Part 25 || Sedang Tidak Waras

7K 950 125
                                    

Jangan lupa follow Unianhar, vote dan komentar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jangan lupa follow Unianhar, vote dan komentar. terima kasih....

Instagram : unianhar

********************************

Menerima pengakuan dari orang yang dicintai rasanya sangat membahagiakan bagi Saka. Dunia yang semula dianggap kejam tiba-tiba bersahabat. Saking bersahabatnya orang-orang yang menganggapnya aneh terlihat menyenangkan baginya.

Saka tersenyum menerawang ke depan.
Sebenarnya ia tidak tahu harus menanggapi kebohongan Leon. Ia malu menganggap Jessie dan abangnya berkencan, tetapi tidak menampik karena ulah manusia langka satu itu ia dan Jessie resmi pacaran.

Ah, masa bodo dengan Leon. Terpenting sekarang dirinya dan Jessie pacaran. Rasanya ada bunga-bunga berterbangan di sekitarnya, membuat Saka terkikik geli memeluk bantal sofa-nya seerat mungkin.

Sebuah kaleng soda diletak kasar di atas permukaan meja kaca. Kaleng itu sudah remuk mengenaskan, menjadi pusat perhatian bagi mereka yang ada di ruangan itu. Berbeda dengan Saka yang nyaris menggigit bantal yang dipeluknya andai saja tubuhnya tidak terhuyung ke sampingnya.

Saka sontak menoleh emosi, melihat Garha di sampingnya mengelus lengannya, wajah abangnya itu terlihat kesal.

"Anj---"

Kalimat kasar Saka tertahan di tenggorokan menyadari tatapan tajam mereka mengarah padanya. Lingga yang ngelengsot di lantai memangku anaknya sambil menutup telinga balita yang masih suci dari dosa.

"Astagfirullah." Saka berdeham. Ia harus mengendalikan diri untuk tidak kelepasan. Setan-setan itu sedang berkumpul di sana.

Saka mencari bantal yang tiba-tiba lenyap dari pelukannya. Tidak ditemukan. Ia terus toleh kanan-kiri seraya bertanya-tanya ke mana bantalnya menghilang.

"Bantalku ke mana?"

"Bantal apa?" tanya Ily membuka mulut. Ia menerima potongan buah apel yang diberikan suaminya. Wanita hamil tua itu duduk di depan Saka, hanya meja yang menghalangi mereka.

"Bantal yang aku peluk, Sha." Saka masih mencari bantalnya.

"Tadi Kakak peluk lengan Abang bukan bant---"

"Mana mungkin!" elaknya tidak percaya. Saka masih waras buat memeluk lengan Garha.

"Tuh, kan, aku bilang apa." Lingga merubah posisi anaknya memunggungi Saka. "Dia emang udah nggak waras," lanjutnya. Melihat Saka memeluk lengan Garha membuatnya ngeri sendiri.

Sejak tadi mereka memang memperhatikan gelagak Saka. Bergabung bersama mereka, duduk di samping Garha, mulut bacotnya diam seribu bahasa, mesem-mesem sendiri sampai meraih lengan Garha, memeluknya erat dengan wajah memerah. Mereka horor melihatnya.

SHOW ME (Tamat)Where stories live. Discover now