12. Pulang ke rumah.

8.3K 1.4K 309
                                    

"Hati-hati, ya."

Jeano, Jerico dan Jake mengangguk lalu melambai riang kearah teman-temannya. Hari ini ketiga harus kembali ke rumah dahulu, sudah meminta ijin dengan ditemani Danial kemarin.

Awalnya Jake bingung kenapa kedua kakaknya meminta dirinya ikut pulang. Saat ditanya, Jeano menjawab kalau Jake pasti akan tau saat sampai rumah.

Mobil Range Rover berwarna silver sudah terparkir didepan gerbang, menunggu ketiga anak Reviano.

Sekali lagi, Jeano, Jerico dan Jake pamit ke teman-temannya sebelum masuk kedalam mobil. Mobil yang ketiganya tumpangi berjalan. Jeano duduk di jok depan dan kedua adiknya duduk di jok belakang.

Mobil hening, tak ada yang mengeluarkan suara. Bahkan sopir pribadi keluarga Reviano pun tak berani berbasa-basi karena merasakan aura tak mengenakkan di dalam mobil.

Jake mengerjab kecil, melirik kedua kakaknya yang diam saja. Keduanya juga sama-sama menatap jalanan, tak ada yang berbicara ke dirinya sama sekali. Si bungsu menipiskan bibir dan menunduk, memilih bermain game yang ada di handphone.

Sejak tadi yang ada di otak Jeano adalah pertanyaan-pertanyaan untuk kedua orang tuanya. Jeano ingin menanyakan alasan sebenarnya kenapa dia dan kedua adiknya dimasukkan ke Asrama.

Sedangkan Jerico menatap datar jalanan yang mereka lewati. Entah mengapa mencium bau-bau akan ada pertikaian nanti dirumah. Anak kedua Dizon itu melirik sang adik yang menunduk bermain Game, merapatkan bibir takut Jake akan melihat pertengkaran kedua orang tuanya.

Mobil Range Rover itu membelah jalanan siang ini, tanpa ada percakapan didalamnya.

•••

Jeano, Jerico dan Jake turun dari mobil. Mengambil tas lalu menatap rumah besar yang ada didepannya. Si kembar melirik kecil, melihat banyak mobil disana.

Apa keluarga besar Reviano berkumpul?

"Woah, udah lama juga nggak pulang kerumah," kata Jake dan tersenyum lebar saat melihat rumah yang dia rindukan.

Jerico tersenyum kecil, langsung merangkul Jake dan menyeretnya masuk. Jeano berjalan didepan keduanya, memimpin.

"Halo--eh?" Jeano langsung menunduk kaget saat sebuah gelas melayang kearahnya. Jerico dan Jake latah kecil saat gelas itu pecah didekat mereka.

"Kalau gitu nikahin aja dia tapi ceraikan aku! Aku nggak mau dimadu!"

Ketiganya menoleh kearah ruang tengah setelah mendengar suara sang Mama. Jeano berdehem kecil dan melirik Jerico, mengisyaratkan agar menjaga Jake. Jerico meraih telapak tangan sang adik, lalu menggenggamnya erat.

Jake menatap bingung keduanya, tapi menurut saat Jerico menarik tangannya menuju ruang tengah mengekori Jeano.

"Dia hamil, Fany!"

"Bukan urusanku, tuan Dizon yang terhormat!"

Jeano merapatkan bibir memandangi keluarga besarnya yang tak menyadari kehadiran mereka bertiga.

"Pa! Ma! Kakak sama adek pulang," ucap Jeano.

Dizon dan Fany langsung menoleh, melebarkan mata melihat ketiga anaknya sudah berdiri didekat sofa. Bahkan keluarga besar Reviano juga menatap kaget.

Jerico menatap datar orang tuanya, sedangkan Jake masih kebingungan dengan situasi didepannya.

Raut wajah Fany berubah, tersenyum manis dan menghampiri ketiganya.

"Kalian kok pulang nggak bilang Mama?" tanyanya dan memeluk ketiganya.

"Tadi kakak mendadak minta kita pulang," balas Jake. Sedangkan si kembar memilih diam.

Asrama SiblingsWhere stories live. Discover now