Part 52 || Benang yang Kusut (Tamat)

9.9K 804 445
                                    

Kasih emot buat mereka!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kasih emot buat mereka!

****

Udah tau, kan, ini part terakhir? Pasti tau dong liat judulnya hehehe

Yap. Ini Part terakhir. Pelan-pelan bacanya karena ini part terpanjang yang pernah aku buat selama menulis. Jangan lupa VOTE dan KOMENTAR ya.....

---------

Sekembali Saka dari pencariannya, Jessie dibawa masuk ke dalam rumah Thomas, bibantu oleh Ily dan Vania mengganti baju. Mendapat kabar dari Primus kalau Jessie menghilang jelang siraman Saka langsung bergegas turut mencari keberadaan calon istrinya. Setibanya di rumah itu, semua orang sudah kalang kabut. Tidak yang tahu ke mana wanita itu pergi. Leon pun ikut mencari ke tempat yang kemungkinan Jessie kunjungi.

Mereka semua panik. Saka merasa kehilangan jejak. Ia tidak tahu ke mana calon istrinya pergi tanpa membawa ponsel. Selama mencari kepalanya dihinggapi pikiran-pikiran negatif. Bukan karena Jessie kabur, kemungkinan ada orang jahat menculiknya.

Di bawah langit sore Saka mendapat telepon dari nomor baru. Itu Jaden. Memberi informasi kalau Jessie baru saja dari kantor papanya. Saka pun segera bergegas mengendarai Audi putihnya membelah aspal basah. Aroma besi yang unik karena hujan menyatu dengan aspal menguar menusuk indera penciumannya, kadang kala Saka suka menikmati aroma itu.

Namun, ini bukan waktu yang tepat melakukannya. Ada yang lebih penting. Ia harus lepas dari kemacetan di depan. Sorotnya dilempar jauh ke depan, macetnya sangat panjang, mau tidak mau harus mencari jalan lain untuk sampai di kantor papa Jessie.

Sesampainya tidak ada seorang pun yang ditemui selain satpam. Kantor sudah tutup. Tidak ada kehidupan di dalam sana. Jarak tempuh untuk sampai satu jam, banyak waktu yang terbuang di jalan, sudah diusahakan sampai lebih cepat. Kekecewaan menjalar di dalam dada. Saka merasa kurang maksimal mencari Jessie. Saking kecewa satpam yang menanyakan alasannya datang ke sana tidak diharaukan, padahal Saka bukan tipekal orang yang mengabaikan orang lain.

Di jalan pulang ia terus mencengkram stir mobil. Pendar sipitnya yang gusar terbuka lebar ketika Jaden menelepon mengatakan Jessie mengetahui segalanya. Sebesar apa pun tekadnya untuk tenang tidak bisa lagi dibendung. Jika instuisinya benar saat ini Jessie pasti ketakutan. Kondisinya sedikit kompleks, jangan sampai traumanya kambuh. Saka bisa saja kehilangan dia selamanya.

Sepanjang jalan Saka tidak fokus menyetir. Ia sibuk toleh kanan-kiri berharap menemukan Jessie. Hampir saja air matanya keluar andai saja Sagarha--abangnya--menelepon meminta segera kembali karena orang yang dicarinya berada di rumah mereka. Akhirnya Saka bergegas kembali .

Usai mengganti pakaian, Jessie kini duduk di tepi ranjang menatap jemarinya yang bergetar. Rambutnya sudah dikeringkan oleh Vania. Bayangan ketika ia mendorong mamanya terus terlintas di kepala walau berusaha ditepis. Jessie menggeleng ketakutan, refleks menggigit bibir. Selain sakit yang tak pernah sembuh kini rasa bersalah menelingkupi relung hatinya.

SHOW ME (Tamat)Where stories live. Discover now