NARENDRA[33]

123K 13.7K 1.1K
                                    


°°°

"Kak Saka" Nalva terkejut ketika Saka memukuli Fardan tanpa ampun.

Fardan masih bisa melawan, bahkan laki-laki itu sudah mengeluarkan senjata dari kantung jaketnya. Sepertinya Fardan selalu membawa pisau kecil kemana-mana.

Saka tidak memberikan kesempatan sekecil apapun kepada Fardan, laki-laki itu terus saja membanting tinjuan kepada Fardan. Beginilah Saka ketika dikuasai amarah, laki-laki itu tidak akan berhenti sebelum lawannya punah.

Nalva sudah lemas. Wajahnya pucat pasi, dia tidak bisa membayangkan jika Saka tidak datang tepat waktu tadi.

Gadis itu masih berusaha menormalkan nafasnya. Dadanya terasa sesak akibat masih trauma dengan Fardan di tambah lagi laki-laki itu baru saja mencekiknya.

Selang beberapa detik kemudian, Artan datang dengan wajah paniknya, laki-laki itu buru-buru membuka helm dan turun dari motornya. Artan menghampiri Saka.

"Sak—"

"Bawa Nalva pergi dari sini" Perkataan Artan di potong cepat oleh Saka.

Artan mengangguk ragu kemudian menghampiri Nalva yang masih terduduk lemas di atas tanah.

"Kamu gapapa?" Tanya Artan khawatir. Suaranya begitu lembut, berbeda seperti biasanya.

"Aku takut" Cicit Nalva.

Artan melihat tangan gadis itu yang masih gemetaran. Artan menggenggam tangan Nalva lembut dan memeluk gadis itu untuk menenangkan nya.

Dengan pandangan yang hampir memburam Fardan melihat Nalva yang ketakutan di pelukan Artan. Nalva memang tak membalas pelukan itu, tetapi hal itu berhasil membuat Fardan terbakar karena amarah, entah mengapa Nalva seberpengaruh itu bagi dirinya.

BUGH!

Pukulan terakhir dari Saka itu berhasil membuat kesadaran Fardan hilang.

Saka menghampiri Nalva dan berjongkok untuk berbicara dengan gadis itu.

"Sorry gue ngawasin lo diem-diem selama seminggu ini. Tujuan gue cuman buat nangkep dia, gak lebih" Setelah mengatakan itu Saka berdiri dan membopong tubuh Fardan untuk membawanya pergi dari situ.

°°°

Naren menepikan motornya ketika ponsel yang ada di sakunya bergetar.

"Halo" Sapa Naren.

"Bos, gue punya hadiah buat lo" Ujar Saka dari seberang sana.

Naren mengerutkan keningnya heran, tapi dia juga penasaran hadiah apa yang di maksud oleh Saka.

"Gue tunggu di Posca" Setelah mengatakan itu sambungan teleponnya diputus oleh Saka.

Naren memutar stang motor nya untuk berbelok ke arah jalan yang lain untuk menuju Posca. Sepanjang perjalanan ke Posca Naren hanya menerka-nerka hadiah apa yang di maksud oleh Saka.

"Oi bos, udah dateng" Sapa Candra. Laki-laki itu terlihat sangat bahagia.

"Ada apa?" Tanya Naren. Laki-laki itu tidak suka basa-basi.

"Santai dulu Bos" Aji menyenggol bahu Naren pelan.

Naren memutar bola matanya malas. Aji menarik Naren untuk duduk di sofa merah, yang ada di ruangan Posca itu.

"Gue gak ulang tahun hari ini, lo pada mau kasih hadiah apa sih?" Tanya Naren mulai kesal.

"Ngarep amat lo pas ulang tahun mau dikasih hadiah" Balas Candra dengan wajah menyebalkan nya.

NARENDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang