34. lab tkj

2.3K 289 18
                                    

Hari ini seluruh jurusan UPW kelas duabelas di perintahkan untuk berkumpul di lab TKJ.
Mereka ingin mengevaluasi kegiatan wisatanya dan melihat hasil video dari seksi dokumentasi.

Dua orang dari seksi dokumentasi sibuk mempersiapkan laptop dan hasil videonya di depan.
Sedangkan yang lain sibuk merumpi dahulu.

"Kok gak bisa ya?" Tanya salah satunya. Bu Indah yang sudah menunggu mengangguk.
Dia berdiri dan keluar kelas.

Beberapa menit kemudian dia kembali masuk dan bersama seorang pria tinggi di belakangnya.
Mata Noval membesar melihat Idar yang ikut masuk. Kenapa harus Idar lagi?

"Idar. Ini gimana kok gabisa?" Tanya Bu Indah.

Idar menggeleng. "Kenapa gak di lab sendiri sih,Bu?"

Bu Indah menjitak kepala Idar pelan. "Lagi dipakai anak kelas sebelas."

Idar menyuruh dua orang di depan itu untuk minggir dan membetulkan colokan kabelnya.
Dia tahu bahwa memang kabel di labnya ini sering uring-uringan.

"Ini namanya Idar. Ganteng kan? Jomblo lagi." Goda Bu Indah.

Idar yang mendengar itu tak menggubris candaan dari wali kelas Noval.
Dia juga duduk dibangku guru untuk mencolokkan kabel dan menunggu layar proyektor menyala.

Idar diarahkan oleh teman Noval untuk membuka file setelah layar proyektornya menyala.
Pria itu mengangguk nurut. Dia mulai memutar video dari hasil sie dokumentasi.

Mata elangnya sesekali melirik Noval yang duduk dipojok kelas dengan Salsa.
Mereka melakukan obrolan kecil. Idar yang melihatnya berdecak dan membuang wajahnya.
Kenapa harus dirinya yang dipanggil Bu Indah?
Ya,karena kebetulan dia berada di kelas tadi.

Matanya menatap laptop di depannya yang menunjukkan Noval dan Salsa sekilas selama di Bali. Kedua tangannya dilipat di depan dada.

"aaaaaa.." seiri murid di lab ini bersorak karena keromantisannya. Idar ingin sekali membanting laptop di depannya.

"Sama aja nganterin Salsa sama Nojul buat jadian ini mah kemarin." Saut salah satunya.

Idar berdiri dan hendak pergi tapi tiba-tiba layar proyektor itu mati.

"Idar. Tunggu dulu sebentar,mati itu loh." Protes Bu Indah.

Idar berdecak. Dia menendang kursi guru pelan. Setelah itu dia kembali duduk dan membetulkan kabelnya. Akhirnya layar proyektor itu kembali menyala. Dari sekian banyak nasib,kenapa harus yang ini.

Mata elangnya kembali menatap tajam layar laptop di depannya.
Lagi-lagi menunjukkan mereka berdua. Idar sudah tidak tahan,pria itu melirik Ranum dan Damar yang wajahnya terkejut.
Mereka berdua khawatir dengan perasaan Idar.
Dia terus ditikam keromantisan dari Noval dan Salsa sejak jadian.

Idar memberikan senyuman tipis,agar kedua temannya tidak memasang wajah seperti itu.
Wajah mereka sangat kompak.

Pria itu menggelengkan kepalanya. Memang sangat sakit. Saat dia berniat refreshing kemarin juga gagal. Menjalani hari ini di sekolah pun dia merasa gagal juga.
Mata elangnya melirik pelaku utama di dalam video ini,keduanya terlihat bercengkrama ria.

Idar menganggukkan kepalanya sendiri. Kini dirinya tidak lagi menatap layar laptop,melainkan menundukkan kepalanya menatap ubin.

"Ada apaan disitu?" Idar mengangkat kepalanya setelah melihat Aldi yang berdiri di sampingnya.

Idar tersenyum. "Gak ada."

"Biar gua gantiin. Lo balik aja."

"Santai."

"Gak bisa. Lo balik deh sekarang." Perintah Aldi. Idar melirik Ranum dan Damar yang kompak menganggukkan kepalanya.

