Part 29 || Pertengkaran Renan-Kakek

2.6K 409 33
                                    

***

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Saka kembali bersama sang kekasih, say hello dulu dong!😁

Btw, beberapa hari ini aku bingung sama chapter cerita ini. Aku nggak tau kenapa susunannya berantakan banget. Chapter 28 diurutan ke tiga, 29 ke urutan 16, tampilannya kayak gitu nggak di wattpad kalian? 

Kira-kira ada yang tau kenapa? Error apa gimana? Soalnya ini udah lama dan bikin ganggu.

-------------------

Satu hal yang Jessie yakini setelah kembali dari rumah Wijaya. Meski waktu telah memberi mereka jarak, ikatan darah tak lagi menjadi alasan untuk saling memberi kabar, dan ketika pertemuan setelah sekian lama tak tersambut disitulah ia memahami jika dirinya tidak memiliki posisi dalam keluarga itu.

Semenjak dirinya menjadi orang buangan ke negera tetangga, Jessie berhenti untuk mengharapkan belas kasih mereka. Bukan karena berusaha untuk berhenti berharap tapi waktu yang mengikis harapan-harapan semu itu. Kesendirian membuka matanya lebar-lebar, ternyata hidup seorang diri tidaklah seburuk itu.

Ia bisa melakukan apapun tanpa dibayang-bayangi ketakutan, mentalnya terjaga, fisiknya membaik, hatinya perlahan pulih dan waktunya lebih banyak dihabiskan di kampus. Kesibukannya berhasil membuat ia lupa dengan masalahnya.

Sudah enam tahun berlalu Jessie tidak pernah lagi bertemu mereka, sebelum adanya kejadian kemarin. Jessie mengira itu akan menjadi pertemuan pertama dan terakhir kalinya. Harusnya demikian, faktanya kakeknya datang ke apartemen seolah mereka baik-baik saja.

Jessie tidak nyaman dengan kedatangan pria tua itu. Tak ada hubungan berarti bagi keduanya. Mereka hanya mengenal sebatas kakek dan cucu karena memiliki darah yang sama, untuk kedekatan sebagaimana mestinya sama sekali tidak ada.

Cangkir putih berisi teh herbal diletakkan di atas meja. Cairan itu berwarna cokelat kemerahan, asap mengepul ke udara, aroma segar menusuk indera penciuman dua orang yang duduk saling berhadapan.

Primus tersenyum melingkarkan jari telunjuk pada telinga cangkir tersebut, mengangkatnya ke depan hidung untuk menghirup aromanya sembari memutar wadah kecil itu.

"Aromanya wangi sekali. Lebih wangi dari teh herbal yang biasa Kakek minum di rumah." Primus tersenyum sebelum menyeruput cairan panas itu. "Ini juga enak." Ia kembali meletakkan cangkirnya di meja.

Jessie tidak menanggapi. Selain melempar senyuman yang tak bisa menutupi ketidak nyamanannya.

"Kamu nyaman tinggal di sini?" Primus kembali mengedarkan matanya di ruangan itu sebelum kembali menatap Jessie. Cucu perempuannya itu mengangguk.

"Iya."

"Tapi kamu sendiri."

"Ada Renan."

"Sebelum Renan datang, adikmu juga tidak di sini terus, kadang dia kembali ke rumah."

SHOW ME (Tamat)Where stories live. Discover now