(SUDAH TERBIT)
Karena membuat masalah lagi sampai membuat Papa-nya marah besar, Jeano dan Jerico mau tak mau harus terima keputusan mutlak Papa mereka untuk dimasukkan ke Asrama.
Naasnya, Jake, si bungsu ketahuan pulang lewat jam 12 malam. Melangga...
"UDAH BERAPA KALI PAPA DIPANGGIL KE SEKOLAH KARENA KELAKUAN KALIAN BERDUA!!! MASIH AJA CARI MASALAH!!"
Jeano dan Jerico menunduk saat Papa mereka, Dizon, berteriak kesal dan marah didepan keduanya. Meski menunduk, nyatanya Jeano dan Jerico saling senggol menyalahkan.
Hari ini Dizon kembali dipanggil ke sekolah karena kelakuan anak kembarnya. Keduanya terlibat perkelahian dengan teman sekelas sendiri sampai temannya itu kepalanya bocor.
Dizon yang saat itu sedang ada meeting dikantor langsung bergegas ke sekolah si kembar karena mendapat telpon dari sekolah. Bukan BK lagi yang nelpon, tapi langsung kepala sekolah.
"Hah," Dizon menghela nafas berat dan memijit keningnya pusing menghadapi kedua anaknya ini. Laki-laki yang sudah mapan itu menoleh ke istri dan anak bungsunya yang sedang mengkerut takut melihat dirinya marah.
Dizon memberi kode ke Fany dengan tatapan mata, yang dibalas anggukan oleh Fany.
"Mulai besok, kalian sekolah di sekolah Asrama!"
Jeano dan Jerico langsung mendongak kaget, memberikan tatapan tak setuju.
"Kok gitu sih, Pa? Gak mau!" tolak Jerico.
"Ck, nggak mau. Nggak bisa bebas," kata Jeano.
"Justru biar kalian nggak bebas dan bisa ngerubah sifat kalian! Kalian berdua kira Papa sama Mama nggak pusing lihat kelakuan kalian? Sekolah itu tempatnya belajar, bukan adu mekanik!" kata Dizon tajam.
Jeano dan Jeric jadi merapatkan bibir.
"Kemasi barang-barang kalian. Besok pagi kita berangkat," ucap Dizon tak bisa dibantah.
"Pa, mau ngebuang kita ya?" tanya Jerico memprotes Dizon.
"Iya, Papa mau buang kalian!" balas Dizon tajam.
Jerico jadi menciut kecil dan merapat ke Jeano. Sedangkan Jeano diam saja. Dirinya masih tak terima dimasukkan ke Asrama.
"Pa--"
"Protes, semua fasilitas kalian Papa ambil! Biar jadi gembel pas di Asrama," ancam Dizon.
Mata Jeano dan Jerico membulat, "jangan dong!" protes keduanya.
"Makanya nurut!" Dizon menatap keduanya tajam.
Jeano menghela nafas mengalah, "iya-iya kita masuk Asrama."
