53. ODETTA

3.2K 820 40
                                    

Bima mendapatkan pesan dari ayah mertuanya yang menjelaskan bahwa Odet sudah berada di rumah. Namun, Seda tidak mengabarkan bahwa Odet pulang dalam kondisi pucat di pesan yang dikirimkan itu. Mungkin supaya Bima tidak terburu-buru dan panik saat mengemudi sendirian, dan kini Seda mengajak bicara dengan begitu serius mengenai Odet yang pulang lebih dulu beserta alasan dibaliknya.

"Dia bilang bertemu Anggada," ucap Seda yang membuat Bima menjadi sangat bingung.

"Buat apa dia nemuin Odet lagi?"

"Itu yang harus kita cari tahu. Sepertinya Anggada ini belum bisa mengikhlaskan Odetta. Akan lebih baik kalau kamu selangkah lebih tahu masalah apa yang belum terselesaikan diantara mereka."

Bima tidak tahu harus menggali apa yang belum selesai diantara Anggada dan Odet.

"Selama ini Odet selalu bilang kalo dia takut Anggada akan membawa masalah, Yah. Waktu acara resepsi, Odet juga takut sekali kalo Anggada akan menghancurkan acara hari itu. Tapi nggak ada yang terjadi. Anggada cuma dateng dan udah, langsung pergi setelah basa basi dengan beberapa tamu."

"Nggak ada cerita lain?" tanya Seda.

"Odet bilang Anggada anggap dia seperti Sabrina, adiknya Anggada. Mereka sama-sama punya badan besar dan Odet yang sadar cuma dianggap Sabrina memilih nggak melanjutkan hubungan nggak sehat itu."

Seda menghela napasnya dalam. Kentara sekali rasa lelah yang menggambarkan pikiran Seda saat ini. Jika Bima meminta Seda untuk tidak memusingkan persoalan Odet ini, maka pria itu akan menyalak lebih garang. Seda tidak mau dilarang mempedulikan anak-anaknya.

Saat itu, Bima mengingat bagaimana Anggada mendekati dan memberikannya flashdisk yang entah berisi apa. Bima menimbang apakah dia harus memberitahukannya pada sang mertua atau tidak.

"Yah, aku tadi dikasih flashdisk." Bima mengeluarkannya dari kantung jas.

"Anggada?" tanya Seda.

"Ya, dan aku yakin ini bukan cuma sekedar flashdisk yang dia titipkan untuk urusan kerjanya dengan Odet sebelumnya."

Bima membiarkan mertuanya memasangkan alat penyimpanan file itu ke perangkat komputer di ruang kerja pria itu. Mereka memutuskan untuk melihat apa saja yang ada di dalamnya bersama untuk memutuskan langkah apa yang harus diambil jika memang ada yang tidak beres.

Hanya ada satu file yang dinamai dengan nama lengkap Odet dengan huruf besar. ALFA ODETTA MAYORIS. Seda tidak langsung membukanya karena menanyakan pada Bima apakah sudah yakin sepenuhnya atau tidak.

"Perasaan saya nggak enak, Bimaskara. Kalau ini bukan hal yang bagus, pastikan kamu bisa mengontrol diri."

Bima tidak memikirkan hal yang bagus sama sekali. Namun, kepalanya tetap dipaksa mengangguk untuk membuat Seda meneruskan pergerakan tangannya. Sebab sekarang, rasa penasaran Bima tidak tertandingi oleh apa pun.

Seda bersikap tenang—berusaha keras untuk tidak hilang kendali atas emosinya saat mendapatkan fakta bahwa di dalam flashdisk itu tersimpan rekaman tak senonoh antara putrinya dan Anggada.

"Aku ... ini pertama kalinya."

Bima bisa mendengar suara istrinya yang mencicit ragu ketika Anggada berusaha menjamah tubuhnya.

"Nggak akan sakit. Aku tahu cara untuk meredakan rasa sakitnya, Detta."

Percakapan mereka terdengar menjijikan di telinga Bima. Kepalanya mendadak penuh dengan berbagai kalimat dan pemikiran. Begitu penuhnya hingga Bima tidak tahu apa yang benar-benar dirinya pikirkan.

"Brengsek!" umpat Seda yang pada akhirnya tidak bisa mengendalikan diri. "Saya akan kasih pelajaran! Saya sudah baik selama ini dengan bersikap mengalah, tapi dia merusak Odetta!"

Itu benar, Seda sangat bodoh karena tetap bersikap baik pada Anggada yang tidak melihat niat baik itu. Anggada justru memercik api kemarahan dan dendam dalam diri Seda Dactari. Putrinya yang tidak pernah dijamah malah dirusak oleh pria yang tidak baik psikisnya.

"Saya harus cari si brengsek—"

"Berhenti, Yah." Bima menahan lengan Seda dengan pandangan kosong.

"Apa-apaan kamu, Bima!? Kita harus memberikan pelajaran karena dia sudah merusak Odet!!!" Seda yang kini sedang berbicara adalah pria yang sedang didominasi dengan kemarahan buta. Bima tahu dia akan diprotes habis karena menahan langkah Seda.

"Ini hanya pancingan."

Seda menatap menantunya dengan bingung. "Apa?!"

"Anggada sengaja memberikan semua ini supaya kita bereaksi, Yah. Dengan begitu Ayah akan hilang kendali, datang ke Anggada, mempermalukan diri sendiri, pemberitaan meluap, dan boom! Nama baik ayah, perusahaan, dan semua yang Ayah bangun selama ini akan hancur."

"Ayah nggak peduli!"

"TAPI AYAH HARUS PEDULI DAMPAK YANG AKAN ODET DAPATKAN!!!"

Seda terdiam. Bima juga pasti kesal bukan main, tapi semuanya ditahan hingga berujung membentak Seda tanpa sadar sepenuhnya. 

"Maaf, Yah. Tapi apa yang akan Ayah lakukan hanya akan membuat semua orang tahu apa yang Anggada dan Odet lakukan. Bukan pujian yang akan Odet dapatkan, Yah. Tapi caci maki, hujatan, dan semua bentuk kebencian." Bima mengusap wajahnya dengan kalut. "Lagi pula, ini bukan perkara perkosaan, Yah. Kalau Ayah mau mengajukan ini ke hukum, pihak kita akan dianggap konyol dan Odet akan dihina karena pihak perempuan memang akan selalu yang dinilai paling buruk."

Seda menghela napasnya keras, berulang kali, menenangkan diri agar bisa menerima masukan dari Bima yang memang masuk akal. Beruntung menantunya itu bisa berpikir demikian. Namun, masalahnya adalah apa Bima baik-baik saja mendapati fakta ini? Seda menjadi cemas jika nantinya Bima mencampakkan Odet karena hal ini.


[Bab 58 dan 59 udah ada di KK. Happy reading 💜]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang