Part 40 || Bercocok Tanam

4.2K 588 91
                                    

Emot buat Jessie?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Emot buat Jessie?

***

"Prosesinya didua tempat, malam pengajian di rumah mempelai wanita, akad di gedung Castle malamnya di hotel, untuk temanya masih sama, tiap prosesi kita bedaka...."

Drrtttt....

Presentasi Karen terhenti. Getaran sebuah ponsel di atas meja yang dikelilingi sembilan orang menarik fokusnya. Meja kaca persegi panjang itu menghantarankan getaran sampai ujung, orang yang menghadiri rapat serentak memandang bos mereka. Jessie duduk berhadapan dengan Karen yang berdiri di samping layar sontak menegakkan punggung melihat panggilan masuk pada ponselnya.

Diambilnya ponsel itu dari meja, getarannya pun berhenti. Matanya melihat nama yang tertera di sana, Renan. Jessie tidak serta merta langsung menjawab, ada keraguan terbersit di benaknya. Dua hari ini Jessie mendapat panggilan dari nomor yang sama tetapi orangnya bukan Renan. Itu nomor adiknya tapi yang menelepon kakeknya.
Kakek terus meminta Jessie ke rumah sakit mengunjunginya.

Berbagai alasan telah ia berikan untuk menolak. Jessie sibuk di kantor, Jessie harus keluar lapangan, Jessie harus bertemu client dan lain-lain. Bukannya tidak peduli, Jessie belum punya keberanian yang cukup bertemu Jaden di sana. Sampai saat ini Jessie masih mengingat pertemuan mereka di rumah sakit, sikap Jaden saat itu membuatnya kebingungan.

Ponsel di tangan Jessie mati, tak berselang lama kembali bergetar membuatnya mendesah gusar. Pendarnya melirik orang-orang di sana, ia harus keluar agar rapat kembali berjalan. Jessie berdiri menunjuk ponselnya sembari menatap Karen memberi kode.

Jessie bergegas menuju pintu. Ia meraih gagang untuk dibuka kemudian kembali ditutup. Punggungnya disandarkan di sana, satu tangan terlipat di dada, satunya lagi menempelkan ponsel di telinga menerima panggilan dari seberang.

"Akhirnya dijawab juga."

Suara khas orang tua terdengar lega dari seberang. Tanpa sadar Jessie tertunduk menatap ujung sepatu tepleknya seraya mengatupkan bibir. Sorotnya sendu, ada rasa bersalah menggerogotinya. Sebenarnya Jessie juga kasihan karena kakek kukuh ingin bertemu.

"Jessilin, kamu mendengar Kakek, kan?" tanya Primus sebab Jessie masih bungkam.

"Hm....ya."

Jessie ingin menemuinya, Jessie ingin melihat keadaannya dan memastikan kakeknya baik-baik saja. Informasi dari Saka tidak membuatnya puas jika tidak melihat dengan mata kepalanya, tetapi ada hal-hal yang harus Jessie jaga.

"Kakek pakai ponsel Renan lagi."

"Aku tahu."

Renan dan Primus bekerjasama. Renan meminjamkan ponselnya untuk menelepon Jessie dengan syarat Primus memberikan ijazahnya. Tidak punya pilihan lain untuk berkomunikasi dengan Jessie mau tidak mau Primus menyetujui usulan Renan. Renan juga sudah memberitahu Jessie kalau kakek yang memegang ponselnya.

SHOW ME (Tamat)Where stories live. Discover now