Part 15 || Dua Orang Asing

6.3K 904 171
                                    

Saka kembali 🖐----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saka kembali 🖐
----------

Happy Reading......

Instagram : unianhar
---------

Cangkir putih berisi kopi kini terletak di atas permukaan piring kecil sebagai penyangga. Jari lentik yang melingkar di telinga cangkir terlepas, bibirnya terkulum menikmati sari-sari kopi yang masih tertinggal di lidah, tenggorokannya sudah tidak kering lagi, pandangannya semakin gelisah. Harusnya ia tidak boleh minum kopi ketika jantungnya berdegub tidak normal.

Tubuhnya terasa membeku. Seperti berada di Kutub Utara. Dingin seakan menyumbat aliran darahnya. Andai pertahanan tubuh Jessie masih seperti dulu maka ia akan berlari sejauh mungkin sampai tidak terlihat dari pandangan pria di depannya.

Tatapan tajam dan mematikan itu dirasakan Jessie sejak tadi. Rasanya ia berada di jurang ketakutan yang perlahan menyeretnya untuk menjadi pengecut seumur hidup.

Tidak. Jessie tidak akan pernah melakukannya seperti dulu. Ia akan menghadapinya meski ia belum siap sepenuhnya. Entah hari ini, besok atau besoknya lagi, ia tetap akan menghadapinya.

Beberapa menit menunduk menenangkan diri. Kini Jessie mengangkat wajah membalas tatapan tajam pria di depannya. Hatinya mencelos, memekik ingin mundur sebab ia tak mampu, namun logikanya meminta untuk tetap menghadapinya. Ia tidak boleh takut, sampai kapan ia harus hidup sebagai pecundang?

Jessie berperang batin. Gerak-gerik gelisah dapat ditangkap oleh pria itu. Matanya menangkap jelas kalau pria itu masih menatap misterius padanya. Tembok pertahan yang sempat Jessie bangun roboh. Ia kembali menunduk tidak bisa berkata apa pun.

"Jadi alasannya?" Karen paham situasi diantara mereka, kini ia berceletuk. Posisinya sebagai asisten Jessie tentu punya hak untuk bicara disaat bosnya tidak enak badan.

"Tidak ada alasan lain. Kami cuma ingin mengganti jasa WO-nya," sahut Jaden Wijaya, tanpa mengalihkan sorot matanya dari Jessie.

"Lebih spesifik?"

Jaden beralih menatap Karen tak bersahabat. "Sudah saya bilang tidak ada alasan lain," tegasnya.

Karen gamang. "Ingin mengganti tentunya harus ada alasan yang logis, kan?" balas Karen.

Alis Jaden terangkat arogant. "Saya ingin jasa profesional. Bukan jasa yang baru merangkak. Yang profesional saja bisa membuat kesalahan apalagi ja---"

"Pak Jaden," sentak Karen ingin protes tetapi lengannya diremas oleh Jessie. Wanita itu menggeleng memintanya berhenti.

"Tolong selesaikan semuanya, saya mau ke toilet dulu!" Jessie berdiri meraih tasnya. Bergegas menjauhi meja itu menuju toilet.

Sepatu high heels-nya beradu dengan lantai menimbulkan suara di sepanjang lorong menuju toilet. Sesampainya Jessie mencari bilik kosong lalu mengunci seraya bersandar di pintu. Ia memejamkan mata merasakan sakit hatinya menjalar ke seluruh sarafnya.

SHOW ME (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang