NARENDRA[40]

122K 12.7K 701
                                    


°°°

"Ngapain kamu kesini?" Tanya pria paruh baya itu sinis.

"Saya cuman mau mastiin sesuatu" Jawab Naren. Laki-laki itu sudah menatap nyalang ayahnya, tatapan yang sama persis seperti Liam.

"Apa yang perlu kamu pastikan?" Liam melipat tangannya, duduk menyilang dengan kaki kiri yang diletakkan di atas kaki kanan.

"Apa hubungan ayah sama Volien?" Tanya Naren. Naren tidak ikut duduk, laki-laki itu hanya berdiri, menunggu jawaban ayahnya.

"Volien? Apa itu?" Liam mengerutkan keningnya tidak mengerti.

Naren merasa ayahnya juga tidak mungkin tau apa-apa tentang masalah ini, lantas bagaimana bisa Galen tinggal di kontrakan milik ayahnya?

"Ayah mengenal Galeno Adhyspurta?" Tanya Naren, lagi.

"Tidak, sebenarnya apa yang ingin kamu pastikan, sampai kamu rela menginjakkan kaki di rumah ini lagi?" Tanya Liam penasaran.

Naren juga enggan sebenarnya untuk memasuki rumah keramat ini, tetapi dia harus segera menyelesaikan masalahnya, Galen masih belum ditemukan dan tempat tinggal terakhirnya adalah kontrakan elit milik ayahnya. Bagaimana bisa Galen memiliki akses untuk tinggal di kontrakan tersebut?

Naren tidak menjawab melainkan langsung berbalik dan keluar dari rumah nya, tanpa mengucap sepatah kata pun.

Liam mengelus dadanya, semoga dia dilimpahkan kesabaran seluas samudra untuk bisa menghadapi putra kesayangannya itu.

Semenjak Fardan masuk penjara, yang menjabat sebagai ketua Volien adalah Wira. Tentu saja Wira dengan senang hati mengambil posisi sebagai ketua, yah meski sebenarnya laki-laki itu sedikit sedih karena Fardan harus masuk penjara.

Wira memerintahkan anggota Volien untuk tetap bersembunyi dari Morvesca, Wira tau saat ini Naren sudah mengetahui bahwa dia lah yang menyuruh Galen untuk membunuh Keysa, bukan Fardan.

•••

"

Udah lama nunggu?" Tanya Nalva ketika melihat kekasihnya sedang bersandar di motor besarnya.

"Kira-kira sejam sih" Jawaban Naren membuat Nalva meringis.

"Maaf" Ujar gadis itu.

"Gak di maafin" Balas Naren.

"Terus gimana dong?" Tanya Nalva tidak enak.

"Cium dulu, baru di maafin" Kata Naren.

Nalva membulatkan matanya kaget. Naren memang susah di tebak.

Nalva melihat wajah menyebalkan Naren yang sekarang sedang tersenyum penuh kemenangan.

"Gak" Tolak Nalva.

"Yaudah gak di maafin" Naren hendak memakai helm nya tetapi langsung di tahan oleh Nalva.

Dengan ragu Nalva mendekatkan wajahnya pada wajah Naren, gadis itu mencium pipi kanan Naren membuat hati Naren rasanya berdesir hebat, detak jantungnya berdegup seolah berlomba-lomba untuk berdetak.

Naren tersenyum kemudian menunjuk pipi satu nya lagi, membuat Nalva mendesah pasrah.

Nalva hendak mencium pipi satunya lagi tetapi saat bibir Nalva hendak menyentuh kulit pipi kiri Naren, laki-laki itu langsung menoleh ke kiri sehingga yang dicium Nalva bukan lagi pipi, melainkan bibir naren.

Nalva melotot karena menyadari sesuatu yang aneh. "Kak!" Tegur gadis itu.

Nakva memukul pelan pundak Naren, membuat laki-laki itu pura-pura meringis kesakitan padahal tidak ada rasanya sama sekali.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang