMAT ]Where stories live. Discover now