Part 04 || Bertamu Pagi-pagi

11.8K 1.1K 84
                                    

Happy reading

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

Happy reading....

Instagram : unianhar

Pintu apartemen kembali tertutup, wanita bermata bulat dan berambut sabahu itu membuka high heels-nya sebelum melangkah ke arah sofa, menghempaskan tubuhnya di sana. Ia benar-benar lelah seharian berjibaku dengan lapora timnya. Ia merebahkan tubuhnya, letakkan kepala di sandaran lengan seraya menutup mata, membiarkan kantuk mengambil alih kesadarannya.

Penerangan di ruangan lumayan minim, hanya lampu pantry yang dinyalakan sebelum tertidur. Sepi, tidak ada tanda-tanda orang lain yang tinggal di sana selain dirinya. Waktu terus berjalan, detakan jarum jam dinding mengisi kesunyian apartemen yang terbilang mewah itu. Di sana ada dua kamar, dua kamar mandi, satu di kamar utama dan satunya lagi dekat dapur, ada sofa, meja makan, televisi, lemari, kulkas dua pintu dan masih banyak barang lain mengisi apartemen itu. Tinggal di sana harus mengeluarkan banyak pundi-pundi rupiah, selain tempatnya strategis dan mewah, keamanan juga sangat ketat.

Jessilin Wijaya membuka mata menatap langit-langit ruang tamunya kosong, telinganya menangkap suara detakan jam yang terus berputar menandakan waktu terus berjalan. Ia melihat jam tangannya menunjukkan pukul 23.12 malam. Bagaimana ia bisa tertidur di sofa sampai jam segitu? Kemudian ia pun bangun melangkah menuju kamar tepat di belakang sofa.

Selesai membersihkan diri, Jessie keluar dari kamar mandi menggunakan jubah peach mendekati lemari pakaian, mengambil piyama satinnya untuk dipakai malam ini.

Bunyi ponselnya berdering sekali, ia melangkah mendekati nakas di mana sebuah pas foto terletak dengan posisi terbalik ke bawah. Jessie meraih ponselnya lalu membaca pesan dari Saka, memberinya kabar jika sudah sampai dengan sehat tanpa kekurangan apa pun. Jessie diam masih menatap pesan itu lama sebelum jari-jarinya mengetik pesan balasan. Tidak ada niat menunggu balasan atau bermain-main dengan ponselnya barang sejenak, ia langsung mematikan ponselnya lalu tidur dengan posisi menyamping membelakangi nakas. Hidupnya memang seperti ini. Sepi dan membosankan.

Dilain tempat Saka terus memandangi ponselnya melihat room chat bersama dambaan hatinya yang aktif 34 menit yang lalu, pesan terakhirnya masih bercentang satu. Harapannya cuman satu, wanita itu bangun membaca pesannya. Itu saja. Sebagai pria tampan dambaan wanita sekomplek ia tidak ingin berharap lebih sebab harapannya sendiri yang selalu membawanya dalam kekecewaan.

"Kamu ngarepin apa, Geblek? Dia udah tidur, masih nunggu balesan," gerutunya meletakkan ponsel di ranjang. Tidak bisa terus menunggu sampai mendapat balasan, akhirnya ia memutuskan menarik selimut bersiap untuk tidur. Kali saja ia bertemu dengan Jessie di alam mimpi, lalu ia akan menuntut pesan balasan dari wanita itu.

Baru saja menutup mata, Saka kembali bangun meraih gelas di nakas, memikirkan Jessie menguras habis tenaganya jadi ia butuh asupan mineral agar energinya bertambah.

"Kosong?" Ia melihat baik-baik gelasnya, tidak ada setetes pun air di sana, "Apa gelasnya bocor?" tanyanya membalik gelas itu. Tidak biasanya maid tidak memperhatikan minumannya.

SHOW ME (Tamat)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