14. Drama di Rumah.

8K 1.4K 463
                                    

Double up nih~

"Hai kakak-kakak! Jangan lupa vote sama komen ya!" - Jake.

•••

Suasana sore ini dirumah keluarga Reviano masih sama, suram. Setelah sarapan tadi, Dizon dan Sekretarisnya pergi ke kantor. Fany dan ketiga putranya masuk ke kamar, hanya keluar saat makan siang. Sedangkan keluarga sekretarisnya Dizon yang diketahui bernama Salsa, sedang leha-leha diruang tengah.

Di kamar Jeano, Jerico dan Jake sedang bermain PS, sedangkan pemilik kamar memilih bermain rubik.

"Kak, gimana kalau beneran anaknya Papa?" tanya Jake tiba-tiba.

Si kembar kompak menoleh ke si bungsu, kaget mendapat pertanyaan seperti itu.

Jeano menghela nafas, "minta Mama buat cerai terus usahain hak asuh kita. Kalau Mama kalah, kita menetap aja di Asrama, nggak usah balik. Nggak sudi tinggal sama mereka," balas Jeano dengan mata masih fokus ke rubik.

Jerico mengangguk setuju dengan ucapan kembarannya, "kakak mah bodoamat sama tuh sekre. Kalau misal bukan anak Papa, awas aja tuh gue jambak rambutnya. Lagian juga kakak nggak mau tinggal serumah sama mereka, mending Mama sama Papa pisah aja," ucapnya tanpa beban.

"Tapi adek nggak mau mereka cerai," lirih Jake yang sudah menunduk.

Jeano dan Jerico mengerjab, menatap Jake yang sudah menunduk. Sadar ucapan keduanya terdengar egois, tak memikirkan pendapat si bungsu.

Si kembar tak masalah bahkan mendukung sekali kalau Mama mereka mentalak Papanya jika Papanya beneran selingkuh. Tapi berbeda dengan Jake yang masih berat, karena untuk usianya saat ini adalah waktu dimana Jake benar-benar membutuhkan perhatian kedua orang tuanya.

Jake menghapus air mata yang turun di pipinya, "adek ambil minum dulu ya dibawah," katanya dan berdiri keluar kamar, meninggalkan kedua kakaknya yang terdiam.

Setelah menutup pintu, Jake menghela nafas. Dadanya sesak jika mengingat bagaimana keluarga yang amat sangat dia sayangi berada diujung tanduk. Jake tak menyalahkan kedua kakaknya yang egois, karena kalau memang itu satu-satunya jalan keluar mau bagaimana lagi.

Bungsu Reviano itu berjalan menuju tangga. Baru saja turun satu tangga, teriakan sang Mama membuatnya terkejut.

"SIAPA YANG NGIJININ ANDA PAKAI KARTU ATM SAYA?!"

"INI KARTU ATM DIZON!!"

"Kartu atm Dizon? Lelucon darimana itu?" Fany menatap tajam wanita paruh baya yang memakai lipstik merah terang didepannya ini.

"Apasih?! Pinjem doang buat belanja, pelit amat," kata Alsa sinis.

Fany menatap remaja putri itu, "kalian miskin ya? Sampai pakai kartu atm orang lain," ejeknya.

Alsa mendelik tak terima, "jaga omongan tante ya!"

"Loh, saya kan cuma mengatakan yang sebenarnya," balas Fany.

"Lagian bentar lagi suami tante nikahin kakak saya, jadi harus dibiasakan berbagi," saut Andra yang sedang duduk di sofa.

"Kartu atm itu milik saya sendiri, bukan pemberian Dizon. Saya kerja, bukan cuma jadi beban suami saya!" kata Fany tajam.

"Ma!"

Fany menoleh, melihat Jake turun dari lantai dua dan berjalan menghampirinya.

"Kenapa, adek?" tanya Fany dan tersenyum manis.

"Nggak apa-apa, adek mau ambil minum. Mama kenapa? Kok ribut?" tanya Jake pura-pura tak tahu, nyatanya dia mendengar semuanya dari awal.

"Orang asing itu pakai kartu atm Mama tanpa ijin," balas Fany.

Asrama SiblingsWhere stories live. Discover now