Part 38 || Jessie Sakit Lagi

3.2K 519 89
                                    

Emot buat Saka mana?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Emot buat Saka mana?

****

Harapan buat Jaden?

---------------

Untuk beberapa detik dunia Jessie berhenti berputar. Tatapan yang diterimanya seperti sihir menyesatkan. Ia diserang ketakutan hingga melepaskan tangan kekasihnya. Ingatan masa lalu berkelabat di kepala, pukulan waktu itu kembali ia rasakan pada tempat yang sama, sakit dan nyeri, makian dan isak tangisnya kembali terdengar di telinga. Tubuhnya bergetar, tatapan itu seperti tatapan enam tahun silam. Sangat berbeda dengan pertemuan mereka di restoran waktu itu.

Jessie tersentak, tangannya dicekal. Seperti tuntun kembali ke alam sadar. Ia berbalik melihat tangan yang menggenggamnya, tatapan teduhnya naik pada pemilik tangan itu. Pria itu menyatukan jemari mereka menatap Jessie dengan senyuman tipis. Kemudian menoleh membalas tatapan tajam itu begitu santai.

Tidak jauh dari keduanya, seorang pria memandang mereka tajam. Sementara itu Renan berdiri tidak tenang di samping abangnya, jantungnya berdegub kencang karena was-was menatap kakak perempuannya dan abangnya bergantian.

"Bang, ayo kita bicara di tempat lain," ajak Renan tiba-tiba menarik lengan abangnya. Walau pun tidak tahu apa akan ia bicarakan padanya, pemuda itu akan mencari topik demi menjauhkan mereka dari pertemuan yang tidak terduga ini.

Alih-alih mengukuti, Jaden menyentak tangan Renan hingga terlepas. Renan tercengang menatap abangnya yang tidak melepaskan tatapannya dari mereka. Kedua orang itu juga masih membalas tatapan Jaden tanpa takut.

Glek!

Kini Jessie bergeming memutuskan pandangannya dari Jaden lalu mendongak menatap Saka. Sebelah tangannya memegang lengan pria itu yang menyatukan tangan mereka. Kekasihnya itu menggenggamnnya erat. Seperti meminta Jessie tenang, tidak akan ada yang terjadi selama pria itu bersamanya.

Mata sipit Saka bukan sembarang sipit. Ketika sudut matanya menajam, manik hitamnya menatap objek yang sama lebih dari tujuh detik, maka kemampuan mengintimidasinya terlihat. Mampu memberikan kesan tak biasa dan naluri orang yang di tatapnya seperti ditekan untuk memutuskan tatapan mereka jika ingin tetap baik-baik saja tanpa mendapat tekanan mental.

Renan yang melihat itu menelan salivanya susah. Tatapannya cemas. Keringat keluar dari pori-pori keningnya yang mengkilap basah. Dengan ragu, pemuda itu menoleh pada abangnya. Jaden menyeringai miring, bukti kalau pria itu terganggu dengan tatapan dokter kakeknya. Refleks Renan mengelap keringanya dengan telapak tangan. Ini mimpi buruk.

Jaden maju berlawanan dengan mereka. Renan lagi-lagi tercengang hendak mencegat tetapi terlambat. Jessie menarik napas panjang berkali-kali kala pasokan oksigennya menipis, mata bulatnya fokus pada Jaden, tubuh pria itu semakin mendekat. Ia berkeringat dingin, nyeri di dalam sana semakin terasa, semakin dia mendekat bekas luka yang disimpannya kembali tergores. Kepalanya bergerak menampik ingatannya, tidak ada yang perlu ditakutkan. Ia yakin dia akan bersikap seperti dulu, pura-pura tidak mengenal dan melewatinya.

SHOW ME (Tamat)Where stories live. Discover now