8. ODETTA

7.3K 1.6K 88
                                    

Seorang Odetta tidak akan mudah untuk diintimidasi oleh orang lain. Mungkin jika cara yang Anggada lakukan lebih halus dan tidak bisa Odet baca polanya, maka intimidasi itu tidak akan terlihat. Namun, yang dilakukan Anggada kini jelas sangat terbaca, bahkan pria itu terang-terangan melakukannya. Mengatakan bahwa Odet bisa diterima oleh pria itu karena kedudukannya sebagai anak Seda Dactari. Siapa peduli? Odet sudah terbiasa mendengarnya dari orang-orang yang mengenali dirinya. Odet akan tetap bekerja dan tidak terpengaruhi dengan hal itu.

"Sombong sekali," ucap Anggada yang tidak kunjung melepas tatapannya dari Odetta. "Apa kamu sadar banyak orang yang bicara buruk tentang anak Seda Dactari di belakangmu?"

Odet menggeleng dan menjawab, "Saya tidak membutuhkan ucapan orang-orang, Pak. Ini hidup saya. Kenapa Anda begitu peduli dengan siapa dan apa yang orang-orang bicarakan mengenai saya? Cara Anda mengatakan hal ini membuat saya tersentuh, Pak. Saya sangat merasa diperhatikan sejak lama."

Anggada langsung mengalihkan tatapannya dari Odet yang begitu percaya diri sekaligus mengejek pria itu karena menjadi haters sekaligus penggemar karis keras Odet diam-diam.

"Kamu memang putri Seda Dactari. Tidak ada yang berbeda dengan cara kalian menunjukkan identitas diri. Sama sekali tidak malu untuk mengatakan bahwa kamu memang tidak memiliki kemampuan selain nama kekuasaan."

Odetta tersenyum dan menundukkan kepala dengan sopan selayaknya menyambut tamu hotel. "Saya suka gagasan itu, Pak. Terima kasih dan semoga perjalanan Anda menuju produksi siang ini menyenangkan."

Dengan begitu Odet memutus pembahasan mereka mengenai Seda dan kekuasaan yang ayah Odet itu miliki. Bosan mendengar hal itu. Odet memang tak suka dilihat sebagai putri orang kaya dan berkuasa, dia bosan mendengar orang memuji sekaligus menikamnya dari belakang. Namun, Odet tidak pernah menyesal dilahirkan menjadi putri Seda apa pun penilaian orang lain. Hal itu tidak akan menyakiti Odetta, kecuali satu hal; bentuk fisiknya.

Odet yang duduk di kursi kerjanya memilih tidak melihat keberadaan Anggada yang masih berdiri di tempatnya semula. Odet akan bekerja. Jika Anggada memutuskan tidak menerimanya, terserahlah. Karena Odet memiliki kesibukan lainnya tanpa harus bekerja di tempat ini. Odet tidak akan pusing sebab ayahnya akan memberikan apa yang membuat Odet nyaman.

*

"Gimana, Bro? Lo diintimidasi sama anaknya rival keluarga lo?" Anggada ditertawakan oleh sahabatnya yang memiliki pub mahal dan eksklusif di Jakarta.

"Terus ketawa, Cok. Ketawa aja sepuas lo." Anggada mengangkat gelasnya dan meneguk minumannya dalam satu kali gerakan.

"Ini lucu banget, sih, Da. Gimana, ya? Yang banyak diomongin orang itu, kan, anaknya Seda Dactari itu gendut, pemalu, jarang ngomong, dan nggak ada indikasi badass kayak yang lo bilang. Terus, yang lo ceritain ini yakin anak kandungnya Seda Dactari?" Coki tidak akan pernah percaya dengan ucapan Anggada sebelum melihat sendiri dengan matanya sendiri seperti apa sifat tangguh yang dimiliki Odetta.

"Awalnya gue juga mikir gitu. Gue yakin dia bakalan milih mundur dari tugasnya dan nangis dengan perlakuan yang gue kasih, tapi ternyata sebaliknya. Dia malah ngejek gue yang dia bilang perhatian karena serba tahu rumor soal dia sebagai anaknya Seda Dactari."

Coki mulai menyentuh dagunya yang terasa kasar bekas janggut yang dicukur. Pria itu tidak memiliki bayangan bahwa perempuan gendut dan jarang menaikkan kepalanya itu bisa seberani itu. Jika cara Anggada tidak berhasil, maka harus ada rencana cadangan yang dilakukan oleh Anggada.

"Gue rasa lo butuh rencana cadangan buat kasih dia pelajaran, Da."

Anggada tidak menyangka bahwa sahabatnya itu bisa menanggapi dengan seserius ini. "Rencana semacam apa? Gue bahkan nggak ngerasa mau lanjutin nerima dia buat jadi asisten gue, Cok."

"Eh, jangan lo buang dulu! Gue masih penasaran sama orangnya. Jangan lo lempar keluar dulu, dong."

Anggada mendengkus. "Penasaran. Lo mau bawa dia ke ranjang?"

"Apa salahnya? Mukanya nggak jelek, dia cuma gendut aja. Terkadang cewek gendut juga ada kejutannya. Siapa tahu dia gendut berisi aja, perutnya kayaknya rata. Gue yakin kalo dipoles dia bakalan 'plup'!"

Anggada paham maksud dari ucapan Coki. Perumpamaan 'plup' itu adalah salah satu bentuk mereka mengatakan perempuan yang memuaskan secara visual. Anggada tidak begitu peduli dengan bentuk tubuh perempuan, tapi dia memiliki pengalaman tak menyenangkan mengenai hal tersebut.

"Da, lo harus bikin dia bertekuk tersentuh dengan cara perhatian ke dia."

Anggada mengernyit. "Gila. Ngapain gue perhatian sama anak rival perusahaan?"

"Dengerin gue. Lo mau lihat sifatnya yang nggak ditutupi topeng sok kuatnya, kan? Kasih perhatian, kasih kepedulian. Anggap aja dia Sabrina. Bilang sama dia, punya badan gendut nggak akan bikin dia bahagia. Sama kayak Sabrina. Lo mau ada kejadian kayak Sabrina lagi? Ya, paling nggak lo bisa berjasa ke anaknya Seda Dactari karena bikin dia cantik."

Apa saran Coki itu benar? Untuk apa Anggada melakukannya? Karena Odetta tidak pernah menarik perhatiannya sama sekali. Apa mengubah Odetta akan membuat dirinya bisa mengetahui rahasia perusahaan Seda Dactari? Atau ... bisa menjatuhkan perusahaan itu melalui putrinya?

Ah, mungkin Anggada bisa mencobanya. 



[Yang mau baca duluan bab 9, 10, dan special chapter 10 sudah ada di Karyakarsa kataromchick, ya. Happy reading.]

ODETTA [TAMAT]Where stories live. Discover now