39. Bukber.

5.9K 1.1K 251
                                    

•••

Sore ini di kamar 09 sedang ramai, karena ada anak kamar 404, Mahendra, Juan dan juga Yogi. Mereka mau buat makanan buat bukber dua kamar ini, serta pengurus mereka.

"Gi, lo sadar nggak sih sejak gue pegang 09 sama Juan pegang 404 lo jadi ngintilin kita mulu?" tanya Mahendra.

Yogi yang sedang mengaduk sup buah langsung menoleh, "gue gabut euy di kantor sendirian, mending ngintilin lo berdua," balasnya tak peduli.

"Woi! Woi!" teriak Daniel heboh saat memasukkan ikan ke wajan yang sudah ada minyak panas. Karena minyaknya menciprat dan mengenai tangannya, padahal cuma kena dikit banget.

"Sini, gue aja yang nata piringnya, lo ambil sendoknya," kata Jeano.

Jerico langsung pergi tanpa mengeluarkan sepatah kata, membuat kembarannya itu menyerngit heran. Karena sejak tadi pagi Jerico mendiamkannya, kan Jeano jadi bingung salah dia dimana.

Javier, Danial, Juan dan Mahendra ternganga melihat Jake, Jay dan Haru yang sudah memakai helm dan juga sarung tangan.

"Kalian mau ngapain?" tanya Javier.

"Kita mau perang sama cabai, nanti takutnya pas digoreng meledak," balas Jake yang sedang memakai helm hitam entah milik siapa, yang diangguki oleh Jay dan Haru.

Mahesa dan Satya meringis kecil, lalu mendelik saat melihat Riki membawa kayu panjang yang entah dia dapat darimana.

"Kamu mau ngapain, Riki?" tanya Satya.

Riki mengedipkan mata sipitnya, "mau goreng cabai, kak. Nanti Riki bagian tutup wajannya, kan pasti meletup tuh terus minyaknya nyiprat, jadi Riki nanti nutupnya dari jauh aja pakai ini," jelasnya dan mengangkat kayu yang ada ditangannya.

Mahesa, Satya, Javier, Danial, Juan dan Mahendra nyaris menangis prihatin. Kenapa mereka semua sangat kreatif yang nyerempet gila?

Di wastafel, Jerico sedang mencuci beras dengan Samuel. Keduanya sejak tadi fokus, Samuel doang sih. Fokus ngitung beras, sedangkan Jerico sejak tadi diam saja tak mengeluarkan suara. Samuel juga jadi bingung temannya itu kenapa.

"Ric, ini dibilas berasnya pakai Sunlight nggak?" tanya Samuel.

Jerico menoleh dan mengerjab polos, "emang biasanya pakai Sunlight?" tanyanya.

Samuel mengerjabkan mata juga, "nggak tau, gue tanya dulu ya," katanya lalu melirik Jeano yang berjalan kearah mereka. Pemuda itu menepuk bahu Jeano dan tersenyum penuh arti.

Tapi Samuel bukan alibi kok, dia emang mau nanya kalau cuci beras itu pakai Sunlight apa enggak.

"Ric," panggil Jeano.

Jerico menoleh, langsung menyumpah serapahi Samuel karena meninggalkannya. Jeano jadi mendekat kearahnya.

"Hm?" balasnya.

"Lo kenapa? Gue ada salah ya?" tanya Jeano tak tahan, dia kesal lama-lama didiamkan oleh kembarannya ini.

"Nggak," balas Jerico cuek.

"Terus kenapa? Kenapa lo diemin gue? Coba ngomong," tanya Jeano berusaha tak memojokkan adiknya ini.

Bukannya menjawab, Jerico malah diam saja sambil memainkan beras.

Jeano menghela nafas, langsung mencengkram bahu kembarannya itu kuat. Membuat Jerico tersentak dan merintih kecil.

"Kenapa? Gue salah apa?" tanya Jeano dingin, nada suaranya sudah berubah.

Jerico memegangi tangan Jeano yang ada dibahunya, dia merintih kecil karena cengkraman kembarannya itu sakit.

"Ric!" Jeano meninggikan suaranya, dia benar-benar kesal sekarang.

Asrama SiblingsDove le storie prendono vita. Scoprilo ora