Idar tersenyum. Ah,sahabatnya emang yang paling pengertian. Dia mengangguk dan beranjak pergi meninggalkan kelas yang membuat dadanya sesak ini.
Aldi mengambil alih sebagai operator dan untungnya tidak terjadi apa-apa.

Pria yang menggantikan Idar itu tersenyum tipis. Dia berhasil mengusir Idar agar tidak merasakan luka lebih lama.

Noval menatap kepergian Idar dengan iba. Dia  juga ikut merasakan sakit saat melihat Idar.

Setelah Idar keluar dari kelas itu dia masuk ke dalam kelas dan mengambil tasnya. Dia berniat pulang.

"Buset jam segini udah mau pulang.." ini teman sekelasnya. Namanya Rado.

Idar ngangkat bahunya acuh. "Ntar bilangin ya. Gua balik."

"Ntar ganaik lo kebanyakan pulang mulu."

"Udah pernah."

Rado memasang wajah berfikir yang berarti 'iya juga ya'.
setelah itu Idar segera melangkahkan kakinya pergi. Dia kembali melewati kelas Noval dan melirik lelaki itu sekilas. Dia sangat rindu. Ingin sekali Idar masuk dan memeluk miliknya.
Tapi itu semua hanya bayangannya hehe.

Setelah berhasil mengelabuhi satpam,dia berjalan pulang melewati jalannya bersama Noval seperti biasa.
Senyumnya tiba-tiba terukir memikirkan kenangan mereka dulu. Indah.
Dalam sekejap kenangan itu sudah menjadi masalalu baginya.

Sampai di persimpangan,dia melirik toko yang menjadi saksi pertemuannya.
Idar lagi-lagi tersenyum. Setelah beberapa detik,dia kembali berjalan untuk pulang.
Sesampainya di rumah Idar ingin sekali membanting segala sesuatu di sampingnya.
Tapi pria itu mengontrolnya dengan baik.

Idar mengelus dadanya sendiri dan berharap semua akan baik-baik saja.
Dia mengatur nafasnya sendiri dan duduk di sofanya.

"Tenang Idar. Nanti lo gak ganteng lagi." Ucapnya menenangkan diri sendiri.

Jika ini Idar yang dulu,mungkin dia akan kalap membanting seluruh perabotan rumah dan membuatnya kacau.

Hpnya bergetar menandakan ada telfon yang masuk di hpnya. Dia melihat nama Damar yang tertera disana.
Idar mengangkat telfon itu dan diberi omelan oleh Damar.

"Lo pulang? Gila lo! Kalau gak lulus gimama? Gak malu? Atau lo mau abadi jadi penunggu sekolah hah!?"

"Iya, gua pulang."

Idar yang menaruh hp di telinganya itu mendengar sedikit keributan membuatnya tersenyum.

"Heh denger ya kutil kuda. Jangan mentang-mentang lo kaya jadi bolos mulu. Ntar kita wisuda lo cuma bisa melongo kalau gak lulus!"

Idar tersenyum lebar mendengar omelan Ranum.
Dia masih mendengar sedikit kericuhan. Mereka berdua pasti sedang memaksa Aldi untuk berbicara.

"Nah iya."

Nahkan. Sesuai apa yang dia pikirkan.

"Iya-iya gak lagi. Udah gua ngantuk. Daaa.."

Idar menutup telfonnya dan melemparkan hpnya asal. Lelaki itu menutup matanya menggunakan pergelangan tangannya.
Sehebat apapun Idar menyembunyikannya,dia tetap terluka. Dia bukan mesin yang tidak bisa merasakan rasa sakit.
Bahkan tembok yang kokoh bisa retak kapan saja.

Tiba-tiba air mata yang sedari tadi sudah ditahannya tumpah.
Idar sudah tidak kuat berpura-pura baik saja seperti di sekolah tadi. Cairan bening itu mengalir jatuh ke pipinya.

Cukup lama Idar dalam posisinya sampai dia tertidur.
Itu jauh lebih baik daripada dia harus banyak berfikir tentang hubungannya bersama Noval.

Jangan lupa jejaknya ya😤

True Love [ BL | TAMAT ]Onde histórias criam vida. Descubra agora