NARENDRA[21]

126K 13.8K 489
                                    

°°°

Nalva menatap handphone nya bingung, sebab dari tadi Langit selalu menelfon nya. Tak sekali dua kali tetapi sudah puluhan kali dering ponselnya terus berbunyi.

"Angkat gak ya?" Guman gadis itu pelan.

Nalva sedang berada di rumah sakit menemani neneknya. Nenek nya mengeluh sakit pinggang dan Nalva memutuskan untuk membawa neneknya ke rumah sakit.

Nalva menatap handphone nya dan membolak-balik kan ponsel tersebut. Dia bingung, dirinya sudah berjanji untuk tidak mengangkat telepon dari laki-laki manapun, jika dia ketahuan masih dekat dengan Langit, gadis  takut Naren akan memenggal kepalanya nanti.

Tapi Nalva juga bingung mengapa Langit terus menerus menelpon nya. Apa ada hal penting? Sudah terhitung dua belas kali Langit menelpon nya, hal itu pun membuat Nalva akhirnya mengangkat telepon tersebut. Masa bodoh dengan kepala nya yang akan di penggal nanti.

"Halo?"

"KOK KAMU ANGKAT TELEPON NYA LAMA BANGET SIH? PULSA AKU SAMPE HABIS TAU GAK! SEKARANG KAMU DIMANA??!" Nalva menjauhkan ponselnya dari telinganya begitu teriakan Langit terdengar jelas dari seberang sana.

"I— iya maaf ya, ini aku lagi di rumah sakit. Nenek aku lagi di periksa sama dokter" Jawab Nalva jujur.

Langit menghembuskan nafasnya lega setidaknya gadis itu tidak berada dalam bahaya.

"Tunggu di sana! Bang Naren nyuruh aku buat jagain kamu!" Perintah Langit. Kemudian laki-laki itu langsung memutus kan sambungan teleponnya.

"Emang Langit tau aku ada di rumah sakit mana? Rumah sakit di Bandung kan banyak" Guman Nalva begitu melihat sambungan telepon tersebut sudah putus.

Nalva memegang perutnya yang berbunyi menandakan gadis itu sedang lapar, jadi Nalva keluar rumah sakit untuk membeli makanan, jika membeli di kantin rumah sakit gadis itu takut uang nya tidak cukup.

Gadis itu membeli sebuah roti selai nanas di sebuah toko yang tidak jauh dari rumah sakit, selesai membeli roti dan air mineral gadis itu berniat kembali kerumah sakit.

Sebuah pergerakan menghentikan gadis itu, Nalva menjatuhkan roti selai dan air mineral yang ada di tangannya. Nalva reflek mundur beberapa langkah setelah seseorang yang menghalanginya tersebut membuka helmnya.

Senyum yang menakutkan, wajah yang lebam, tangan kanan yang berlumuran darah. Fardan tersenyum begitu melihat gadis yang dicintai nya datang dengan sendirinya ke hadapannya.

Awalnya Fardan ingin mengobati luka tembaknya di rumah sakit. Tapi siapa sangka Nalva ada disini? Sungguh kebetulan yang menjadi keuntungan untuk Fardan.

"Va aku kangen" Lirih Fardan. Laki-laki itu turun dari motornya dengan sedikit terburu-buru. Tidak jarang juga Fardan meringis karena luka yang ada di tangan kanannya.

"Pergi kak" Reflek Nalva mundur begitu Fardan terus berjalan ke arahnya.

"Kita ketemu disini itu takdir! Aku udah susah payah nyari kamu dan akhirnya aku nemuin kamu, dan kamu malah suruh aku pergi? Gak bisa Nava!" Beginilah Fardan ketika sudah bersama Nalva, laki-laki itu akan berubah menjadi lembut, dan itu hanya dia lakukan ketika bersama Nalva.

"T— Tapi aku gak mau ketemu kamu!" Nalva menggeleng kan kepalanya takut. Tidak, sifat Fardan itu tidak selalu lembut, laki-laki ini tempramental. Hal itu yang membuat Nalva ingin menghindar dari Fardan.

Sikap tempramen yang membuat Nalva lelah, terkadang dirinya harus menjadi sasaran dari amukan Fardan, dia di pukul, di bentak, dan tak jarang gadis itu mendapat tamparan dari Fardan. Tetapi jika laki-laki itu sedang dalam mode normal, maka dia akan memperlakukan Nalva seperti ratu, Fardan akan menunjukkan kepada dunia bahwa dia sangat mencintai Nalva bahkan lebih dari dirinya sendiri.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang