20. bareng Angga

3.3K 357 11
                                    

Hari-hari semakin cepat berlalu. Gue udah ijin ke Mas Dodik selaku supervisor untuk membawa orang di minggu terakhir pkl nanti dan di bolehin.
Gue melakukan pekerjaan dengan hati gembira,mau menghabiskan waktu sama Idar. Padahal masih lama sih hehe.

"Napa lo?" Sinis Aldi yang tiba-tiba nyamperin gue.

"Ngapain lo kesini? Lo kan gak jaga disini."

"Suka-suka gua lah! Bosen gua,"

"Lo gak lagi istirahat?"

Aldi gelengin kepalanya. Nih anak bandel bener. "Soal Ranum.."

"Napa?"

Gue melirik Aldi yang berdecak sambil garuk-garuk kepalanya. "Waktu itu gua ngikutin dia dari belakang pas gak dijemput Juna."

Gue ngangguk. Cuma gue doang yang gak tahu dia pulang sama siapa,karena emang jam operasional kita gak sama. "Lo ngikutin Ranum padahal lagi libur? Berarti lo nungguin di sini dulu?" Nih anak bucin akut.

Aldi berdecak sambil menganggukkan kepalanya.

"Lo penguntit!?" Tiba-tiba Angga udah ada di pinggir gue dan ikut mendengarkan pengakuan Aldi. Nih apaan dah? Gak lihat pengunjung berdatangan sambil foto-foto begitu.

"Lo ngapain disini anjing?" Tanya Aldi.

Angga ngangkat bahunya. "Ya kenapa dah bangsat?! Mumpung Mas Oji gak keliling,udah lanjutin."

Gue yang berada di tengah-tengah mereka cuma bisa diem. Situasi kampret apa ini.

Aldi berdecak lagi lalu melanjutkan kalimatnya,"Terus gue liat dan denger ada cowok yang nawar-nawar dia."

"Nawar?" Ulang gue.

"GODAIN!" Teriak Angga dan Aldi bareng. Gue cuma ngangguk doang.

"Awalnya seperti yang Ranum kita kenal. Dia nolak dan misuh-misuh ke tuh cowok. Sampai akhirnya tuh cowok bilang,kalau tau dari Juna." Oh cowok yang udah tumbang waktu gue dateng malam itu.

"Juna siapa?" Kini gantian Angga yang bertanya.

Gue dan Aldi berdecak barengan. "Pacarnya!"
Gue yang merasa mengucapkan kata yang sama langsung noleh ke Aldi,ternyata emang pacaran? Gue tadi cuma nebak doang padahal.
Angga nganggukkin kepalanya terus mengisyaratkan Aldi untuk melanjutkan ceritanya pakai tangan dia.

"Setelah denger nama orang yang penting di hidupnya,Ranum cuma bisa diem. Tuh cowok udah mulai kurangajar. Pakai acara nyium-nyium Ranum,dan bodohnya tuh cewek masih diem seperti gak percaya sama apa yang udah dia denger. Padahal emang jelas Juna bajingan!"

"Terus?" Ucap gue.

"Ya,gua pukul. Apalagi?"

"Bunuh aja sekalian,apalagi?" Ini bukan suara gue atau Angga. Kita bertiga saling melempar pandangan dan sama-sama ngangkat bahu,karena gak ada yang bilang begitu.

Kita noleh dan udah melihat Mas Ojik yang melipat tangannya di dada sambil ngangkat dagunya. Gue nyengir lalu menyuruh mereka berdua untuk pergi kembali ke tempatnya masing-masing.
Setelah bubar,Mas Oji ikut berjalan pergi.
Udah tugas kapten juga buat ngontrol anak buahnya,jadi sesekali Mas Oji bakalam keliling area.

Angga sialan,apanya yang gak keliling?
Batin gue sambil meminum air putih. Eh,kita diperbolehin bawa air putih doang. Jajan boleh,cuma dimakan waktu gak ada pengunjung.
Disini emang bebas begini sih haha.

Gue melakukan kegiatan seperti hari-hari sebelumnya.
Hari ini gue kayaknya yang paling terakhir buat jalan keluar karena telat matiin lampu.
Gapapa lah,gue udah terbiasa dan gak takut lagi.

True Love [ BL | TAMAT ]Where stories live. Discover now